nakita.id- Saat proses pemberian finger food (camilan), umumnya bayi akan kesulitan menghabiskan porsi makannya. Tidak apa-apa juga, sebab itu bagian dari proses belajar self regulation, yaitu mengira-ira porsi yang cukup untuk dirinya. Dari sini si kecil juga akan belajar untuk tidak “serakah”, mengambil makanan sesukannya, tapi nantinya tidak dihabiskan.
Baca juga: Mengenalkan Makanan Genggam Untuk Anak
Sebagai panduan, pemberian camilan disesuaikan dengan usia si kecil. Untuk bayi 6-8 bulan dapat dilakukan sekali sehari. Memasuki usia 9 bulan-1 tahun, dapat lebih ditingkatkan menjadi 2 kali sehari. Perihal waktu pemberiannya, karena sifatnya camilan, dilakukan di antara 2 waktu makan.
Baca juga: Ini Manfaat Pemberian Finger Food Yang Ibu Perlu Tahu
Tentang jenis makanan yang diberikan, intinya apapun yang dapat dipotong atau dibuat seukuran jari tangan sehingga memudahkan bayi menjipit dan menyorongkan ke mulutnya. Selain berbentuk kecil, makanan ini juga harus lumer (meleleh) saat di mulut bayi atau lembut. Misalnya biskuit. Kalaupun hendak memilih sayur, harus dimasak hingga kematangan yang lembek. Sebab, bayi belum punya gigi sehingga belum bisa mengunyah secara sempurna. Kalau makanannya tidak hancur di mulut, bayi berisiko tersedak karena menelan makanan yang masih keras. Makanan yang masih keras juga bisa melukai gusi anak.
MEMENUHI SYARAT GIZI
Untuk diketahui, fungsi utama camilan adalah memberikan gizi tambahan. Oleh sebab itu, nilai gizi finger food hendaknya tidak melebihi 30% nilai gizi yang harus dipenuhi dalam satu hari. Untuk bayi 6-8 bulan nilai gizi finger food per harinya kurang lebih 165 Kalori. Nilai gizi ini kurang lebih setara dengan 1 keping biskuit atau 2 batang wortel yang disiram dengan saus susu. Pilihan lain, nilai gizi 1 buah pisang ambon ukuran sedang seberat kurang lebih 50 g memiliki nilai gizi 40 kalori yang dipotong kecil-kecil. Sepotong pepaya berukuran sedang seberat 100 g juga memiliki nilai gizi 40 kalori. Memasuki usia 9-12 bulan, nilai gizi finger food bisa mencapai kurang lebih 195 Kalori per hari.
Hindari memberikan potongan sayuran mentah atau buah-buahan keras, kismis dan buah kering lainnya, kacang tanah, kacang-kacangan, dan biji-bijian, potongan keju atau daging, permen keras, permen karet, popcorn, keripik jagung, dan makanan ringan lainnya. Ingat, Finger food haruslah makanan yang bertekstur lunak, mudah dikunyah atau mudah lumer, serta tidak menyebabkan bayi tersedak.
Finger food tak terbatas hanya biskuit. Sayuran, buah-buahan, atau makanan olahan lain yang bisa digenggam bayi juga bisa menjadi camilan. Misalnya sayuran (asparagus, wortel, bayam, brokoli, kembang kol), buah-buahan (mangga, peach, timun suri) dan sumber protein (daging ayam, sapi, hati, tahu, tempe).
Baca juga: Pilihan Sayuran Dan Buah Pertama Untuk MPASI
HINDARI MEMBERIKAN MAKANAN OLAHAN
Hindari memberikan makanan berupa produk olahan susu (keju, krim, yoghurt) di masa perkenalan awal, karena dikhawatirkan bisa menjadi pencetus alergi. Namun, setelah memasuki usia 9 bulan, pemberian bahan makanan produk olahan susu tersebut sudah bisa diperkenalkan.
Bahan makanan seperti yang telah disebutkan di atas dapat diolah menjadi aneka ragam finger food. Untuk itu perlu untuk memerhatikan teksturnya. Pada tahap awal pemberian (usia bayi 6 bulanan) finger food harus masih bertekstur lembut. Baru ketika usia bayi menginjak 9 bulan, finger food bisa dibuat dengan tekstur lebih kasar. Misalnya, dengan membuat makanan olahan dari bahan daging ayam atau sapi cincang (nugget).
Baca juga: Problem Seputar Tekstur MPASI Yang Sering Terjadi
Perhatikan juga ukurannya. Berikan finger food dalam ukuran yang dapat dijimpit oleh jari-jari bayi. Tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Ukuran camilan yang terlalu kecil dapat membuat bayi tersedak. Sementara potongan yang terlalu besar, malah tidak bisa digenggamnya. sayuran seperti wortel, labu, asparagus, brokoli, kembang kol, hendaknya direbus terlebih dahulu agar lunak lalu dipotong-potong kecil. Nah, kini si kecil siap dengan camilan yang disediakan. Have a nice eating! (*)
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR