Nakita.id – Semakin si kecil tak mau diatur, semakin gencar Ibu dan Ayah memaksanya mengikuti instruksi, bahkan sambil berteriak dan marah. Nah, bagaimana caranya agar si kecil memiliki kedisiplinan tanpa perlu dipaksa dan disuruh berkali-kali?
"Pola asuh yang tepat adalah jawabannya," kata psikolog Laura Markham, Ph.D. Seperti apa pola asuh yang tepat?
Pertama, Anak perlu paham bahwa dirinya dicintai meski pernah melakukan kesalahan. “Pastikan bahwa orangtua dan anak punya waktu bersama,” tambahnya.
Jadi, Ibu dan Ayah perlu pandai dan bijaksana dalam menghadapi anak. Marah-marah memang manusiawi namun perlu diimbangi dengan kegiatan yang menyenangkan bersama anak.
Kedua, menurut Markham, “Orangtua harus memiliki kemampuan dalam mengelola emosinya, sebab ketika anak tidak patuh dan orangtua marah, anak malah tidak akan mendapatkan pembelajaran dari apa yang telah ia lakukan."
Paksaan, hardikan dan teriakan, apalagi dengan nada kemarahan hanya akan membuat anak takut dan merasa tidak aman. Anak juga merasa harga dirinya dilukai. Dalam jangka panjang, dampaknya adalah anak jadi mudah gelisah, tidak percaya diri, dan rentan terhadap intimidasi.
Baca juga: 7 Cara Positif Agar Anak Disiplin Saat di Rumah
Ketiga, Ibu dan Ayah harus melihat kemampuan anak dalam menjalankan instruksi. Bisa jadi anak tidak menurut karena bingung atau tidak paham apa yang harus dilakukan. Karenanya, contoh yang baik dan konsisten dari orangtua merupakan kunci dari terbangunnya disiplin pada anak.
Keempat, konsistensi juga berlaku pada penerapan aturan. Bukan berarti agar anak merasa disayang ia boleh tidak ikut aturan dan dikabulkan semua keinginannya. Bagaimanapun anak harus belajar berempati, mengalah pada orang lain yang lebih berhak, mau menunggu dan mengantre, cuci kaki dan gosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum makan, dan sebagainya yang merupakan hal positif.
Baca juga: Anak Belajar Disiplin dan Percaya Diri dengan Bermusik dan Menari
Kelima, jika anak dengan sengaja melanggar aturan, orangtua tidak perlu marah berkepanjangan, tetapi berlakukan konsekuensi dari perilaku anak tersebut. Penghapusan atau pengurangan kesenangan biasanya efektif dijadikan konsekuensi bagi perilaku anak yang tak diharapkan.
MENGHADAPI SI PEMBANTAH
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Heni Wiradimaja |
Editor | : | Heni Wiradimaja |
KOMENTAR