Nakita.id - Kerrie Keen, 33 tahun, tidak pernah menyangka akan memiliki bayi kembar. Jika diurut dari garis keturunan, baik dia dan Owen, suaminya, tak ada jejak kembar di sana.
Namun, dokter memberi kabar yang sangat membahagiakan. Ia yang saat itu di usia kehamilan 14 minggu, diberitahu tengah mengandung dua bayi. Kerrie dan Owen sebelumya telah memiliki anak laki-laki berusia 15 tahun.
Kemudian ketika umur kehamilan mencapai 34 minggu, ia melakukan check-up rutin di rumah sakit lokal dekat Clackmannan di Lowlands Tengah, Skotlandia. Ternyata, dokter menemukan bayi-bayi kembarnya tidak dalam posisi yang tepat. Yang satu sungsang, yang satu lagi melintang. Oleh karena itu, tak ada pilihan, Kerrie harus melahirkan melalui operasi sesar.
Baca juga : 8 Cara Sentuhan yang Menyembuhkan Anak dari Sakit
Meski sangat ingin melahirkan normal, Kerrie akhirnya setuju untuk menjalani operasi sesar pada usia kandungan 38 minggu. Beberapa hari sebelum prosedur operasi, Kerrie pergi ke rumah sakit untuk injeksi steroid yang akan membantu paru-paru si kembar matang.
Bayi prematur sering bermasalah pada pernapasannya dan dokter ingin memastikan paru-paru si kembar sepenuhnya berkembang karena keduanya akan lahir seminggu lebih awal.
Namun, suntikan steroid memicu kontraksi dan air ketubannya pecah, sehingga membutuhkan operasi sesar darurat. Si kembar harus dikeluarkan segera. Beberapa menit kemudian si kembar Lucas dan Cooper lahir dengan selamat. Keduanya tampak menawan.
Baca juga : 5 Tanda Anak Sakit
Tapi setelah beberapa jam, Kerrie dan suaminya baru menyadari kondisi Cooper tak sebaik Lucas. Ia tampak lemah dan tidak mau menyusu. Akhirnya, Cooper menjalani tes glukosa darah dan dipisahkan agar bisa dimonitor.
Pagi harinya, Cooper kejang-kejang. Ia memerlukan perawatan intensif. Dokter masih belum tahu penyebab pasti bayi Cooper kejang-kejang.
Setelah enam hari, dokter akhirnya memindahkannya ke departemen neurologi Royal Hospital for Sick Children di Glasgow. Karena Kerrie masih belum pulih dari operasi sesar, Owen pergi mendampingi Cooper.
Kemudian datang berita mengejutkan bahwa hasil dari scan MRI menunjukkan pendarahan pada otak Cooper. “Ia sudah di ambang kematian dan jika selamat pun, kemungkinan besar dia lumpuh,” kata Kerrie. Seminggu kemudian, Cooper kembali ke rumah sakit awal dan masih dalam perawatan intensif.
Baca juga : Agar Bayi Tak Mudah Sakit di Musim Hujan
Saat memegangi tangan Cooper di inkubator, Kerrie mendapatkan ide cemerlang. “Cooper terlihat kesepian tanpa Lucas di sampingnya setelah bersama-sama di dalam perut selama delapan bulan,” tuturnya. Bukankah lebih baik jika Lucas menemani Cooper di sana? Ide ini ia sampaikan pada seorang perawat dan langsung disambut dengan baik. Begitu Lucas ditempatkan di ranjang sebelah Cooper, si kembar saling mengulurkan tangan dan mencengkeram tangan masing-masing.
Cooper tampak begitu lemah dan sakit di sebelah Lucas. “Mungkin ini akan memberikan Cooper kekuatan yang ia butuhkan untuk terus berjuang.” Kerrie meyakinkan dirinya. Dan benar saja, seminggu kemudian, Cooper terlihat semakin kuat dan ketika ia berusia empat minggu ia dipindahkan ke unit perawatan khusus. Dan Kerrie akhirnya dapat memeluk Cooper untuk pertama kalinya setelah 1 bulan.
Baca juga : Waspada Kesalahan Diagnosis Demam Berdarah
Cooper akhirnya keluar dari rumah sakit tapi tetap membutuhkan check-up untuk mengetahui apakah ia masih mengalami pendarahan otak. Kemudian ketika ia berusia tujuh bulan, Cooper didiagnosis mengidap cerebral palsy dan hidrosefalus, yang berarti ada terlalu banyak cairan di sekitar otak.
Dokter mengatakan bahwa Cooper akan kesulitan belajar dan mungkin berjuang untuk belajar berjalan. Dan memang, ketika Lucas pun mulai mengambil langkah pertamanya pada usia 16 bulan, Cooper masih belum bisa berdiri.
Perkembangan Cooper masih tertinggal jauh dari Lucas. Tapi satu hal yang selalu membuat Kerrie merasa lebih baik, yaitu ikatan yang tak tergoyahkan antara Cooper dan Lucas. Ikatan antara si kembar tak bisa dipungkiri dan Kerrie benar-benar percaya jika bukan karena Lucas, Cooper mungkin tidak dapat sembuh.
Wicked Siap Menghiasi Layar Lebar Indonesia, Sebuah Adaptasi Sinematik dari Kisah Ikonik The Wizard of Oz
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR