Nakita.id - Kebohongan sudah sering ditemukan di kehidupan sosial.
Bumbu-bumbu dusta tampaknya seolah menjadi keseharian manusia.
Dalam perkembangan otak, kita memiliki 'alat' serbaguna dan kuat yang dapat kita gunakan untuk bermain dengan kenyataan serta memengaruhi hasil dari apa yang terjadi.
Dalam lingkungan sosial, kebohongan dianggap sebagai perilaku yang buruk dan tidak seharusnya kita melakukan perilaku tersebut.
Baca Juga : Anak Usia 6-8 Tahun Suka Berbohong, Hentikan dengan Cara Ini!
Bagi beberapa orang, mereka adalah pembohong patologis, berarti mereka tidak dapat berhenti menyebarkan informasi yang salah tentang diri sendiri dan orang lain.
Dalam sebuah buku berjudul Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, berbohong patologis adalah gangguan dalam diri seseorang serta termasuk dalam gejala gangguan kepribadian.
Sama halnya dengan psikopat dan narsisme, melansir Business Insider.
"Aku pikir itu berasal dari cacat dalam saraf neurologis dalam hal apa yang menyebabkan kita memiliki belas kasih dan empati," ujar psikiater Judith Orloff, penulis 'The Empath's Survival Guide'.
"Karena narsis, sosiopat, dan psikopat memiliki apa yang disebut gangguan kekurangan empati, yang berarti mereka tidak merasakan empati dengan cara kita."