Tabloid-Nakita.com - Anak hiperaktif memang kerap membuat Mama kelabakan. Sebab, segala perilaku buruk sepertinya ada padanya. Entah itu membangkang, gemar merusak barang-barang, tidak fokus, usil, tidak sabaran, dan nggak ada capeknya!
Jika tidak dikendalikan, anak hiperaktif tentu akan merepotkan Mama. Untuk itu, cari tahu bagaimana cara menghadapi anak yang terdiagnosis hiperaktif:
Terima kondisinya Yang pertama harus dilakukan adalah menerima kondisi anak. Bagaimanapun anak adalah anugerah dan titipan Tuhan. Kerja sama dan kekompakan suami-istri menyikapi kondisi ini sangat dibutuhkan. Sharing atau bergabung dalam komunitas anak-anak dengan gangguan hiperaktivitas akan sangat membantu.
Melakukan terapi Jangan ragu untuk mencari second opinion sekiranya orangtua kurang puas dengan diagnosis pertama. Namun setelah diagnosis ditegakkan, jangan buang waktu lagi, segera ikuti terapi yang tepat untuk anak. Beberapa terapi yang akan direkomendasikan di antaranya terapi psikososial, educational therapy, dan occasional therapy. Sedapat mungkin pemberian obat dihindari saat menangani anak hiperaktif karena akan menimbulkan efek dalam jangka panjang.
Salurkan energinya. Dengan mengikuti terapi diharapkan hiperaktivitas anak dapat terkendali. Orangtua juga harus berperan aktif mencarikan alternatif kegiatan yang dapat menjadi sarana untuk menyalurkan energi anak. Sediakan sarana dan prasarana yang sesuai kebutuhannya. Karena anak hiperaktif terus bergerak, sebaiknya rumah tidak dipenuhi barang-barang yang bisa membuatnya terbentur/terluka karena memecahkan/merusakkan sesuatu.
Bantu anak menjadi lebih tenang Orangtua juga dapat membantu anak menjadi lebih tenang. Misalnya saat akan tidur, karena anak hiperaktif tidak dapat segera tidur, maka lampu dapat dibuat lebih redup dan putarkan lagu lembut pengantar tidur. Orangtua juga dapat membuat jadwal/kebiasaan yang teratur sehari-hari sehingga anak terbiasa memberikan respons sesuai kebiasaan.
Selain itu, anak hiperaktif terkadang harus pantang makanan tertentu yang mengandung bahan tertentu, seperti gula dan bahan pengawet, karena dapat membuatnya lebih aktif lagi. Dengan demikian, orangtua harus benar-benar mematuhi pantangan tersebut saat menangani anak hiperaktif.