Penelitian Terbaru Temukan ASI dan ASIP Memiliki Perbedaan Risiko Diabetes Pada Bayi

By Fadhila Auliya Widiaputri, Jumat, 28 September 2018 | 18:02 WIB
ASI dan ASIP Memiliki Perbedaan Risiko Diabetes Pada Bayi (freepik)

Nakita.id - Menurut data UNICEF Indonesia, dari 5 juta bayi yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari setengahnya tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-tahun pertama kehidupannya.

Meskipun 96% ibu telah menyusui bayi mereka dalam tahun-tahun pertama kehidupannya.

Namun hanya 45% bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif.

Saat mendekati ulang tahun bayinya yang kedua, hanya 55% ibu yang masih memberikan ASI untuk bayinya.

Baca Juga : Cegah Risiko Kanker dan Jantung Bawaan Pada Bayi Dengan Makanan Ini

Padahal memberikan bayi ASI ekslusif sangat penting untuk dilakukan.

Sebuah penelitian terbaru menyebukan bahwa pemberian ASI ekslusif langsung dari payudara ibu dapat memberikan bayi perlindungan dari risiko obesitas di masa depan.

Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Pediatrics edisi September.

Baca Juga : Moms Harus Tahu, Monkeypox Mirip Cacar Adalah Virus Baru Yang Mematikan!

Penelitian ini mengambil data dari 2.553 pasang ibu dan bayi dengan kebiasaan makan yang berbeda-beda.

Ada sekelompok ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, ada yang memberikan ASI ekslusif selama 3 bulan dan beralih ke susu formula, ada pula yang memberikan susu formula sejak awal, dan banyak lagi.

Dari kebiasaan ini peneliti menemukan bahwa bayi yang menyusu ASI langsung dari ibunya memiliki indeks massa tubuh yang lebih rendah pada usia 3 bulan.

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Begini Cara Mengatakan Bodoh, Malas, dan Nakal yang Benar Pada Anak

Adapun bayi yang tidak menyusu ASI langsung dari ibunya selama 6 bulan memiliki indeks massa tubuh yang 3 kali lebih berat dan cepat.

Begitu pun bayi yang menerima susu formula pada 6 bulan pertama memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui dan mulai makanan pada sesuai rekomendasi American Academy of Pediatrics.

Apa yang memprihatinkan dari penelitian ini adalah bahwa indeks massa tubuh bayi di awal kehidupannya dapat berpotensi membentuk bayi untuk mengalami obesitas di masa depan.

Baca Juga : Waspadai Gejala Dehidrasi Pada Anak, Bisa Sebabkan Kematian!

Namun dalam penelitian ini peneliti tidak bisa menentukan secara tepat mengapa ada perbedaan dalam risiko obesitas antara bayi yang disusui ASI secara langsung dan ekslusif dengan bayi yang mendapat ASI dengan cara lain.

"Dalam kebanyakan penelitian, peneliti biasanya tidak membedakan antara pemberian ASI langsung (pada payudara) dan konsumsi ASI ekspress (dari botol) atau antara suplementasi dengan susu formula versus makanan pelengkap lainnya, dan sedikit yang bertanggung jawab atas paparan makanan dini di rumah sakit," ujar salah satu peneliti dilansir dari Reader's Digest.s.

"Ini adalah perbedaan penting karena mengekspresikan dan menyimpan ASI dapat mengurangi bioaktifitasnya, makan dari botol dapat mengurangi pengaturan diri, dan bahkan suplementasi formula singkat berpotensi mengubah mikrobiota usus yang berkembang dan mempengaruhi berat badan," tambahnya.

Baca Juga : Hati-hati, Susah Makan Bisa Jadi Gejala Gagal Jantung Bawaan Pada Anak

Meskipun menemukan fakta adanya perbedaan risiko antara bayi yang disusui ASI secara langsung dan ekslusif dengan bayi yang mendapat ASI dengan cara lain tetapi para peneliti berharap para ibu tidak terlalu mempermasalahkan itu.

Menurut peneliti, pemberian ASI dengan apapun caranya ialah yang terbaik.

"Ibu-ibu yang memompa melalui banyak upaya untuk melakukan itu, dan saya tidak ingin mereka mendapat kesan bahwa itu tidak layak," kata salah satu penulis studi itu, Meghan Azad, kepada CNN.

"Tapi itu meningkatkan pertanyaan, jika susu yang dipompa tidak sama atau tidak baik, mengapa demikian? Dan apa yang harus kita lakukan untuk mendukung ibu lebih baik saat menyusui jika itu yang ingin mereka lakukan?".

Baca Juga : Benarkah Terapi Facial di Salon Bisa Menularkan HIV? Ini Penjelasan Ahli