#LovingNotLabelling: Dokter Reisa Menyesal Sering Memuji Anaknya Pintar!

By Fadhila Auliya Widiaputri, Sabtu, 22 September 2018 | 16:55 WIB
Dokter Reisa menyesal sering memuji Ania anak yang cantik, baik, dan pintar (Instagram @reisabrotoasmoro)

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Kebiasaan Orangtua Seperti Ini Membuat Anak Laki-laki Menjadi Feminin, Kisah Nyata!

Menurut Ajeng, tindakan labeling tidak hanya menggunakan kata-kata negatif seperti ‘malas’, ‘nakal’, ‘bodoh’, tetapi juga kata-kata positif, seperti ‘cantik’, tampan, ‘pintar’, dan lainnya.

Ia bahkan mengaku saat ini lebih sering menemui orangtua melabel anaknya dengan kata-kata yang positif dibandingkan dengan kata-kata negatif.

Padahal kedua hal tersebut sama-sama berbahaya terhadap kualitas hidup dan konsep diri anak.

“Zaman dulu namanya labeling itu biasanya lebih ke yang negatif, tapi sekarang saya kerap menemukan orangtua yang melakukan labeling kepada anaknya dengan kata-kata juga kalimat positif,"

Baca Juga : Janji-Janji Sule Yang Tetap Harus Biayai Lina dan Keluarganya Meski Telah Bercerai

"Mungkin maksudnya orangtua ingin memotivasi anak, sayangnya jika labeling tersebut tidak sesuai dengan potensi anak justu kasihan untuk si anak. Dirinya tidak tahu potensinya dia dimana,” ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).

Menurut Ajeng, pemberian label positif sebenarnya tidak masalah selama tidak membebani anak.

Selain itu, penting untuk orangtua menjelaskan lebih spesifik dari pemberian label yang dimaksud.

“Misalnya ‘Dia pintar banget’, kata pintar itu luas dan akhirnya bisa menyesatkan anak. ‘Katanya aku kan pinter, kok aku sainsnya jelek?’.  Lalu dia murung. Nah, oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik. ‘Oh, pintar bahasa inggris maksudnya’,” jelas Ajeng.

Baca Juga : Awas! Minuman ini Sebabkan Resiko Asma Pada Anak Sejak dalam Kandungan