Nakita.id - Melempar makanan adalah salah satu topik populer di kalangan orang tua. Kebanyak orang tua pada satu titik menghadapi masalah ini dengan anak-anak mereka. Ini sebenarnya kebiasaan normal. Sebagian besar anak melewati fase melempar makanan di tahun-tahun awal. Selain makanan yang berceceran di mana-mana dan bikin rumah berantakan, kekhawatiran makanan tidak masuk ke dalam mulut anak pun menambah rasa frustrasi orang tua.
Dalam banyak kasus, melempar makanan adalah hasil belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan makanan, serta mengembangkan keterampilan motorik halus.
(Baca juga : Begini Cara Ajarkan Anak Agar Tidak Memainkan Makanan)
Pada bayi usia enam sampai delapan bulan, makanan yang dilempar-lempar bukan perilaku yang disengaja. Tetapi, untuk bayi yang lebih tua yang berusia sembilan sampai 12 bulan, ini menjadi latihan dalam mempelajari sebab dan akibat.
Saat pertumbuhan bayi telah berubah menjadi batita, pelemparan makanan menjadi usaha yang disengaja untuk memicu reaksi positif atau negatif dan dengan mudah bisa berubah menjadi perebutan kekuasaan bahkan menciptakan stres pada waktu makan. Berikut empat kiat menghentikan bayi yang terbiasa melemparkan makanan.
1. Jangan bereaksi
Bayi-bayi dan batita adalah pencari perhatian yang alamiah yang memancing reaksi. Agar tidak mendorong anak berprilaku semacam itu, lakukan upaya terbaik Anda untuk tetap tenang dan netral. Pungut makanan yang dilemparnya (tapi jangan kembalikan ke piring atau meja) dan katakan, “Makanan harus tetap ada di piring” atau “Makanan harus tetap di meja.”
(Baca juga : 6 Trik Mengatasi Anak Pemilih Makanan)
Konsisten dengan frase yang Anda gunakan, dan pastikan untk menggunakan frasa yang mengindikasikan apa yang Anda inginkan terjadi, seperti “Kita tidak boleh melempar makanan,” yang mengindikasikan Anda tidak ingin itu terjadi. Dengan tidak mengembalikan makanan ke piring, Anda sedang mengajakran bayi bahwa begitu dilempar, makanan akan hilang—mereka belajar dengan cepat!
2. Libatkan seluruh anggota keluarga
Bicara pada kakak atau abangnya tentang mengapa penting untuk tidak bereaksi terhadap kebiasaan adik bayi melempar makanan. Satu masa mungkin itu membuat kakak atau abang tertawa. Tapi perhatian semacam ini justru menyulut api melempar makanan dan biasanya malah memperparah. Buatlah rencana keluarga untuk tetap tenang dan tidak bereaksi ketika adik bayi melempar makanan. Buatlah tantangan untuk melihat siapa yang paling tenang.
3. Pertimbangkan untuk tidak menggunakan nampan
Saat bayi yang berusia lebih tua belajar tentang gravitasi dan bisa melihat dari balik nampan, itu hanya akan membuat melempar makanan menjadi permainan yang lebih menarik.
Pertimbangkan untuk tidak lagi menggunakan nampan saat memberikan padatan pada bayi, dan dorong kursi tinggi bayi ke atas meja, sehingga bayi lebih sulit untuk melihat lantai. Bayi sekarang akan lebih fokus pada makanannya dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya.
(Baca juga : 4 Kebiasaan Makan yang Salah pada Anak)
4. Anggap sebagai pertanda
Sangat mudah untuk memiliki agenda makan bayi dengan Ibu menyajikan sejumlah makanan sehat yang cocok untuk bayi. Ketika ia mengalihkan pandangan dari tempat makannya, menutup bibirnya erat-erat atau mengeluarkan makanan, itu pertanda bayi sudah kenyang.
Ibu perlu membiarkan anak menentukan berapa banyak ia akan makan setiap kali waktu makan dan ngemil. Banyak orang tua yang tidak mengenali tanda-tanda ini, atau memilih untuk mengabaikannya, dengan mendorong makanan lebih dekat ke arah bayi atau mengikuti mulut bayi dengan sendok, karena Ibu hanya ingin memastikan bahwa bayi mendapat cukup nutrisi.
Bayi terlahir sebagai pemakan intuitif. Mereka tahu berapa banyak asupan makanan yang mereka butuhkan dan kapan harus berhenti, jadi kita hanya perlu mempercayainya dan tidak menekannya untuk makan lebih banyak.
Dengan menawarkan lima sampai enam kali waktu makan setiap hari (makanan utama dan makanan ringan), dengan banyak variasi, kita yakin bahwa bayi akan memenuhi kebutuhan nutrisinya selama periode satu minggu.
Sajikan porsi makan yang tidak besar, tawarkan lebih banyak jika anak menunjukkan keinginan makan berlanjut. Ini akan membuat pengalaman makan menjadi jauh lebih menyenangkan, dan pupuk kemampuan alami anak untuk makan secara intuitif.
Jika Ibu bisa mengatasi gangguan makan bayi dengan tetap tenang dan fokus untuk mengajarkan bayi sesuai yang Ibu inginkan, maka waktu makan akan tetap positif dan mengurangi stres.
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR