Tragedi Kematian Satu Keluarga di Palembang dan Samosir, Inilah Penyebab Orangtua Tega Bunuh Anak!

By Kunthi Kristyani, Sabtu, 27 Oktober 2018 | 11:23 WIB
Kematian satu keluarga di Palembang dan Samosir, inilah alasan orangtua rega bunuh anak sendiri (Kompas.com)

Nakita.id - Masyarakat dihebohkan dengan kabar meningggalnya satu keluarga di Palembang secara tidak wajar pada Rabu (24/10/2018).

Satu keluarga yang meninggal ini diketahui terdiri dari sepasang suami istri beserta dua orang anaknya.

Mereka adalah FX Ong (45) sebagai kepala rumah tangga, istri Margareth Lentin Liana (43) dan dua anak Rafael Fransiskus (18) dan Kathlyn Fransiskus (11).

Baca Juga : Terungkap FX Ong Bunuh Anak Istrinya Lalu Bunuh Diri, Ketahuan Lewat Puntung Rokok

Keempatnya ditemukan meninggal dengan kondisi luka tembak menggunakan senjata api jenis revolver di kepala.

Seolah meyakinkan bahwa itu adalah kasus bunuh diri, surat wasiat yang ditulis FX Ong pun menjadi bukti.

Tak hanya itu, kedua anjingnya juga ditemukan tewas dengan luka tembak.

Melansir dari Kompas.com, FX Ong nekat mengakhiri hidupnya berserta istri dan kedua anaknya dengan menembakkan kepala mereka sendiri.

Alasan di balik FX Ong mengajak anggota keluarganya untuk bunuh diri itu pun satu per satu mulai terungkap.

Salah satu motif kuat yang diduga menjadi penyebab satu keluarga bunuh diri karena adanya orang ketiga di dalam rumah tangga mereka.

Belum habis keprihatinan masyarakat dengan tragedi yang terjadi pada keluarga FX Ong, kasus seruoa kembali terjadi di Samosir.

Peristiwa tragis terjadi di Dusun Janji Mauli, Desa Tambun Sukkean, Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Samosir, Rabu (24/10/2018) siang.

Warga mendadak geger dan ketakutan gara-gara ada empat orang sekeluarga tewas mengenaskan di rumah.

Di tubuh korban ada luka sayatan benda tajam.

Baca Juga : Satu Keluarga di Samosir Tewas, Suami Diduga Mabuk Lalu Bunuh Istri Hamil dan 2 Balita!

Para korban adalah seorang ayah bernama James Samosir (32), ibu Rosalina atau Lina boru Gultom (29) dan dua anak mereka, Rauli Agnes boru Samosir (4) dan Fransiskus Isodorus Samosir (2).

Kapolda Sumut Inspektur Jenderal (Irjen) Pol Agus Andrianto mengatakan, berdasar hasil olah empat kejadian perkara (TKP) Polres Samosir, diduga para korban tewas dibunuh James.

Dari dua kasus kematian di atas, pelakunya sama-sama sang kepala keluarga sendiri.

Lalu sebenarnya, apa penyebab seorang orangtua tega menghabisi nyawa darah dagingnya sendiri?

Sebuah penelitian di jurnal Forensic Science International meneliti kasus-kasus pembunuhan selama tiga dekade (antara tahun 1976 dan 2007) dan menemukan bahwa pembunuhan orangtua terhadap anak terjadi sekitar 500 kali dalam setahun di AS.

Hampir 72 persen dari korban yang dibunuh oleh orangtuanya berusia 6 tahun atau lebih muda .

Dan sepertiga dari jumlah korban masih bayi di bawah usia 1 tahun.

Meskipun kebanyakan korban berusia anak-anak, tak sedikit pula yang telah berusia remaja bahkan dewasa.

Lebih dari 13 persen korban adalah orang dewasa, khususnya orang-orang yang berusia 18 hingga 40 tahun.

Ayah lebih banyak melakukan pembunuhan kejam ini, persentasenya mencapai 57 persen.

Sedangkan ibu menyumbang lebih dari 40 persen.

Baca Juga : Dibelikan Handphone Berharga Fantastis, Nia Ramadhani Kesenengan Sampai Peluk Sang Mertua!

Jika Moms berpikir mayoritas pelakunya merupakan ayah atau ibu tiri, maka Moms salah besar!

Faktanya, 90 persen korban merupakan anak biologis dari si pelaku sendiri.

Dan anak laki-laki (52 persen) lebih mungkin dibunuh daripada anak perempuan (38 persen).

Psikiater forensik Phillip J. Resnick, pelopor dalam bidang penelitian filicide, menerbitkan artikel pada tahun 1969 mengidentifikasi lima motif utama orangtua membunuh anaknya.

Altruisme

Orangtua membunuh anak karena merasa itu yang terbaik untuk sang anak.

Ini mungkin berdasarkan kenyataan seperti anak menderita penyakit mematikan atau mendahului bunuh diri orang tua.

Karena merasa tidak adil meninggalkan anaknya sendirian di dunia yang kejam, orangtua akhirnya memutuskan untuk membunuh anaknya sebelum mereka bunuh diri.

Hal seperti ini terjadi beberapa waktu lalu di China.

Seorang ibu tega menyeburkan 2 anaknya ke danau dengan diikat, kemudian ia sendiri juga mengakhiri hidupnya dengan cara yang sama.

Dalam kasus berlandaskan altruisme atau perasaan mementingkan orang lain, pemicu pembunuhan biasanya adalah masalah finansial.

Baca Juga : Diserang Sekelompok Orang, Kepala Sekolah Dibunuh di Hadapan Muridnya

Psikosis akut

Orangtua membunuh anak karena alasan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan tidak masuk akal.

Misalnya, orangtua percaya bahwa anak telah dirasuki setan.

Anak yang tidak diinginkan

Orangtua membunuh anak yang dianggapnya sebagai hambatan.

Kebetulan

Kematian anak adalah akibat yang tidak disengaja dari kekerasan fisik orangtua.

Pembalasan suami-istri

Orangtua membunuh anak dalam upaya untuk membalas dendam pada orangtua lainnya.

Para peneliti menemukan bahwa orangtua yang melakukan balas dendam merupakan akibat dari hubungan yang tidak menyenangkan hingga kekerasan dalam rumah tangga baik mental maupun fisik.

"Dalam penelitian saya, saya menemukan fakta yang tak dapat dibantah bahwa sejumlah pembunuhan oleh para ibu memiliki motivasi balas dendam," kata Kieran O'Hagan, seorang pakar filicide.

Baca Juga : Tak Hanya Seks, Ini 7 Hal yang Paling Diinginkan Suami dari Sang Istri

"Namun, yang jauh lebih penting adalah ketika ayah membunuh. Ayah lebih cenderung membunuh untuk membalas dendam. Terutama jika telah berpisah dan mantan istrinya telah menikah lagi. Terlebih jika mantan istrinya tersebut tengah hamil dengan suami barunya." tambahnya.

Profesor Kevin Browne, yang bekerja di pusat psikologi forensik di Universitas Nottingham mengatakan bahwa balas dendam dapat menjadi faktor dalam pembunuhan, terutama jika 'telah terjadi perpisahan dan itu sudah sangat buruk'.

Namun Prof Browne menegaskan bahwa balas dendam terjadi hanya dalam sebagian kecil kasus, dibandingkan dengan kasus-kasus yang menyebabkan anak meninggal akibat kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan atau penyakit mental.

Beberapa anak telah meninggal di tangan ibu mereka yang menderita psikosis post partum.

Dan dalam beberapa kasus rasa putus asa, sering dikaitkan dengan penyakit mental, dapat menyebabkan orangtua berpikir tidak ada jalan keluar lagi bagi anak-anak mereka.

Prof Browne mengatakan bahwa kekerasan dan hubungan buruk menjadi faktor dalam pembunuhan anak-anak, penyalahgunaan obat terlarang, dan penyakit mental juga merupakan faktor risiko.

Baca Juga : Kenakan Rok Hingga Heels Saat Bertugas, Inilah Sosok Cantik Pengawal Pribadi Meghan Markle