Jadi Negara Maju, Inilah 10 Ciri Khas Sistem Pendidikan di Jepang

By Kunthi Kristyani, Senin, 29 Oktober 2018 | 15:01 WIB
Ilustrasi sekolah di Jepang (iStockphoto)

Nakita.id - Jepang merupakan salah satu negara yang banyak dikagumi negara lain.

Mulai dari kecerdasannya, kesehatan, kejujuran, kesopanan, dan tentu saja teknologinya yang melaju pesat.

Anak-anak Jepang juga dikenal patuh, berperilaku baik, sopan, juga penuh perhatian.

Baca Juga : Tak Hanya Lucu, 5 Pelawak Ini Miliki Riwayat Pendidikan Mengagumkan!

Semua hal tersebut tentu tak lepas dari pengaruh pendidikan yang diterima di sekolah.

Lantas seperti apa sebenarnya sistem pendidikan di Jepang sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang tidak hanya cerdas namun juga punya etika baik?

Menanamkan sikap sebelum ilmu

Sekolah-sekolah di Jepang tidak mewajibkan muridnya mengikuti ujian hingga kelas 4 (10 tahun).

Tujuannya adalah untuk membangun perilaku baik dan mengembangkan karakter siswa.

Budaya Jepang lebih mengutamakan mengajarkan etiket kepada siswa baru daripada memusatkan pada pembelajaran kognitif.

Anak-anak diajarkan untuk menghormati orang lain dan bersikap lembut terhadap hewan juga alam.

Mereka juga belajar bagaimana menjadi dermawan, welas asih, dan sikap empati.

Selain itu, anak-anak diajarkan tentang kualitas diri seperti kontrol diri dan keadilan.

Baca Juga : Tak Terima Dimarahi, Seorang Siswa Pukul Kepala Gurunya dengan Tongkat Besi

Tahun akademik dimulai saat bunga sakura bermekaran

Sebagian besar universitas di dunia memulai tahun akademik mereka pada bulan September atau Oktober.

Di Jepang, bulan April menandai dimulainya kalender akademis dan bisnis.

Hari pertama sekolah sering bertepatan dengan salah satu fenomena alam paling indah, yaitu saat bunga sakura bermekaran.

Tahun akademik dibagi menjadi 3 triwulan: 1 April - 20 Juli, 1 September - 26 Desember, dan 7 Januari - 25 Maret.

Siswa Jepang mendapatkan masa libur 6 minggu selama musim panas dan 2 minggu di musim dingin serta musim semi.

Tidak ada OB, siswa sendiri yang membersihkan kelas bahkan toilet

Sekolah-sekolah di Jepang mengharuskan siswanya membersihkan ruang kelas, kafetaria, dan bahkan toilet sendiri.

Saat membersihkan, siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan tugas piket ini digilir sepanjang tahun.

Strategi ini dimaksudkan untuk mengajarkan siswa agar dapat bekerja dalam tim dan saling membantu.

Selain itu, siswa juga akan belajar menghormati pekerjaan mereka sendiri dan pekerjaan orang lain.

Baca Juga : Tanpa Pacaran, Pasangan di Yogyakarta Ini Menikah dengan Mahar Ikrar Sumpah Pemuda

Makan siang sehat dan seimbang di kelas

Sekolah Jepang selalu memastikan para siswanya makan makanan yang sehat dan seimbang.

Di sekolah dasar dan menengah umum, makan siang untuk siswa dimasak sesuai dengan menu standar yang dikembangkan oleh koki yang berkualifikasi dan para profesional perawatan kesehatan.

Selain itu, makan siang di sekolah sebagian besar dibuat menggunakan bahan-bahan segar lokal.

Semua murid sekelas makan siang di kelas bersama dengan guru.

Hal ini tentu membantu membangun hubungan positif antara guru dan murid.

Jarang ada siswa bolos, tingkat kehadirannya 99.99%

Mungkin kita semua pernah membolos setidaknya sekali seumur hidup.

Namun, siswa Jepang tidak pernah melewatkan kelas, juga tidak pernah datang terlambat ke sekolah.

Selain itu, sekitar 91% siswa di Jepang melaporkan bahwa mereka sangat jarang bahkan tidak pernah mengabaikan penjelasan guru saat pelajaran berlangsung.

Baca Juga : Dikira Kuburan Misterius, Warga Justru Tertawa Begitu Gundukan Tanah Itu Dibongkar Polisi

Seni tradisional diajarkan di sekolah

Di sekolah Jepang, seni tradisional seperti Shodo dan Haiku turut diajarkan dalam pembelajaran.

Bagi orang Jepang, Shodo adalah seni yang tidak kalah populer dari lukisan tradisional.

Shodo merupakan seni mencelupkan kuas bambu dengan tinta untuk menulis hieroglif di atas kertas beras.

Sedangkan haiku adalah bentuk puisi yang menggunakan ekspresi sederhana untuk menyampaikan emosi yang mendalam kepada pembaca.

Tujuan menyertakan kedua seni tradisional tersebut dalam pelajaran adalah mengajarkan anak-anak untuk menghormati budaya mereka sendiri dan tradisi yang telah berabad-abad lamanya.

Kompetisi tinggi saat masuk perguruan tinggi

Pada akhir sekolah menengah, siswa Jepang harus mengikuti ujian penting yang akan menentukan masa depan mereka.

Seorang siswa dapat memilih satu perguruan tinggi yang ingin mereka tuju dan perguruan tinggi tersebut memiliki syarat batas minimal skor.

Kompetisi ini sangat ketat, hanya 76% lulusan sekolah melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi mereka setelah sekolah menengah.

Tidak mengherankan bahwa periode persiapan masuk ke lembaga pendidikan tinggi dijuluki sebagai 'neraka ujian'.

Baca Juga : Kenakan Rok Hingga Heels Saat Bertugas, Inilah Sosok Cantik Pengawal Pribadi Meghan Markle

Kuliah dianggap sebagai masa liburan sebelum bekerja

Setelah melewati 'ujian neraka,' siswa Jepang biasanya mengambil sedikit waktu istirahat.

Di negeri sakura, perguruan tinggi sering dianggap sebagai tahun terbaik dalam hidup seseorang.

Terkadang, orang Jepang menyebut periode ini sebagai 'liburan' sebelum bekerja.

Selain 8 hal di atas, ada 2 kebiasaan pelajar di jepang yang mirip dengan pelajar Indonesia, yaitu:

Les dan kursus setelah pulang sekolah

Untuk masuk ke sekolah menengah pertama unggulan, sebagian besar siswa Jepang memasuki sekolah persiapan atau mengikuti les setelah sekolah.

Kelas-kelas ini biasanya diadakan di malam hari.

Sekelompok anak kecil yang mengikuti les atau ekstrakurikuler hingga larut malam adalah pemandangan biasa di jepang.

Siswa Jepang bersekolah selama 8 jam sehari, namun mereka tetap belajar bahkan selama liburan dan akhir pekan.

Tidak mengherankan jika para siswa di negeri ini hampir tidak pernah tinggal kelas baik di sekolah dasar, menengah, atau menengah atas.

Baca Juga : Kate Middleton Kenakan Tiara Favorit Putri Diana, Gaunnya Justru Jadi Bahan Olokan

Memakai seragam

Mungkin di Indonesia memakai seragam ke sekolah adalah pemandangan biasa.

Namun tidak untuk beberapa negara lain yang membebaskan siswanya dengan tidak berseragam ke sekolah.

Hampir semua sekolah menengah pertama di Jepang mengharuskan siswanya mengenakan seragam sekolah.

Seragam sekolah tradisional Jepang bergaya militer untuk anak laki-laki dan bergaya pelaut untuk anak perempuan.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Musim Hujan, Saatnya Mengonsumsi 5 Makanan Ini Agar Imunitas Meningkat

Kebijakan seragam dimaksudkan untuk menghilangkan tingkatan kelas sosial di kalangan siswa.

Selain itu, mengenakan seragam sekolah juga meningkatkan rasa kebersamaan di antara para siswa.