Nakita.id - Jangan sirik dulu kalau mendengar adik Ibu yang baru bekerja dua tahun tapi mengaku gajinya 10 koma. Sebab, mungkin maksudnya bukan Rp 10 juta sekian, melainkan tanggal 10 sudah koma.
Ya, itulah masalah yang banyak dialami generasi milenial, mungkin Ibu termasuk di antaranya. Sebab, gaji habis untuk ngopi-ngopi, jalan-jalan, dan tentunya belanja fashion. Akibatnya, sebulan belum habis berjalan, tapi gaji Ibu sudah menipis. Atau, Ibu sudah kehabisan uang sebelum waktunya gajian lagi. Kadang-kadang, masalahnya bukan karena gaji Ibu yang kecil, tetapi karena tidak pernah tahu uang Ibu habis untuk keperluan apa saja.
Bagi para ibu yang bertindak sebagai bendahara rumah tangga, punya cukup uang sampai akhir bulan tentu menjadi hal penting. Nah, kalau Ibu sampai tidak tahu kemana uang Ibu habis digunakan, pertama-tama Ibu harus mengakui bahwa pengelolaan keuangan Ibu memang buruk. Kemudian, agar Ibu bisa mengelola keuangan keluarga lebih baik, Ibu perlu mengenali 5 tipe keuangan seseorang dari masalah yang sering terjadi. Temukan, Ibu termasuk tipe pengelola keuangan yang mana?
“Uang saya habis untuk apa saja ya?”
Mungkin ini adalah hal umum yang sering Ibu keluhkan, akan tetapi Ibu gagal untuk menemukan jawabannya. Jika Ibu adalah lulusan baru mungkin Ibu adalah korban yang paling bawah dari permasalahan ini karena belum mempunyai kemampuan mengatur uang yang sudah banyak dimiliki oleh orang yang sudah bekerja. Akan tetapi, hal ini tidak berarti Ibu harus membiarkan hal ini terus berlangsung.
Masalah: Ibu punya “kebocoran-kebocoran” kecil atau di beberapa kasus, “lubang-lubang” besar dalam anggaran Ibu yang menjadi alasan mengapa Ibu tidak bisa benar-benar melacak kemana uang Ibu pergi.
Solusi: Sebaiknya Ibu menciptakan anggaran bulanan untuk memonitor pengeluaran. Ibu bisa menggunakan panduan dari budgeting apps yang tersedia secara online untuk mempermudah mengelola anggaran. Misalnya, tidak membiasakan menggunakan kartu kredit ketika melakukan transaksi, agar Ibu lebih waspada akan jumlah yang Ibu habiskan. Simpan juga semua nota pembelian Ibu, atau gunakan smartphone untuk menyimpan bukti-bukti pengeluaran yang sudah Ibu habiskan.
“Sudah membuat anggaran, tapi tidak pernah berhasil!”
Banyak orang dengan antusias menaikkan anggaran yang mereka pikir akan menyelesaikan semua masalah finansial mereka. Penganggaran, jika dilakukan dengan tepat, memang dapat membantu Ibu memotong pengeluaran Ibu dan menghemat sejumlah uang. Akan tetapi, konsep membuat anggaran lebih dari melacak pengeluaran dan membatasi diri Ibu sendiri dari membeli sesuatu karena hal tersebut “tidak ada dalam daftar”.
Masalah: Ibu memperlakukan anggaran Ibu hanya sebagai sebuah daftar dari apa yang harus Ibu lakukan dan apa yang harus dibeli daripada sebuah rencana atau rangkaian langkah yang harus diikuti dengan baik.
Solusi: Perlakukan anggaran sebagai peta perjalanan Ibu. Jadi, Ibu perlu berpegang pada hal tersebut dan dengan konstan mengembangkannya sehingga Ibu lebih menghemat uang seiring berjalannya waktu. Ingatlah bahwa tiga atau empat bulan pertama dari pembuatan anggaran Ibu akan berat. Akan tetapi, lama-kelamaan Ibu akan lebih mudah berpegang pada anggaran tersebut. Begitu menguasai seni pembuatan anggaran, Ibu akan mampu untuk merencanakan pengeluaran Ibu sesuai dengan anggaran tersebut tanpa usaha dan kesulitan berarti.
“Apakah sudah saatnya gajian?”
Ibu sudah menghabiskan hampir semua uang Ibu, padahal masih ada satu minggu sebelum saatnya gajian berikutnya. Apa yang harus Ibu lakukan? Banyak profesional muda yang menghabiskan uang gaji mereka tanpa memperhitungkan biaya makanan, listrik, atau kebutuhan tetap lainnya. Hal ini adalah kenyataan dari kehidupan bekerja dan sangat umum terjadi. Hal baiknya adalah, siklus hidup dari gaji satu ke gaji selanjutnya dapat dihentikan dengan beberapa perkiraan sederhana.
Masalah: Ibu menghabiskan terlalu banyak, menabung terlalu sedikit (atau tidak sama sekali), dan tidak memedulikan pengelolaan keuangan Ibu.
Solusi: Hidup dari gaji satu ke gaji berikutnya sebenarnya tidak terlalu memalukan. Yang tidak bisa diterima adalah para profesional yang bekerja keras dan terjebak dalam situasi seperti itu, padahal untuk menyelesaikan masalah tersebut hanya butuh langkah-langkah sederhana. Lacaklah pengeluaran Ibu dengan hati-hati, dan buat anggaran pengeluaran untuk membantu mematahkan siklus hidup dari gaji satu ke gaji selanjutnya. Selain itu, ada baiknya Ibu menemukan dan menjaga aliran penghasilan yang lain supaya tidak terlalu bergantung pada gaji.
“Mengapa saya belum bisa menabung sedikitpun?”
Mendapatkan penghasilan dan mampu membeli barang-barang sendiri merupakan kesenangan dengan memiliki pekerjaan. Akan tetapi, menghabiskan uang juga bisa membuat Ibu lepas kendali, sampai-sampai tidak mampu menabung sama sekali. Saat Ibu baru pertama bekerja dulu, rasanya memang terlalu dini untuk membuat tabungan untuk masa depan. Tetapi pikiran semacam ini tampaknya perlu diubah. Sebaiknya Ibu bergegas mengamankan masa depan finansial sedini mungkin
Masalah: Ibu mendahulukan pengeluaran, dan menabung sebagai yang kedua. Ibu memprioritaskan pengeluaran dan menghabiskan sebagian besar (jika tidak semua) uang Ibu untuk hal-hal yang Ibu pikir perlu. Akibatnya, Ibu tidak punya uang tersisa untuk rekening tabungan.
Solusi: Lakukan sebaliknya. Rencanakan seberapa banyak Ibu perlu menabung, dan kemudian gunakan seberapapun yang tersisa untuk pengeluaran dan kebutuhan harian Ibu. Hal ini kelihatannya tidak mungkin dilakukan, tetapi Ibu bisa kok memulai dengan jumlah kecil dan menambah jumlah tabungan Ibu secara bertahap. Teknik menabung ini akan juga melatih Ibu untuk membuat anggaran dengan lebih bijak karena Ibu dipaksa bekerja dengan jumlah yang lebih sedikit dari biasanya.
“Kapan saya akan keluar dari utang?”
Utang adalah suatu hal berbahaya ketika tidak dapat dikendalikan. Itu sebabnya mengapa profesional muda sebaiknya menghindari jumlah utang yang besar karena akan jadi beban keuangan utama. Kalau tidak ditangani dengan cepat dan tepat, hal ini bisa menyebabkan stres lho. Karena itu, sebaiknya tangani sebelum lepas kendali.
Masalah: Sebagian besar orang yang tidak mampu mengatur utang sebenarnya mengingkari kondisi keuangan mereka yang sebenarnya. Utang hanya akan menjadi problematik ketika Ibu menghadapinya sebelumnya.
Solusi: Mengatur utang pasti memaksa Ibu memperkirakan langkah-langkah yang harus diambil, dan bertanggung jawab untuk menjaganya. Seperti saat menabung, mengatur utang seharusnya mudah jika Ibu memang punya keinginan melakukannya. Memotong pengeluaran mungkin sulit, namun pengorbanan ini akan sepadan begitu Ibu mampu mengatur utang Ibu.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR