nakita.id.- Penelitian yang dilakukan March of Dimes menyebutkan, 50% dari kehamilan berakhir dengan keguguran dan lebih dari 80% kasus keguguran terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan. Studi lain menyebutkan, 1 dari 4 perempuan mengalami keguguran di periode awal kehamilan. Bahkan, banyak perempuan tidak menyadari telah mengalami keguguran.
Menurut dr. Intan Nabila, SpOG dari Klinik AMS, Kemang, Jakarta Selatan, keguguran di awal kehamilan biasanya disebabkan oleh kelainan kromosom yang terjadi saat proses pembuahan. Paling sering terjadi karena telur atau sperma yang masuk memiliki jumlah kromosom yang salah, sehingga telur atau embrio yang dibuahi tidak dapat berkembang secara normal alias cacat. Penyebab kelainan kromosom ini bisa bermacam-macam, mulai faktor genetik, faktor anatomi, hormonal, infeksi, imunitas, nutrisi, obat-obatan, lingkungan yang tidak mendukung, hingga faktor psikologis.
Baca juga: 4 Mitos Keguguran Yang Menjadi Ketakutan Ibu Hamil
Faktor ibu juga bisa menjadi penyebab keguguran. Mereka yang berisiko mengalami keguguran atau abortus adalah ibu yang memiliki: kelainan hormonal, seperti hipertiroid ataupun diabetes; penyakit kekebalan tubuh, seperti lupus; kelemahan pada otot rahim sehingga tidak mampu menahan janin yang sedang berkembang; kelainan pada rahim atau bentuk rahim, seperti dikarenakan miom atau tumor yang dapat mengganggu perubahan embrio/janin; serta ibu yang mengalami infeksi saat hamil, seperti: cacar air, campak jerman, toksoplasma, herpes, dan lainnya.
Gaya hidup juga berpengaruh terhadap terjadinya keguguran, seperti ibu yang tetap merokok atau mengonsumsi minunan keras saat hamil. Berat badan yang berlebihan atau obesitas juga bisa menjadi penyebab keguguran. Sebaliknya, berat badan yang berkurang banyak selama hamil, dapat mengakibatkan masalah hormonal yang memengaruhi masalah kehamilan, termasuk keguguran.
Faktor makanan juga disebut-sebut bisa mengakibatkan keguguran. Bila dikonsumsi dalam jumlah sedikit, mungkin tidak berdampak buruk. Namun, bila ibu mengonsumsi dalam jumlah banyak dapat berisiko menimbulkan keguguran. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah mengonsumsi daging atau ikan yang penyajiannya kurang masak atau mentah. Pada daging atau ikan mentah kemungkinan besar terdapat parasit toksoplasmosis yang dapat berakibat cacat pada janin.
Selain itu, ibu yang memiliki riwayat keguguran tentu memiliki risiko untuk mengalami keguguran lagi. Namun, jangan sampai hal tersebut membuat ibu trauma untuk hamil lagi. Alih-alih menjadikan pengalaman keguguran sebagai sesuatu yang perlu ditakuti, baiknya ibu me-manage ketakutan itu ke arah yang positif. Kondisi ibu untuk kehamilan yang berikutnya harus lebih baik dan fit dari kehamilan sebelumnya. Lebih baik lagi bila ibu mengetahui penyebab keguguran sebelumnya.
Intinya, keguguran/abortus sesungguhnya dapat dicegah, sekalipun Ibu memiliki riwayat keguguran. Caranya? Jaga kehamilan sebaik mungkin dengan menghindari hal-hal yang berpotensi menimbulkan keguguran. Pada kehamilan trimester 1 ini, baiknya hindari pekerjaan berat dan menyita waktu terlalu lama. Usahakan istirahat 6—8 jam dalam sehari. Lakukan olahraga, seperti jalan pagi, selama 30 menit setiap hari dan upayakan terkena sinar matahari pagi.
Baca juga: 80 % Keguguran Terjadi Di Awal Kehamilan Ini Cara Mencegahnya
Makanan saat hamil juga perlu diperhatikan. Mengonsumsi makanan seimbang dengan protein yang cukup sangat dianjurkan. Sementara makanan terlalu pedas, terlalu asam, terlalu pahit, ataupun terlalu asam agar diminimalisasi. Proses yang baik selama kehamilan, seperti: mengelola stres, mengatur pola makan dan pola istirahat yang baik, akan berdampak sangat baik untuk Ibu dan janin.
Tak kalah pentingnya, peka terhadap gejala atau keluhan yang berpotensi merupakan gejala keguguran. Pastikan ibu mengetahui setiap perubahan di tubuh, sehingga gejala-gejala dini keguguran dapat disadari.(*)
(Penulis: Ika Nurul Syifa)
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Tabloid Nakita |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR