Nakita.id - Moms, sadar ataupun tidak, semakin hari jadwal sekolah Si Kecil semakin padat.
Belum lagi dengan banyaknya buku dan tugas yang harus ia kerjakan.
Umumnya hal inilah yang membuat Si Kecil bosan hingga malas sekolah.
Tapi bukan hanya itu, school phobia bisa menjadi penyebab ia urung pergi ke sekolah.
BACA JUGA: Anak Tiba-Tiba Malas Belajar? Begini Cara Mengatasinya Moms!
Menurut Seto Mulyadi, atau yang lebih dikenal Kak Seto, pada dasarnya anak senang belajar.
"Jangan salahkan anak jika ia tak mau sekolah, salahkan sekolahnya. Karena semua anak pada dasarnya senang belajar. Tapi jika terjadi kekerasan dan paksaan, anak akan lari dari suasana tidak menyenangan itu," kata Kak Seto saat ditemui di Jakarta Pusat, Rabu (21/3/2018).
BACA JUGA: Hampir Terlupakan, Permainan Tradisional Punya Manfaat Tak Disangka
Jika Si Kecil mengalami kekerasan atau paksaan di lingkungan sekolah atau rumah, bukan tidak mungkin ia akan mogok sekolah, terjadi bullying dan hanya ingin bermain gawai (gadget).
Perlu dipahami Moms, school phobia berbeda dengan learning phobia. Artinya, sumber belajarnyalah yang dihindari oleh Si Kecil.
"Dia tidak learning phobia tapi school phobia, dia menghindari sumber belajarnya, karena mungkin ada bullying di sekolah, kekerasan dari guru, atau ancaman seksual sehingga dia takut pergi ke sekolah," ungkap Kak Seto.
Terkadang school phobia ini sering tak disadari oleh orangtua, sehingga anak akan terus menerus mengalami hal itu.
Bagaimana kita mengetahui apakah Si Kecil mengalami school phobia?
BACA JUGA: Wow, Anak Mahir Berbahasa Asing Dapat Menambah Kecerdasannya!
"Saat ia pulang sekolah, pertanyaan dasar yang ditanyakan orangtua jangan mengenai akademik, dapat nilai berapa, nakal tidak. Tapi tanyakan 'Kamu senang tidak?' Kalau ia jawab tidak senang jangan salahkan anak, berarti ada yang keliru di sekolah," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.
Lalu, Kak Seto juga mengatakan, mengatasi anak tak mau sekolah jalan keluarnya adalah berikan jalur pendidikan lain.
Artinya, tidak hanya di sekolah formal saja anak mendapatkan pendidikan, tapi ada pendidikan non-formal dan informal.
BACA JUGA: Memahami Bahasa Tubuh Bayi Melalui 4 Gerakan yang Sering Dilakukan
"Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003tentang sistim perlindungan nasional, dijelaskan jalur pendidikan di Indonesia ada 3, formal, non-formal, dan informal.
Kalau anak sedang bermasalah dengan sekolah formal, dia bisa stop dan pindah non-formal atau informal, seperti home-schooling, bukan sekolah yang school at home tapi sekolah yang homey," papar Kak Seto.
Tapi jika tidak bisa memindahkan anak ke jalur pendidikan lain, Kak Seto menegaskan jangan ada kekerasan dan paksaan agar anak mau belajar.
"Jangan dipaksa, tapi adakan pendekatan yang baik pada anak kita. Apapun yang dilakukan adalah yang terbaik untuk anak kita," tutup Kak Seto.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR