Kalau Tahu 4 Fakta dari Ahli Gizi ini, Moms Tak Akan Takut Lagi Makan Mi Instan

By Saeful Imam, Kamis, 18 Oktober 2018 | 21:18 WIB
Makan mie instan saat hamil (freepik)

Nakita.id - Baru-baru ini beberapa media heboh dengan pemberitaan seorang mahasiswa di Taiwan yang meninggal karena terkena kanker lambung.

Kabar ini  jelas membuat publik terhenyak.

Kepastian penyebab meninggalnya mahasiswa itu tampaknya masih perlu didalami lebih lanjut. 

Sebab, penyebab munculnya kanker sangat banyak. 

Tidak hanya dari makanan tapi juga gaya hidup seperti merokok, polusi, dan sebagainya.

Baca Juga : Jangan Konsumsi Mie Instan 2 Kali Seminggu, Karena Ini yang Terjadi di Perut Setelah Memakannya!

Belum faktor keturunan yang berpengaruh pada munculnya kanker. 

Dengan berita tersebut, banyak orang yang takut makan mi instan. 

Tampaknya ketakutan berlebihan pada mi instan perlu diluruskan. 

Sebab, sejatinya mi instan bukanlah makanan berbahaya. 

Buktinya, produk makanan dalam kemasan ini lolos uji BPOM dan beredar di tanah air. 

Selain kabar meninggalnya mahasiswa di atas, ada banyak informasi yang salah kaprah tentang mi instan yang membuat banyak orang takut untuk mengonsumsinya.

Padahal, informasi itu kebanyakan hanyalah mitos belaka.

Baca Juga : Mie Instan Bisa Jadi Makanan Sehat, Asal Hidangkan Seperti Gambar di Bungkus, Ini Penjelasannya!

Celakanya, mitos-mitos itu masih juga dipercaya. 

Berikut mitos tentang mi instan yang masih dipercaya seperti dikutip dari laman AKG Fakultas Kesehatan Masyarakat UI: 

1. Mi Instan Mengandung Lilin yang kalau Dicerna Butuh Waktu Lama

Banyak  yang bilang, mi instan menggunakan lilin sehingga lilin larut ketika perebusan dan air rebusan menjadi kuning.

Faktanya : Lilin tidak digunakan sama sekali dalam pembuatan mi instan, minyak yang muncul merupakan sisa dari deep frying

Deep frying merupakan cara pengawetan menggoreng bahan dalam minyak panas, karena itu masih tersisa minyak hasil penggorengan.

2. Mi Instan Makanan Miskin Gizi

Itu tidak sepenuhnya benar. 

Mie instan sekarang,telah mengalami penambahan zat gizi yang diperlukan tubuh (Fortifikasi).

Fortifikasi menggantikan zat gizi yang hilang, membuat mie instan lebih bergizi tanpa mengubah rasa atau tampilannya.

Fortifikasi yang dilakukan pada mie instan yaitu fortifikasi vitamin A, zat besi, dan zink.

Meski begitu, mi instan bukan makanan lengkap karena miskin protein, sayuran, dan zat gizi lainnya.

Baca Juga : Minum Ramuan Mentimun dan Lemon ini dalam 4 Hari, Lemak di Perut Moms Langsung Susut!

3. Mi Instan Mengandung Banyak Pengawet

Bahan pengawet pada mi instan sudah diuji oleh BPOM dan dijamin aman, selain itu terdapat proses deep frying.

Proses deep frying  bertujuan mengurangi kadar air, mencegah pembusukan dalam waktu dekat karena itu mie dapat awet.

4. Kandungan MSG pada Mi Instan Berbahaya

Ada anggapan, Monosodium Glutamate pada bumbu mi instan terlalu banyak dan tidak baik untuk tubuh.

Faktanya, memang benar di bumbu mi instan terdapat MSG namun kandungannya masih dalam batas aman yg telah ditetapkan BPOM kok.

Baca Juga : Inilah Risiko Kehamilan yang Dialami Perempuan Berdasarkan Usia

5. Lebih Sehat bila Air Rebuan Mi Instan Dibuang

Katanya, akan lebih sehat jika air rebusan mi instan yang kuning itu tidak dibuang dan diganti dengan air yang baru.

Ternyata, air yg dipakai untuk merebus mie instan memiliki nilai gizi lo!

Ingat kan tentang fortifikasi fe, zink, dan vitamin A pada mie instan?

Nah, air rebusan mie instan mengandung zat gizi yang sudah difortifikasikan, sayangkan kalau dibuang.

Selain itu, minyak yang keluar saat merebus juga mengandung betakaroten dan tokoferol yang juga dibutuhkan untuk tubuh.

Pesannya, mi instan boleh dikonsumsi sesekali, jangan berlebihan.

Sebab, mi instan tidak bisa menggantikan makan penuh (wholesome food) dan hanya bisa dijadikan makanan bantu sementara.

Sebungkus mie instan ± 85 gram menyumbang energi total sebesar 390 kkal, yaitu sekitar 20% dari total kebutuhan energi harian (2.000 kkal). Walapun tinggi karbohidrat tapi tidak dapat memenuhi zat gizi yang lain, alias tidak seimbang.