Tabloid-Nakita.com - Anak-anak prasekolah sebenarnya secara alamiah senang melakukan segala aktivitas yang berkaitan dengan fisik. Coba perhatikan, mereka akan kerap memperlihatkan emosinya sambil dibarengi gerak tubuh. Saat si kecil dalam kondisi marah, ada kan yang sambil mengentak-entakkan kakinya di lantai? Atau ketika ia kegirangan karena dapat hadiah dari Mama, dia akan meloncat-loncat?
Pada anak dengan kecerdasan gerak tubuh (kinestetik) yang baik, aktivitas motorik kasar dan penggunaan motorik halusnya akan tampak lebih menonjol. Gerak tubuhnya lihai melakukan berbagai aktivitas, seperti berlari, melompat, dan sebagainya. Begitu pun motorik halusnya. Dia mampu menalikan sepatunya atau mengancingkan baju dengan terampil.
Si cerdas kinestetik pun memiliki kemampuan koordinasi yang baik. Ia cermat saat menyusun balok, lihai menggoreskan pena, terampil menyeimbangkan tubuh di papan titian, gesit saat memanjat, dan sebagainya. Biasanya mereka menyukai permainan yang melibatkan fisik, mengendarai sepeda, berenang, melempar, dan menangkap bola, misalnya.
Lalu, apa bedanya anak aktif dan anak hiperaktif, yang justru merupakan suatu gangguan perkembangan?
Pada anak-anak hiperaktif, mereka banyak bergerak namun gerakannya tidak terarah, tidak terkontrol, dan kurang terstruktur. Mereka umumnya juga kurang bisa beradaptasi dengan lingkungan, destruktif, cenderung membahayakan dirinya maupun orang lain.
Di kelas, anak hiperaktif tidak bisa diam dan sulit mengikuti aturan. Disuruh duduk diam, hanya bisa beberapa saat, lalu jalan-jalan lagi. Saat mengerjakan tugas juga tidak sampai tuntas karena konsentrasinya mudah terpecah.
Rentang konsentrasi anak usia prasekolah minimal 10 menit. Sementara pada anak hiperaktif, konsentrasinya hanya kurang dari 5 menit. Jika diberi suatu kegiatan dia mudah berpindah pada kegiatan lain. Contoh, ketika bermain balok susun, anak tak akan tahan duduk lama. Baru sebentar, ia sudah berpindah lagi pada aktivitas lain sehingga balok susunnya tidak berbentuk apa pun.
Sementara anak aktif dengan kecerdasan gerak tubuh yang baik, gerakan tubuhnya terarah dan memiliki tujuan. Ia, sekali lagi, luwes dalam menirukan gerakan. Anak juga bisa diarahkan dan mampu mengikuti aturan. Jika diminta duduk diam, anak akan melakukannya. Saat diberikan permainan balok susun, anak akan mengerjakannya dengan berkonsentrasi dan menuntaskannya.
Nah, itulah cara membedakan anak aktif dan anak hiperaktif. Amati perbedaan ini ya, Mam, agar tidak salah memberikan stimulasi pada anak.
Narasumber:
Dewi Romadhona, Psi, dari TK Mutiara Indonesia Citra Raya Tangerang Banten
Irma Gustiana Andriani, MPsi
Penulis | : | Dedeh Kurniasih |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR