Nakita.id - Seorang ibu asal Ohio telah berbagi pengalaman bagaimana rasanya hidup dengan depresi pascamelahirkan di Facebook miliknya. Meskipun dua foto yang diposting Kathy DiVincenzo diambil bersamaan pada hari yang sama, keduanya menunjukkan perbedaan mencolok.
Dalam satu foto, Kathy menunjukkan wajah dengan senyuman lebar di wajahnya, saat ia memegangi tangan anaknya yang berusia 3 bulan dan anak perempuannya yang berusia 3 tahun sambil menatapnya dan tersenyum. Di foto lain, Kathy tampak acak-acakan dan kelelahan, saat tali bra terlepas dari bahunya, dan senyumannya yang cerah tidak lagi terlihat.
(Baca juga : Mama Hamil Rentan Mengalami Depresi)
Untuk menghormati Postpartum Depression Awareness Month, Kathy bekerja sama dengan teman dan seorang fotografer bernama Danielle Fantis untuk melakukan pemotretan yang menunjukkan realitas gangguan suasana hati yang mempengaruhi sebanyak 1 dari 7 ibu, sebuah studi yang diterbitkan dalam JAMA Psychiatry.
"Kita perlu berhenti berasumsi bahwa periode pascapersalinan selalu euforia, karena untuk 1 dari 7 ibu tidak demikian. Kita perlu mulai bertanya kepada orang tua baru bagaimana keadaan mereka dengan cara yang lebih dalam daripada yang normal.
Kini unggahan Facebook-nya telah dibagikan lebih dari 71.000 kali. Kita perlu mempelajari tanda, gejala, faktor risiko, dan rencana dukungan untuk kondisi pascapersalinan.
Kathy yang juga didiagnosis menderita kecemasan dan gangguan obsesif kompulsif, menjelaskan bahwa kedua foto tersebut mewakili hidupnya, namun bagaimana perasaannya pada akhirnya bergantung pada hari itu.
(Baca juga : Mengatasi Depresi Setelah Melahirkan)
Tidak ada satu pun penyebab depresi pascamelahirkan yang dapat diidentifikasi, namun menurut Institut Kesehatan Mental Nasional, ini kemungkinan kombinasi antara faktor fisik dan emosional. Setelah seorang perempuan melahirkan, ada banyak tanda yang keluar untuk menunjukkan bahwa ia sedang mengalami depresi pascamelahirkan.
Beberapa tanda umum adalah perasaan putus asa, kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya menyenangkan, sulit dekat dengan bayinya, dan meragukan kemampuannya untuk merawat anaknya. Kathy menjelaskan bahwa salah satu bagian tersulit dalam pertarungan kondisinya adalah harus mencoba dan berpura-pura tidak ada apa-apa.
"Saya berusaha dua kali lebih keras untuk menyembunyikan kenyataan ini dari Anda karena saya takut membuat Anda tidak nyaman," tulisnya. "Saya khawatir Anda akan mengira saya lemah, gila, ibu yang mengerikan, atau jutaan hal lain yang meyakinkan saya dan saya tahu saya tidak sendiri dalam pemikiran itu."
(Baca juga : Ini Gejala Ibu Hamil Terkena Depresi)
Kathy tentu saja tidak sendiri, karena ceritanya bahkan mengilhami sang fotografernya untuk secara terbuka berbagi dengan kekacauan ini. Depresi pascamelahirkan dapat mempengaruhi ibu, terlepas dari usia, ras, atau faktor lainnya.
Jika tidak diobati, kesehatan seorang ibu bisa sangat berpengaruh selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Perawatannya pun sangat bervariasi, dan beberapa ibu akan memilih untuk menghadiri sesi konseling, sementara yang lain akan menggunakan obat antidepresan. Keduanya bisa dilakukan sendiri atau bersama-sama sebagai gabungan pengobatan. Namun, penggunaan obat pun sebaiknya sesuai dengan saran dan dosis dari dokter.
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR