Nakita.id - Kemajuan terbaru dalam teknologi diagnostik bisa membantu para dokter mengidentifikasi hadirnya penanda biologis autisme dalam aliran darah pasien sejak usia dini. Perangkat diagnostik baru ini adalah tes fisiologi pertama yang bisa mendeteksi gangguan genetis tersebut. Keakuratan perangkat ini jauh melebihi ukuran-ukuran pengujian yang digunakan belakangan ini, yang hanya berfokus pada gejala-gejala yang berkaitan dengan perilaku.
Tes darah tersebut menggunakan sebuah algoritma untuk melacak level metabolit, dan dirancang untuk memprediksi kejadian gangguan spektrum Austisme (ASD) pada anak-anak, memungkinkan diagnosis lebih dini.
Baca juga : Deteksi Autisme Sejak Dini
The Rensselaer Polytechnic Institute di New York, yang menciptakan algoritma tersebut, mengkaji efisiensinya melalui analisis data tingkat lanjutan dan menerbitkan hasil-hasilnya dalam jurnal PLOS Computational Biology.
Menurut Juergen Hahn, salah satu peneliti utama kajian ini, riset sebelumnya hanya berfokus pada satu penanda biologis: metabolit atau gen. Meskipun sukses, hasil-hasil sebelumnya secara statistik tidak cukup signifikan untuk direplika dalam kasus diagnostik lain. Namun, kajian Jurgen didasarkan pada model statistik multivarian yang memungkinkan timnya mengklasifikasi anak-anak dengan autisme berdasarkan pada status syaraf mereka.
Tingkat Keberhasilan 98 Persen
Para peneliti menganalisis data biomedis dari 149 sampel darah, milik 83 anak-anak austis dan 76 partisipan neurotipikal (anak-anak yang tidak terdampak ASD)— semua antara usia 3-10 tahun.
Alih-alih berfokus pada metabolit individual, tim Jurgen menyelidiki beberapa pola metabolit dengan autisme dan menemukan perbedaan-perbedaan penting dalam konstrasi metabolit antara kelompok tes ASD dan kelompok neurotipikal.
Baca juga : Deteksi Dini Otak Bayi Kurangi Dampak Autisme
“Dengan mengukur 24 metabolit dari sampel darah, algoritma ini bisa mengungkapkan apakah seseorang mengalami spektrum Autisme atau tidak, dan bahkan menentukan di mana derajat spekrum yang mereka alami,” Jurgen menjelaskan.
Metode diagnostik baru ini “sangat akurat dan spesifik” dan membantu para peneliti mengidentifikasi 97,6 persen anak-anak yang menderita autisme dan 86,1 persen mereka yang neurotipikal.
Tak ada pendekatan diagnosis yang tersedia saat ini bisa memproduksi klasifikasi pasien autis yang sama tepatnya atau memprediksi di ujung spektrum yang mana mereka ditemukan. Tim Jurgen yakin algoritma mereka adalah “satu indikator kuat bahwa metabolit yang dalam pertimbangan sangat berkorelasi dengan diagnosis."
Baca juga : Kenali Tanda Awal Anak Autis
"Metode yang disajikan dalam pekerjaan ini satu-satunya yang bisa mengklasifikasikan seorang individu sedang mengalami spektrum autisme atau menderita neurotipikal. Kami tidak tahu metode lainnya, yang menggunakan jenis penanda biologis yang bisa melakukan ini, kurang lebih dengan tingkat keakuratan yang kita lihat dalam kerja kami,” kata para peneeliti dalam sebuah pernyataan.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Avrizella Quenda |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR