#LovingNotLabelling: Dokter Reisa Menyesal Sering Memuji Anaknya Pintar!

By Fadhila Auliya Widiaputri, Sabtu, 22 September 2018 | 16:55 WIB
Dokter Reisa menyesal sering memuji Ania anak yang cantik, baik, dan pintar (Instagram @reisabrotoasmoro)

Nakita.id - Sibuk menjadi seorang publik figur sekaligus seorang dokter tak membuat Reisa Broto Asmoro lupa akan perannya sebagai seorang ibu.

Sejak menikah dengan Tedjodiningrat Broto Asmoro, wanita yang akrab disapa dokter Reisa ini dikaruniai dua orang anak.

Anak pertamanya bernama RR. Ramania Putri Broto Asmoro.

Adapun anak keduanya bernama R. Satriyo Daniswara Broto Asmoro.

Baca Juga : Gaji Aktor dan Aktris di India Berbeda, Kajol dan Aktris Senior Lain Lakukan Protes

Sebagai seorang ibu, dokter Reisa mengaku selalu berusaha memotivasi anak untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Salah satu caranya yaitu dengan memberi pujian.

"Saya sering banget nyebut nyebut anak yang pertama saya anak yang cantik, yang baik, yang pintar," ujarnya pada Nakita.id usai acara Talkshow "How To Be Forever Young" di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (20/9).

Baca Juga : Fakta Headpiece Terbesar Di Dunia Dalam Konser Tunggal Syahrini

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

Awalnya, Dokter Reisa berpikir bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut hanya sebatas motivasi dan doanya sebagai seorang ibu.

Namun lambat laun, Mantan Puteri Indonesia Lingkungan 2010 ini berpikir bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut justru bisa membatasi anak.

"Awalnya itu hanya doa saya sebenarnya, tapi setelah saya berpikir kembali itu bisa saja menjadi hal yang membatasi dia," ungkapnya.

Baca Juga : Reza Oktovian Sumbangkan Youtube 2,3 M Subscriber Miliknya Untuk Orang Ini

Dokter Reisa sadar bahwa kebiasaannya tersebut ternyata bisa mengarah ke tindakan labelling.

Ia sadar bahwa labelling tidak hanya berasal dari kata-kata negatif tetapi juga kata-kata positif.

"Memang sebagai orangtua kita menginginkan yang terbaik untuk anak, itu sebabnya kita suka memberikan pujian ketika dia melakukan sesuatu. Tapi akhirnya malah sering kita ucapkan dan menjadi labelling.

," jelasnya.

Pemikiran dokter Reisa tersebut sejalan dengan penjelasan Ajeng Raviando, Psi, seorang Psikolog Anak dan Keluarga.

Baca Juga : Cerita Intan Khasanah Lawan Kanker Getah Bening, Dari Lumpuh Hingga Radiasi 70 Kali

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Kebiasaan Orangtua Seperti Ini Membuat Anak Laki-laki Menjadi Feminin, Kisah Nyata!

Menurut Ajeng, tindakan labeling tidak hanya menggunakan kata-kata negatif seperti ‘malas’, ‘nakal’, ‘bodoh’, tetapi juga kata-kata positif, seperti ‘cantik’, tampan, ‘pintar’, dan lainnya.

Ia bahkan mengaku saat ini lebih sering menemui orangtua melabel anaknya dengan kata-kata yang positif dibandingkan dengan kata-kata negatif.

Padahal kedua hal tersebut sama-sama berbahaya terhadap kualitas hidup dan konsep diri anak.

“Zaman dulu namanya labeling itu biasanya lebih ke yang negatif, tapi sekarang saya kerap menemukan orangtua yang melakukan labeling kepada anaknya dengan kata-kata juga kalimat positif,"

Baca Juga : Janji-Janji Sule Yang Tetap Harus Biayai Lina dan Keluarganya Meski Telah Bercerai

"Mungkin maksudnya orangtua ingin memotivasi anak, sayangnya jika labeling tersebut tidak sesuai dengan potensi anak justu kasihan untuk si anak. Dirinya tidak tahu potensinya dia dimana,” ujar Ajeng saat ditemui Nakita.id di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pada Senin (10/9).

Menurut Ajeng, pemberian label positif sebenarnya tidak masalah selama tidak membebani anak.

Selain itu, penting untuk orangtua menjelaskan lebih spesifik dari pemberian label yang dimaksud.

“Misalnya ‘Dia pintar banget’, kata pintar itu luas dan akhirnya bisa menyesatkan anak. ‘Katanya aku kan pinter, kok aku sainsnya jelek?’.  Lalu dia murung. Nah, oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik. ‘Oh, pintar bahasa inggris maksudnya’,” jelas Ajeng.

Baca Juga : Awas! Minuman ini Sebabkan Resiko Asma Pada Anak Sejak dalam Kandungan