Nakita.id – Anak yang kerap menolak dan sering membangkang jadi masalah umum para Ibu. Ternyata, salah satu kunci yang bisa Ibu lakukan agar anak disiplin dan patuh adalah dengan menciptakan sebuah rutinitas. Si kecil perlu punya kegiatan yang secara konsisten dilakukan sehingga ia jadi tahu rutinitas yang harus dilakukan. Sebelum mengenalkan rutinitas, sebaiknya Ibu memahami bahwa anak batita belum paham betul soal konsep waktu.
Baca juga: Cara tepat menasehati anak agar jadi penurut
“Hal yang diingat oleh anak adalah urutan dari kegiatan yang dilakukan. Oleh karena itu, dalam membentuk rutinitas anak diperlukan konsistensi terutama yang berkaitan dengan urutan kegiatan,” ujar Sari Zakiah Akmal, MPsi, dalam tabloid Nakita Edisi 844. Ibu bisa mengenalkan rutinitas dengan cara:
Baca juga: Jika anak hanya jadi penurut bila dengan Papa
Tidak hanya kegiatan yang itu-itu saja, Ibu bisa memberikan variasi pada suatu rutinitas tanpa mengubah waktu dan tujuannya. Hal ini akan membuat si kecil paham bahwa apa yang ia lakukan bukanlah hanya rutinitas biasa tetapi memang bermanfaat untuk dirinya. Misalnya saat sebelum tidur, Ibu bisa mengganti rutinitas membaca cerita menjadi ngobrol seputar apa yang ia lakukan hari ini. “Variasi ini juga membantu anak belajar bagaimana menghadapi perubahan dan mencegah kebosanan pada anak,” ujar Marni Axelrad, PhD, seorang psikolog perkembangan anak di Texas Children's Hospital.
Baca juga: Mengenal hypoparenting yang bisa membuat anak jadi penurut
Ibu sebaiknya mengenalkan pada si batita apa akibatnya jika suatu rutinitas ditinggalkan. Misalnya, tunjukkan giginya yang menguning jika tidak menggosok gigi pagi dan malam.
Selain membentuk kebiasaan sehat dan positif, rutinitas membantu anak untuk mampu membantu diri sendiri dan mandiri. Ia jadi tahu apa yang harus dilakukan. Ibu dan Ayah pun harus terus mengingatkan dan mengontrol batita dalam melakukan aktivitas. Lakukan dengan pola komunikasi penuh kasih sayang tetapi tegas. Tanpa komunikasi efektif, anak bisa tertekan dengan tuntutan orangtua, sementara orangtua juga merasa tertekan karena harus memaksa anak melakukan sesuatu.
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Heni Wiradimaja |
KOMENTAR