Nakita.id - Rata–rata moms yang saya temui pasti mengatakan anak sebaiknya disusui hingga usia 2 tahun.
Wow waktu yang panjang untuk komitmen memberikan Air Susu Ibu (ASI), apalagi di usia satu tahun ke atas gigi anak sudah semakin banyak.
Belum lagi gerak tubuh yang sudah semakin lincah (menendang–nendang, berputar-putar) membuat proses menyusui semakin “menantang”.
Jujur saja, saat awal memberikan ASI kepada Harvey saya mungkin sama dengan moms lainnya yang bertekad bulat untuk selama mungkin memberikan asi secara eksklusif.
BACA JUGA :[GloryStory] Si Kecil Lakukan 'Gerakan Tutup Mulut', Perlukah Moms Khawatir?
Bahkan kalau bisa hingga Harvey menginjak usia 2 tahun, tapi dalam perjalanannya beban pekerjaan sebagai working mom, jam aktivitas di luar rumah dan banyak faktor lainnya membuat 'cita–cita' menyusui eksklusif tidak berjalan mulus.
Harvey yang sempat mengalami alergi parah di usia 3 minggu membuat saya harus berkunjung ke sejumlah dokter, sehingga momen untuk menabung ASI menjadi sempit.
Ketika sudah masuk kerja, sayapun hanya bisa menabung 2 botol ASI setiap harinya, sampai–sampai saya pernah mengambil cuti demi mengejar kekurangan stok ASI harian.
BACA JUGA :Yuk Kenali Bahan Organik untuk MPASI Bayi, Nutrisinya Bikin Cerdas Lo!
Hingga ketika volume minum Harvey meningkat drastis pada masa–masa “growth spurt” sayapun akhirnya kewalahan dan terpaksa mencampur waktu minum Harvey selain ASI dengan susu formula khusus alergi, meski jumlahnya masih sedikit.
Nah di usia Harvey yang kini 16 bulan, volume minum asi Harvey sebenarnya sudah tidak sebanyak dulu karena selain ASI, porsi makan padat dan snack-nya sudah mulai dominan.
Sekalipun minum ASI, Harvey lebih banyak 'mengempeng', saya pun melihat sepertinya kebutuhannya bukan karena haus tapi lebih karena merasa dekat, nyaman dan aman jika minum ASI langsung dari mommynya.
Pikiran untuk menyapih pun muncul, terlebih ketika banyak teman yang mengatakan tubuh saya kok semakin mengurus, padahal porsi makan sudah banyak layaknya ibu menyusui lainnya.
Sayapun ketakutan, jangan–jangan ASInya sudah tidak lagi berkualitas atau justru sudah tidak baik karena mengambil nutrisi yang dibutuhkan tubuh saya sendiri.
Pernahkah Moms mengalami dilema yang sama?
Di satu sisi ingin memberikan yang terbaik untuk anak, tapi di sisi lain khawatir kalau tubuh sendiri terkuras?
Saya juga merasakan ‘love and hate relationship’ dengan aktivitas menyusui.
BACA JUGA :[VIDEO] GloryStory - Anak Susah Diajak ke Baby Spa, Ini Dia Solusinya
Senang bisa bonding dengan anak, membelainya dengan cinta sambil menatap matanya, tapi di sisi lain merasakan sakit jika anak iseng menggigit, belum lagi waktu menyusui yang sebentar–sebentar membuat tidur saya tidak pernah nyenyak.
Bayangkan saja, baru satu jam tidur, Harvey terbangun dan mau “mengempeng” trus dia lelap lagi, dan berulang lagi.
Rasanya saya belum pernah merasakan jam tidur yang panjang sejak melahirkan.
Lalu kapan dong anak sebaiknya disapih? Dan bagaimana melakukannya dengan baik?
Sejumlah referensi yang saya baca mengatakan, kalau proses menyapih itu bukanlah proses satu arah.
Artinya kita juga harus melihat apakah anak sudah siap secara mental untuk disapih.
Jadi menyapihlah dengan cinta, atau yang populer dikenal dengan istilah “weaning with love” .
Komunikasikan sedini mungkin kepada anak, meskipun sekarang usia Harvey masih 16 bulan, tapi saya yang bertekad untuk menyapih pada usia 2 tahun sudah mulai dari sekarang memberikan penjelasan Harvey untuk tidak mengempeng.
BACA JUGA : Catat, Moms! Hindari 5 Makanan Ini Bila Tak Ingin Kena Alzheimer
“Harvey sudah batita, sementara menyusu itu hanya untuk adek bayi.” Atau “Harvey sudah besar, kalau haus nanti mommy kasih air putih ya...”
Jangan memanipulasi anak, banyak Moms yang menyarankan saya untuk memberikan minyak kayu putih, jamu atau pil kina agar payudara terasa pahit, atau bahkan menempelkan plester dan mengatakan kalau payudara luka sehingga anak tidak bisa menyusu.
Ternyata moms dengan cara memanipulasi seperti ini anak justru akan merasa bersalah, tertolak, sedih dan bahkan bisa menjauh dari kita.
Adapula saran agar saya pisah tidur dengan anak selama beberapa hari, saya pernah mencobanya saat sedang tugas ke luar kota, namun suami mengatakan anak justru tidak tidur semalaman, rewel dan menangis bahkan sampai memukul–mukul kepalanya sendiri saking frustasinya mencari saya.
Duh rasanya sedih dan bersalah sekali meninggalkan anak merasa sendirian dan kehilangan seperti itu.
Jadi tetaplah menyusui selama anak belum siap disapih, namun terus beri pengertian agar anak siap.
BACA JUGA :Cuci Piring Sendiri Bisa Pengaruhi Konflik Rumah Tangga, Mulai Ubah Kebiasaan Ini Moms!
Jangan menawarkan ASI di luar jam minumnya, hal ini jujur sering saya lakukan, misalnya saya sudah capek bekerja dan rasanya sudah tidak sanggup meladeni anak bermain, lalu sayapun menawarkan untuk menyusu dengan harapan anak segera tidur.
Hal ini justru akan menjadi kebiasaan yang tidak baik ke depannya, nanti anak akan selalu minta menyusu sebagai “ritual” sebelum tidur.
Saya sekarang sudah mulai mencoba untuk membuat aktivitas rutin lainnya menjelang jam tidur, seperti membacakan buku, atau bernyanyi pelan sambil menepuk pelan kaki anak sampai dia tertidur, meskipun di tengah malam saya sekarang masih harus menyusu saat anak terbangun.
Tapi setidaknya perlahan cara menidurkannya sudah tidak sepenuhnya bergantung pada aktivitas menyusui.
Berhenti menyusu artinya tidak lagi disayang? Selama anak menyusu langsung tentu dia akan merasa nyaman dan disayang.
Namun ketika berhenti pasti akan ada rasa kehilangan dan ketakutan tidak lagi disayang seperti dulu.
Nah, kita harus meyakinkan anak meskipun sudah tidak lagi menyusu tapi rasa sayang kita tidak akan berkurang, bahkan bisa lebih banyak dari sebelumnya.
Kita bisa menunjukkan rasa sayang dengan memeluknya, mencium anak dan bahkan mengatakan “mommy love you” sesering mungkin, luangkan pula waktu lebih untuk menemani anak bermain, dengan begitu anak tidak akan merasa kurang disayang ketika berhenti menyusui.
Semoga sharing ini membantu dan berhasil menjadikan Moms semua dapat menyapih dengan cinta ya.
BACA JUGA :Zaskia Mecca Kesulitan dalam Menyapih Anak, Moms Begini Cara Mudahnya!
Buka Cabang ke-14, Nikmati Kelezatan Kuliner di Justus Steakhouse Asthana Kemang
Penulis | : | Kusmiyati |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR