Nakita.id - Pesatnya perkembangan teknologi saat ini tak jarang membuat orangtua berharap anak-anak turut melek teknologi dengan memberikan gadget untuk anak. Berbagai penelitian telah mengungkap bahwa teknologi memang memberi dampak positif untuk anak. Mulai dari memudahkan anak mendapatkan informasi yang lebih luas hingga memudahkan anak dalam melakukan tugas-tugas akademis mereka (baca juga: Kini, Batita Sudah Bisa Main Gadget Sebelum Bisa Bicara!).
Orangtua yang menyediakan anaknya perangkat teknologi pun kerap menggunakan dalih sebagai cara mempersiapkan anak menjadi remaja yang visioner dan siap berkompetisi di masa depan. Salah satu gawai yang saat ini terlihat kian banyak digunakan anak-anak adalah smartphone dan juga tablet.
Sayangnya, tidak sedikit juga dari anak-anak yang menggunakan tablet sekadar sebagai alat bermain. Alih-alih mencari informasi terkait pelajaran lewat tablet, anak-anak saat ini malah akhirnya terlihat terobsesi dengan segala permainan yang ada di dalam tablet (baca juga: Anak Sekarang Lebih Pintar Gadget-an daripada Memakai Sepatu Sendiri).
Pakar psikologi klinis dari Irlandia, David Coleman, menilai bahwa orangtua harus bertindak tegas kepada anak jika target mereka memberikan gadget kepada anak sudah meleset. Terlebih jika anak sudah terlihat semakin agresif terhadap perangkat teknologi.
Coleman menilai, tujuan memberikan tablet atau gawai agar membuat anak tidak gagap teknologi sangatlah salah. Pasalnya, sederet efek negatif akan mengikuti jika orangtua membiarkan anak mencandu gawai .
Anak yang terobsesi dengan perangkat teknologi akan malas bermain ke luar rumah dan membuatnya kurang mampu berimajinasi. Tak hanya berefek pada kemampuan berpikir, menghabiskan waktu bermain gadget dapat membuat anak rentan obesitas, bahkan merusak mata (baca juga: Ini Bahaya Bermain Gadget Sambil Tiduran).
"Banyak penelitian yang telah mengungkap bahwa teknologi dapat memberi dampak negatif kepada suasana hati anak, kewaspadaan anak, keinginan untuk membaca, dan juga emosi lainnya yang dimiliki anak," ujar Coleman.
Jika dibiarkan, konflik pun akan muncul di dalam rumah. Sederhananya, Ayah dan Ibu akan sulit untuk berdiskusi dengan anak, dan hubungan sosial anak dengan temannya akan rusak (baca juga: Ini Contoh Aturan Penggunaan Gadget Pada Anak Yang Bisa Ditiru!).
"Anak-anak tidak membutuhkan tablet atau perangkat teknologi seperti itu. Mereka mungkin menginginkannya, tapi itu bukan yang mereka butuhkan. Anak-anak harus melalui masa perkembangan seperti menggerakkan tubuh, bersentuhan dengan temannya, berhubungan dengan mahluk lain. Pastinya mereka tidak akan mendapatkan pengalaman itu jika hari-harinya terjebak dalam perangkat teknologi," ujar Coleman.
Penulis | : | Megiza |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR