Merasa Pasangannya Tidak Tampan, Perempuan Hamil Tega Gigit Lidah Suami Hingga Putus

By Kunthi Kristyani, Rabu, 26 September 2018 | 08:30 WIB
Ilustrasi perempuan hamil gigit lidah suami hingga putus (Istock)

Nakita.id - Kejadian tidak menyenangkan baru-baru ini terjadi di India.

Seorang perempuan hamil tega menggigit lidah suaminya sendiri.

Tak tanggung-tanggung, hampir setengah dari lidah pria tersebut putus karena digigit istrinya.

Baca Juga : Sadis! Balita di Cimahi Meninggal, Disinyalir Digigit dan Dipukul Kekasih Ibunya

Insiden tersebut dilaporkan terjadi di Delhi Ranhola pada Sabtu (22/9/2018) malam.

Menurut penduduk setempat, perempuan yang tengah mengandung 8 bulan tersebut menganggap sang suami tidak tampan.

Karena alasan inilah dia tega menggigit lidah sang suami saat keduanya tengah berciuman.

Berdasarkan keterangan polisi, pasangan tersebut sering bertengkar dan memiliki masalah ketidakcocokan.

Pada saat kejadian, keduanya memang terlibat konflik, namun kembali berdamai.

Tapi siapa sangka, ketika berdamai dan tengah menikmati ciuman, sang istri justru melakukan hal keji.

Dia menggigit hampir setengah lidah sang suami.

Ayah korban langsung melaporkan kasus ini ke polisi.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Dokter Reisa Nyesel Sering Memuji Anaknya Pintar!

Polisi mengatakan pria tersebut menjalani operasi di Rumah Sakit Safdarjung, Delhi.

Dokter yang menanganinya mengungkap bahwa kemungkinan pria berusia 22 tahun tersebut tidak bisa lagi berbicara.

Perempuan tersebut kemudian di tahan dengan pasal 326 IPC(KUHP India), yang berisikan dengan sengaja menyebakan luka yang menyakitkan menggunakan senjata atau sarana berbahaya.

Ibu hamil tersebut kini terancam hukuman seumur hidup.

Padahal usia pernikahan mereka belum ada dua tahun, mereka menikah pada 20 November 2016 lalu.

Berkaca dari permasalahan pasangan tersebut, konflik rumah tangga menjadi akar perbuatan keji dilakukan.

Konflik atau pertengkaran dalam rumah tangga memang wajar dialami setiap pasangan suami-istri, baik yang baru menikah atau sudah bertahun-tahun membina keluarga.

Namun, ada baiknya diselesaikan dengan solusi terbaik untuk mempertahankan keharmonisan hubungan.

Berikut 5 caranya!

Baca Juga : Salah Kaprah Penggunaan Pelat Putih untuk Sepeda Motor dan Mobil Baru

Konflik itu normal

Konflik adalah bagian dari pengembangan sebuah hubungan, jelas Edmund Wong, general manager dari Touch Community Services dan seorang pembicara Marriage Central.

Tapi jika Moms tidak segera mengidentifikasi masalah sebenarnya yang sedang dihadapi dengan pasangan, Moms akan berakhir dengan rasa ragu dan penasaran.

"Ketika seseorang menang dalam pertengkaran, itu tidak berarti dia telah menyelesaikan sebuah konflik," ungkap Edmund.

Hati-hati dengan pemicu pertengkaran

Pasangan yang sudah menikah cenderung berdebat tentang anak-anak, mertua dan masalah keuangan.

"Ketika bayi lahir, dinamika keluarga berubah. Pasangan perlu menyesuaikan diri dengan kehidupan dengan anggota keluarga tambahan yang membutuhkan banyak perhatian," kata Edmund.

Bisa jadi, ada harapan yang berbeda dari orangtua saat merawat bayi.

Perselisihan dengan mertua pun kerap terjadi karena cara mendisiplinkan anak-anak yang berbeda pandangan.

Sementara, Moms dan Dads yang telah bekerja seharian di kantor dapat membawa stres kerja di rumah, sehingga memengaruhi komunikasi mereka.

Dan jika seorang ibu baru memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya, ini bisa memberi tekanan pada keuangan keluarga, yang menyebabkan munculnya ketegangan di rumah.

Baca Juga : Sule Resmi Bercerai dengan Lina, Ini Yang Terjadi Dalam Pikiran Anak-anak Korban Perceraian

Konflik dapat membantu memperkuat hubungan

Jika Moms berusaha untuk menerima perbedaan atau berkompromi, maka dipastikan akan ada penyelesaian segera.

"Suatu hubungan sering diuji dalam situasi konflik. Namun, dalam proses menyelesaikannya, hubungan pasangan tumbuh lebih kuat karena kedua belah pihak merasakan kepercayaan dan kepercayaan yang lebih dalam satu sama lain. "

Belajarlah untuk bertengkar dengan cara yang baik

Edmund juga mengamati bahwa perempuan cenderung lebih emosional dan laki-laki cenderung kurang peka saat berdebat.

Jadi untuk bertengkar dengan benar, Moms harus saling berhadapan pada waktu dan tempat yang tepat.

Bicaralah perlahan, pertahankan kontak mata, dan sadar jangan meninggikan suara.

"Sedikit humor bisa membantu, tapi pasangan perlu fokus pada masalah utama yang ada, bukan gejalanya. Jika perlu, mereka bisa memiliki time-out yang singkat dan kembali lagi. Selalu izinkan untuk meninjau kembali rencana tindakan yang telah disepakati sebelumnya," jelas Edmund.

Dinginkan suasana sebelum argumen Moms meningkat menjadi pukulan, karena itu sama sekali tidak membantu situasi bahkan akan memperparah.

Bila Moms menjadi emosional, Moms dapat memberi tahu pasangan bahwa kita merasa marah, frustrasi atau sedih, dan meminta waktu istirahat untuk menenangkan diri, jika itu membantu.

Jika konflik semakin sering terjadi, carilah bantuan dari konselor atau psikolog.

Baca Juga : Fenomena Selebriti Lelaki Menikahi Perempuan yang Jauh Lebih Muda, Ternyata Ini Sebabnya!

Tinjau kembali masalah atau konflik yang ada

Biarkan pasangan tahu jika Moms menganggap masalah ini belum beres dan berakhir.

Edmund mengatakan tidak apa-apa untuk meninjau kembali masalah ini.

"Bila Moms bisa menertawakan masalah ini, itu berarti Moms telah melupakan konflik tersebut."

Selain kelima hal tersebut, menerima kekurangan pasangan juga menjadi poin penting.

Jika masih terjebak dalam pola pikir untuk mengontrol pasangan, Moms tidak akan memperbaiki hubungan.

Saling menerima dan belajar memahami ialah dasar untuk meningkatkan keharmonisan rumah tangga.