Berita Kesehatan: Hal Penting Jelang Melahirkan, Perhatikan Trombosit Jika Ingin Lancar dan Selamat

By Gazali Solahuddin, Kamis, 8 November 2018 | 14:18 WIB
Kadar trombosit salah satu penentu keselamatan ibu dan bayi saat persalinan (NataliaDeriabina)

Nakita.idTrombosit biasanya baru menjadi pusat perhatikan manakala kita atau Si Kecil mengalami demam. Betul?

Tapi jelang persalinan atau melahirkan, Moms kerap abai memerhatikan kadar trombositnya. Padahal ini faktor penentu dan penting sekali lo.

Rendahnya kadar trombosit pada ibu hamil, menurut dr. Okky Sofyan, Sp.OG., harus segera diatasi karena bila tidak, akan bisa memicu perdarahan.

Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Setelah Melahirkan, Perhatikan 7 Hal Ini

Pasalnya, trombosit merupakan keping darah berukuran paling kecil dibanding "teman-teman"nya. Sebagai unsur penyusun sumsum tulang, trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah.

Ginekolog yang akrab disapa Okky ini lantas menjelaskan bahwa protein tubuh akan mengalir terus-menerus dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru aliran darah.

Protein tubuh bertugas memeriksa adakah luka yang terlewatkan oleh trombosit.

Baca Juga : Hati-hati, Kekurangan Trombosit Bisa Sebabkan Lepasnya Plasenta

Jika terdapat luka, maka keping darah trombosit akan terjerat dan segera mengumpulkan trombosit lainnya di sekitar tempat tersebut.

Mekanisme kerja inilah yang kemudian mampu menutup luka tersebut.

Mengamati mekanisme tersebut, bisa dibayangkan jika kadar trombosit dalam tubuh ibu hamil yang akan melahirkan jumlahnya sedikit atau yang lebih dikenal dengan trombocytopenia purpurae (TP).

Padahal selama kehamilan, seorang wanita bisa dibilang rawan mengalami perdarahan, terlebih menjelang persalinan.

Baca Juga : Bercak Merah Kulit Kehamilan Muda Diwaspadai, Kekurangan Trombosit

Bila perdarahan tak bisa segera dihentikan, bukan tidak mungkin nyawa si bayi dan ibunya bakal terancam.

Sebetulnya, tegas Okky, kondisi kekurangan trombosit pada kehamilan bisa dideteksi sejak trimester pertama.

Salah satu gejala khasnya adalah timbulnya bercak-bercak kemerahan di kulit (purpurae).

Dengan diameter 0,5-1 cm, bercak TP ini bisa segera dibedakan dari bercak demam berdarah.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Amankah Terlalu Banyak Pakai Skincare?

Bercak seukuran kancing baju ini muncul karena adanya perdarahan spontan di bawah kulit.

Ciri khas lainnya adalah waktu perdarahan yang panjang. Jika yang bersangkutan terluka/trauma, darah yang keluar umumnya susah berhenti.

Mengapa? Tak lain karena tidak adanya trombosit yang berfungsi sebagai pembeku darah.

Sedangkan salah satu cara mudah untuk mengetahui ada tidaknya bercak TP adalah lewat tensimeter.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Denada Dikritik Berikan Makanan 'Tidak Sehat' Pada Shakira, Dokter: Tidak Masalah!

"Pasang tensimeter di lengan lalu pompa hingga menunjukkan angka maksimal. Setelah itu amati adakah bercak yang timbul. Jika ya, berarti si ibu hamil memiliki risiko terkena TP. Pemeriksaan yang lebih akurat tentu saja lewat pemeriksaan darah. Penderita TP umumnya memiliki kadar trombosit di bawah angka 100.000/m3." Papar Okky.

KENALI ANEKA PENYEBAB TROMBOSIT KURANG

Dokter kebidanan dan kandungan lulusan UI ini menambahkan, TP sendiri dibedakan menjadi dua jenis.

Pertama, TP yang diakibatkan oleh beberapa faktor sekunder dan kedua yang idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah:

Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Inilah 5 Obat Alami untuk Mengatasi Maag!

Keracunan (eklamsia)

Ditandai dengan tekanan darah yang meningkat (130/90 mmHg), bengkak (edema) pada mata kaki dan ada protein dalam urin/air kencing.

Munculnya gejala ini pada kehamilan 20 minggu sudah dapat dipakai untuk mendiagnosis adanya preeklamsia.

Bila tergolong parah, akan terjadi gangguan pertumbuhan pada janin (janin menjadi kecil dibanding umur kehamilannya).

Pada ibu muncul gangguan berupa penglihatan kabur, sakit kepala hebat, nyeri ulu hati disertai muntah-muntah, atau tekanan darah tinggi (160/110 mmmg), kadang disertai kejang-kejang.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Tinggi Badan Seseorang Memengaruhi Risiko Kanker

Perlu dicatat, eklamsia berat juga bisa menyerang semua organ tubuh, termasuk hati.

Padahal hati merupakan organ tubuh tempat trombosit diproduksi. Jika fungsi hati rusak, otomatis produksi trombosit pun akan mengalami gangguan atau bahkan tidak bisa diproduksi lagi.

Cara mengatasi eklamsia tak lain dengan cara menurunkan tekanan darah. Salah satunya dengan menjalani pola hidup sehat.

Obat-obatan penurun tekanan darah kadang diperlukan agar fungsi hati bisa pulih kembali.

Lepasnya plasenta (solusio plasenta)

Lepasnya plasenta sebelum waktunya akan menyebabkan perlukaan. Sebagai keping pembeku darah, trombosit pun mencoba menutupi luka tersebut.

Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Kopi Tidak Mencegah Kejang Pada Anak, Justru Sebabkan Masalah Kardiovaskular!

Banyaknya darah yang keluar dan besarnya luka membuat kadar trombosit dalam tubuh menurun drastis.

Tindakan yang umum dilakukan adalah melakukan tindakan sesar agar perdarahan bisa dihentikan dan ini berarti menyelamatkan nyawa ibu.

Infeksi Berat

Salah satu bentuk infeksi berat yang lazim menyerang adalah sepsis. Infeksi akibat masuknya bakteri ke dalam aliran darah juga berpeluang menyerang hati.

Di saat yang sama, kekebalan tubuh akan menurun drastis. Jika gangguannya tergolong ringan, tindakan operasi atau pembedahan memang bisa dilakukan.

Atau pemberian obat-obatan yang bisa mengenyahkan bakteri tersebut. Tapi jika gangguannya sudah berat, umumnya baik si ibu maupun janinnya sudah tidak bisa diselamatkan.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Sabun yang Terlalu Banyak Busa Tidak Dianjurkan, Ini Alasannya!

Radiasi

Penderita TP akibat radiasi umumnya bekerja di pabrik kimia ataupun reaktor nuklir.

Bocornya reaktor atau rusaknya tabung berbahan kimia membuat tubuh begitu mudah terpapar oleh zat-zat beracun yang sangat berbahaya. Bahkan beberapa zat beracun tersebut disinyalir dapat menyebabkan gangguan produksi trombosit, hingga tubuh akan kekurangan suplai trombosit.

Hanya saja gangguan semacam ini umumnya bersifat temporer. Artinya, setelah orang itu berada jauh dari daerah paparan radiasi, kadar trombositnya akan bisa normal kembali.

Jadi, satu-satunya jalan untuk mengatasinya memang dengan menjauhkan penderita dari sumber radiasi.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Orangtua di AS Dilarang Bicarakan Bobot Tubuh Anak, Ini Alasannya!

Gangguan kronis

ITP atau Idiopathic Trombocytopenia Purpure (ITP) adalah gangguan darah yang kronis. Sayangnya, sampai saat ini penyebab ITP belum diketahui, apakah karena virus, bersifat genetik, atau disebabkan hal lain.

Itulah sebabnya, nama gangguan trombosit ini diawali dengan Idiopathic yang berarti "tidak diketahui".

Sekarang pertanyaannya bagaimana jika jelang persalinan seorang ibu hamil mengalami kadar trombosit yang rendah?

Pertama, di sini dokter harus mengutarakan kondisi yang dialami si Ibu. Termasuk skenario persalinan dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.

Kedua, persalinan diusahakan sebisa mungkin pervaginam alias normal alamiah tanpa tindakan apapun, tak terkecuali episotomi.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: 8 Aktivitas yang Kerap Dipertanyakan Ibu Hamil, Boleh atau Tidak Dilakukan?

Akan tetapi jika situasi dan kondisi menuntut si ibu melahirkan sesar, apa boleh buat.

Beberapa jam menjelang operasi sesar, proses transfusi trombosit bisa dilakukan.

Langkah ini dilakukan hingga kadar trombosit dalam tubuh mencapai angka di atas 100.000 atau bahkan 200.000/m3.

Dengan kadar tersebut, trombosit diharapkan bisa menutup luka yang diakibatkan oleh operasi sesar.

Ketiga, kontraksi harus benar-benar dijaga, jangan terlalu kuat dan jangan pula kelewat lemah yang hanya akan memicu terjadinya perdarahan hebat.

Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan dan cairan infus agar kontraksi rahim bisa normal.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: 8 Aktivitas yang Kerap Dipertanyakan Ibu Hamil, Boleh atau Tidak Dilakukan?

Keempat, agar tidak terjadi perdarahan, sesaat setelah bayi lahir, plasenta bayi tidak segera dilepas.

Melainkan ditunggu sekitar 15 menit hingga massa plasenta lepas.

Dokter pun akan sangat hati-hati saat melakukan pemotongan plasenta agar perdarahan bisa diminimalkan.

Selain itu, dokter kandungan akan berkoordinasi dengan dokter ahli penyakit dalam agar kadar trombosit pasien bisa senantiasa terawasi.

Jika mengalami penurunan, infus trombosit bisa dilakukan kembali.

Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: Amankah Terlalu Banyak Pakai Skincare?

Dari itu semua paling penting, Moms baiknya mencegah hal ini terjadi. Caranya, kontrol rutin mulai dari pra hamil hingga kehamilan.

Juga perencanaan kehamilan yang matang.