Tabloid-Nakita.com - Mama pusing tujuh keliling menghadapi si batita. Ada-ada saja ulahnya yang membuat teman-temannya menangis, tetangganya geleng-geleng kepala, dan Mama sendiri merasa kehabisan kesabaran. Tidak seperti teman mainnya yang makan sampai habis, pipis di toilet dengan resik, juga tidur malam sesuai jadwal, si kecil punya banyak cara untuk mendobrak semua keteraturan itu. Pokoknya, semua harus dilakukan sesuai keinginannya. Kenapa ya, si batita jadi nakal begini? Begitu keluh Mama.
Namun, seorang teman Papa menyarankan agar Mama dan Papa tak perlu terlalu khawatir. Karena, menurutnya, anak nakal itu tandanya cerdas. Mengapa ia berpendapat seperti itu? Benarkah anak nakal itu cerdas?
Kebanyakan buku pengasuhan anak mengarahkan bagaimana membuat anak melakukan sesuatu dengan benar. Dengan benar itu maksudnya, patuh. Patuh ketika orangtua meminta mereka melakukan sesuatu, entah itu makan, bermain, pipis, hingga tidur. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan anak yang selalu mengikuti aturan.
Maka, menurut anggapan masyarakat secara umum, anak yang patuh menunjukkan orangtuanya yang baik. Teman Mama pasti memuji sikap si kecil yang patuh. Sebaliknya, anak yang tidak patuh pasti karena orangtuanya tidak becus mengurus anak. Tetapi apakah orangtua harus bersyukur atau justru prihatin jika memiliki anak yang patuh?
"Anak akan mendobrak batas-batas jika mereka memiliki pelekatan yang lebih aman. Anak-anak yang direspons, diarahkan untuk percaya -dengan cara yang sehat- bahwa suara mereka dihargai, pasti mereka akan mendobrak batas-batas. Dan ini adalah perilaku yang sehat. Patuh? Anak yang patuh belajar bahwa tidak ada gunanya berdebat karena suara mereka tidak dihargai," papar Alison Roy, psikoterapis anak dan remaja East Sussex Child and Adolescent Mental Health Services (CAMHS).
Kalau Mama mau jujur, sebenarnya apa yang terlihat sebagai ketidakpatuhan anak sebenarnya merupakan perilaku yang alami dan penuh rasa ingin tahu. Karena mereka sedang belajar, sedang mengeksplorasi lingkungannya. Atau, bereaksi terhadap situasi di mana mereka tidak memiliki kontrol, dengan satu-satunya cara yang mereka ketahui.
Sayangnya, hal itu lebih sering dimaknai sebagai "nakal" oleh orangtua. Itu sebabnya mengapa ada yang mengatakan anak nakal itu cerdas. Padahal mungkin istilah yang lebih tepat adalah "aktif".
Hal ini sejalan dengan pendapat Pakar Perkembangan Anak dan Play Therapist Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSI, dalam suatu tanya-jawab dengan pembaca Nakita. Menurutnya, pada anak usia balita, istilah “nakal” sebenarnya tidak tepat. Sebab, anak-anak ini belum mampu berpikir panjang, tidak bisa diam, ingin tahu bermacam-macam hal yang kadang membahayakan, tidak bisa dilarang, tanpa tahu apa akibat yang bisa ditimbulkan. Sehingga, anak lalu sering dicap “nakal”.
Biasanya, anak yang cerdas mempunyai keingintahuan yang besar, belum puas kalau belum mencoba apa yang dia inginkan, sering bertanya, tidak bisa menerima begitu saja suruhan orang dewasa. Karena itu orang awam sering menganggap anak nakal pertanda cerdas.
Menghadapi anak-anak semacam ini, orang dewasa perlu memberikan kesempatan pada anak menyalurkan energinya yang berlebih, memberikan alasan yang masuk akal kenapa perilakunya tidak dibenarkan, kenapa keinginannya tidak bisa dipenuhi. Jawablah pertanyaan kritis anak-anak ini semaksimal mungkin. Bila orangtua tidak bisa memberikan jawaban yang tepat, usahakan mencari tahu dengan membaca buku, atau bertanya pada ahlinya sehingga keingintahuan anak bisa terpuaskan.
Bagaimana membedakan “nakal” dan “cerdas”? Anak disebut nakal bila anak bertingkah laku brutal, menyimpang dari norma umum yang berlaku dalam masyarakatnya.
Kembali ke soal anak yang patuh, Alfie Kohn, penulis buku Unconditional Parenting. Moving from Rewards and Punishments to Love and Reason, mengatakan bahwa orangtua justru harus khawatir jika anaknya terlalu patuh. Khususnya, ketika mereka sudah dewasa nanti.
"Jika suatu ketika mereka harus menerima perintah dari orang lain, mungkin saja itu dari orang yang tidak disukai. Atau dengan kata lain, anak-anak yang paling menjadi objek tekanan sebayanya adalah anak-anak yang orangtuanya mengajarkan mereka untuk selalu melakukan apa yang diminta," katanya. Jadi, punya anak yang patuh tidak selalu baik, kan?
Nah, jadi sudah jelas ya, Mam, apa yang dimaksud dengan anak nakal itu cerdas. Anggapan itu benar kalau yang dimaksud "nakal" sebenarnya anak yang aktif, kritis, penuh rasa ingin tahu, sering bertanya dan mendapatkan jawaban yang memuaskan dari orangtuanya. Mungkin akan lebih tepat jika mengatakan bahwa anak aktif itu cerdas.
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR