Catat! Bila Ibu Hamil Stres, Janin Bisa Kekurangan Nutrisi

By Saeful Imam, Selasa, 31 Juli 2018 | 13:12 WIB
Jika mereka terus diberi makan, apakah janin juga membuang kotoran ya Moms? (iStockphoto/nambitomo)

Nakita.idIbu hamil sebaiknya tak hanya memerhatikan kesehatan fisik, kesehatan psikis pun sama pentingnya.

Pasalnya, kondisi psikis yang kurang baik akan memengaruhi kesehatan fisik.

Jika keduanya dalam kondisi tak sehat, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan janin.

Stres bisa memicu terjadinya perdarahan yang berpengaruh terhadap suplai oksigen ke janin.

Jika suplai oksigen berkurang, bisa memicu terjadinya kelainan pertumbuhan janin.

Setiap orang sebenarnya mengalami stres namun kadarnya ada yang ringan dan berat.

BACA JUGA : Cegah Cairan Ketuban Rendah yang Bahayakan Janin Dengan Cara Ini

Kadar yang berat biasanya akan memengaruhi kondisi kejiwaan ibu sehingga menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun.

Jika daya tahan tubuh menurun, dikhawatirkan membuat ibu mudah terserang penyakit.

Penyebab stres pada ibu hamil umumnya ialah kondisi kehamilan itu sendiri, seperti mual-muntah yang terlalu berat, morning sickness, khawatir penampilannya berubah menjadi lebih jelek, dan lainnya.

Tetapi ada pula yang disebabkan dari luar semisal beban pekerjaan yang terasa sangat berat saat hamil sebagaimana yang dialami Nindya.

Sebuah penelitian mengungkapkan, 10% wanita hamil berpotensi mengalami stres, dari yang ringan hingga berat.

Yang ringan biasanya dapat diatasi sendiri dengan melakukan hal-hal menyenangkan.

Tetapi jika yang ringan-ringan ini diremehkan kemudian berkumpul menjadi berat, penanganannya perlu konsultasi ke ahli.

BACA JUGA : Kisah Nyata Janin Alami Stroke, Ternyata Ini Dia Tanda Awalnya

JANIN IKUT STRES

Ada pepatah, mencegah lebih baik dari mengobati.

Sebenarnya tak hanya ibu hamil, setiap orang dianjurkan menghindari stres berat atau sedang yang berkepanjangan, karena hal ini bisa berdampak negatif bagi kesehatan.

Apalagi pada ibu hamil, dampaknya tak hanya terhadap dirinya tetapi juga janin yang dikandung.

Pasalnya, ketika stres, denyut jantung manusia lebih cepat dari biasanya, ditambah hormon adrenalin keluar secara berlebihan sehingga ibu mudah emosi, kemudian terjadi getaran-getaran stres pada tubuh yang disebabkan meningkatnya hormon stres.

BACA JUGA : 5 Makanan yang Digemari Banyak Orang Ini Bisa Cegah Cacat Janin

Walhasil, ibu jadi lebih mudah marah.

Padahal, saat hamil ibu harus dalam kondisi tenang dan nyaman agar janin dapat tumbuh dan berkembang optimal.

Selain janin juga butuh suasana yang nyaman yakni dengan detak jantung yang berirama tidak terlalu cepat dan tubuh yang relaks tanpa getaran-getaran stres.

Stres juga dapat memengaruhi kondisi gizi dan emosional yang buruk karena dapat memacu gangguan metabolisme tubuh.

Kondisi stres pun membutuhkan lebih banyak vitamin B dan C untuk mencerna karbohidrat yang mengakibatkan boros gizi.

Ibu pun boros mineral seperti seng, kalium, dan kalsium untuk menghasilkan hormon adrenalin yang ujungnya dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga mudah sakit.

Tak hanya itu, intensitas BAB atau diare pun biasanya lebih sering yang dikhawatirkan akan menguras cadangan makanan.

Jika tak ditangani segera bisa membuat ibu hamil mengalami dehidrasi, defisit gizi, yang akhirnya berpengaruh terhadap suplai makanan ke janin.

Suplai makanan yang kurang akan mengganggu proses pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi kecacatan.

BACA JUGA : Inilah 6 Aktivitas yang Dilakukan Janin 24 Jam Sebelum Dilahirkan

Efek negatif dari kondisi ini akan muncul setelah bayi lahir.

Di antaranya, bayi lahir dengan berat badan rendah, mengalami sulit tidur di awal kelahirannya sehingga membuatnya tak cukup istirahat.

Akibatnya bayi pun mudah marah, menangis, dan sulit ditenangkan.

Bahkan berdasarkan penelitian, ketidaknyamanan di dalam kandungan dapat membuat bayi tidak memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya.

Berdasarkan penelitian pula, ibu hamil dengan tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan keguguran hingga 2—3 kali lipat. Juga bisa terjadi bayi lahir prematur.