Studi: Orang Asia Lebih Rentan Terkena Stroke, Faktor Ini Menjadi Pemicunya!

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Jumat, 21 September 2018 | 15:46 WIB
Ternyata orang Asia lebih rentan menderita stroke, ini pemicunya (pexels.com)

Nakita.id - Tak ada seorang pun yang ingin terkena penyakit serius, misalnya Fibrilasi Atrium.

Fibrilasi Atrium adalah gangguan kelainan irama jantung, yakni detak jantung tidak menentu melebihi level normal.

Jika seseorang menderita Fibrilasi Atrium, maka ia akan berisiko 5 kali lebih tinggi untuk mengalami stroke iskemik.

Kebanyakan orang tidak sadar saat dirinya mengalami stroke, apalagi stroke iskemik yang cenderung tidak menunjukkan gejala sehingga luput dari perhatian.

Baca Juga : Waspadai Gejala Awal Stroke, Deteksi Dini dengan Cara Mudah Ini Moms!

Data Riskesdas pada 2007 menunjukkan, jumlah penderita stroke di Indonesia adalah 8,3 per 1000 penduduk yang kemudian meningkat menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada 2013.

Data lain dari Kementerian Kesehatan pada 2014 juga menunjukkan, bahwa stroke adalah penyebab kematian tertinggi yaitu 21,1% hampir 2 kali lipat mengalahkan penyakit jantung, diabetes dan hipertensi.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan angka kejadian stroke akan meningkat 2 kali lipat dalam 30 tahun ke depan dan menyasar negara berkembang.

Fakta menarik juga menunjukkan, ternyata orang Asia lebih rentan terkena stroke dan risiko perdarahan jika dibandingkan dengan orang Eropa dan Amerika.

Hal ini disebabkan berbagai macam faktor, yakni usia dan gaya hidup.

"Kita di Asia sudah berhasil meningkatkan angka harapan hidup, kalau dulu orang Indonesia tidak mencapai 60 tahun maka sekarang sudah bisa mencapai 70 tahun.

Namun, itu juga menimbulkan efek samping. Semakin tinggi usia seseorang, maka risiko dia untuk menderita penyakit Fibrilasi Atrium akan semakin tinggi", demikian penuturan Dr. Mohammad Kurniawan, Sp.S(K) pada Nakita.id dalam Press Conference "Kabar baik bagi pasien Fibrilasi Atrium di Asia: Hasil Studi XANAP tunjukkan penggunaan Rivaroxaban turunkan risiko stroke dan perdarahan".

Selain usia, hal itu juga erat kaitannya dengan pola hidup dan kebiasaan sehari-hari.

Baca Juga : Simpel, Cara Ini Bisa Dilakukan Untuk Memulai Pola Hidup Sehat. No 5 Efeknya Tak Disangka!

Kurniawan menuturkan, bahwa stroke dan penyakit jantung termasuk dalam kategori lifestyle disease, di mana penyakit ini dipengaruhi oleh cara seseorang menjalani hidupnya sehari-hari.

Disamping faktor risiko, penyakit tersebut tak lepas oleh gaya hidup di era modern seperti sekarang.

"Misalnya gaya hidup yang jauh dari sehat sepeti makan tidak terkontrol, gemar mengonsumsi makanan yang kadar kolesterolnya tinggi," jelasnya.

Kegemaran orang Indonesia makan makanan yang berminyak seperti gorengan dan makanan dengan kadar gula tinggi juga meningkatkan penyakit hipertensi dan diabetes, yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko seseorang terkena stroke.

"Pola hidup tidak sehat itu juga berpengaruh, misalnya kecenderungan kita yang jarang bergerak, terlalu banyak duduk di belakang meja.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

Jarang meluangkan waktu untuk sekadar jalan santai, latihan yang kurang ini akan menurunkan metabolisme tubuh sehingga dalam jangka panjang akan menyebabkan level kolesterol naik terus jadi stroke di masa mendatang", tandas Kurniawan.