Tabloid-Nakita.com - Pertengkaran antaranak wajar terjadi. Tetapi jika pertengkaran tak sekadar cekcok mulut, sudah melibatkan fisik, segera pisahkan anak. Setelah tenang, ajak mereka menyelesaikan konfliknya, arahkan bahwa pertengkaran fisik hanya akan saling menyakiti. Minta mereka berdamai, berjabat tangan, lalu bermain bersama kembali.
Kita juga perlu melihat, apakah anak lain memiliki permasalahan pada dirinya atau tidak. Umpama, si teman ternyata mengalami gangguan perilaku seperti hiperaktif. Anak hiperaktif umumnya tak mampu mengontrol perilakunya. Selain sangat aktif, ia pun kerap menciptakan “keonaran” yang membuat resah teman-temannya. Contoh, merebut barang, melompat-lompat di atas meja, berteriak-teriak, dan sebagainya.
Jika anak memiliki teman yang provokator, sering meledek sehingga memicu emosi dan diakhiri pertengkaran, kita perlu mempersiapkan mental anak. Begini cara menghadapi teman biang onar:
Tingkatkan percaya diri anak Anak mungkin sering diledek, entah fisik seperti tubuh gendut, kulit hitam, kerempeng, rambut kribo, atau lainnya. Tingkatkan rasa percaya diri anak dengan mengungkapkan kelebihannya, semisal, “Memang tubuhmu kerempeng, tapi kamu cerdas lo!” Percaya diri yang tinggi membuat anak tak mudah emosi, lebih santai menghadapi ejekan.
Tidak membalas Meski anak direbut barangnya, dijambak, dipukul, atau ditendang, jangan memintanya untuk membalas, melainkan minta ia untuk menghindar atau mempertahankan diri. Menjauhi teman yang memukulnya jauh lebih baik. Setelah itu, minta ia memaafkan si teman karena mungkin ia khilaf. Buang perasaan dendam dan keinginan membalas karena siapa tahu anak yang memukulnya merasa bersalah dan ingin minta maaf serta ingin bersahabat kembali.
Minta pertolongan Kita bisa mengajari anak untuk segera meminta pertolongan jika ada teman yang ingin menyakitinya. Jika terjadi di sekolah, bisa meminta tolong guru, sekuriti, atau orang lain yang lebih dewasa. Jika terjadi di rumah, bisa minta pertolongan pengasuh, kakak, om, tante, dan lainnya. Minta anak mengungkapkan kejadian sebenarnya dan tidak dibuat-buat. Atau, minta anak untuk menggunakan kalimat ancaman, misalnya dengan mengatakan kalau ia akan mengadukannya ke guru atau orangtua. Mungkin dengan ancaman tersebut, anak yang hendak memukul akan jera.
Beri contoh yang baik Dalam keseharian kita perlu memberi contoh yang baik kepada anak. Salah satunya dengan selalu bersikap sabar saat menghadapi masalah. Ketika anak bandel tidak mau diatur, umpamanya, kita tak perlu langsung marah-marah dengan membentaknya. Bersikaplah bijak dengan terus memberi arahan menggunakan cara-cara yang lembut. Dengan begitu anak melihat model yang akan ditirunya dalam berperilaku. Ketika ada yang meledeknya, dia akan lebih mudah untuk tidak melakukan konfrontatif sehingga pertengkaran pun terhindari.
Kerja sama dengan guru Perlu melakukan kerja sama dengan pihak sekolah untuk sigap menangani si provokator. Di rumah, anak harus terus diarahkan sambil dievaluasi perkembangannya, demikian pula di sekolah. Dengan kerja sama seperti ini diharapkan masalah akan cepat diatasi sehingga anak tidak menjadi “provokator” terjadinya pertengkaran.
Tidak menyimpan dendam Pertengkaran di masa kanak-kanak umumnya sepele, wajar terjadi karena anak masih sulit mengendalikan emosi. Tapi bisa saja anak sakit hati dan mengingat terus kejadian tersebut. Mengingat boleh tetapi jangan sampai memunculkan dendam di hati anak. Contoh, karena dendam, ia berjanji tidak akan meminjamkan alat tulis kepada temannya tersebut. Jadi, kalau memang sudah berdamai, persahabatan harus dijalin kembali seperti semula. Siapa tahu, teman yang pernah bertengkar dengan anak kelak akan menjadi penolong anak.
Nah, ingat ya Mam, kalau anak dipukul tak usah balas memukul. Lebih baik jauhkan diri, lalu meminta pertolongan orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Narasumber: Dra. Yatmi Naufal, Staf Pengajar di SD Islam Al-Falah II Pos Pengumben, Jakarta Barat
(Irfan Hasuki)