Nakita.id - Sebanyak 1424 kasus kekerasan seksual dilaporkan kepada Komisi Nasional Perlindungan Anak di 2017, dan 90% dari total kasus itu adalah korban yang mengalami pencabulan dan sodomi.
Tepat setahun yang lalu, Indonesia dibuat gempar oleh keberadaan grup Facebook khusus bagi penggemar anak kecil yang bernama "Loly's Candy".
Kemunculan pedofil yang merambah di media sosial menjadi kekhawatiran terbesar bagi para orangtua dewasa ini.
BACA JUGA: Terobsesi Jadi Duyung, Pria ini Rela Bayar Mahal Demi Beli Ekor Emas
Menurut Danang Sasongko, Sekjen Komnas Perlindungan Anak, menjelaskan pelaku tidak memilih korban dengan sembarangan.
"Pelaku-pelaku (pedofil) ini mencari korban yang kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya yang cuek," jelasnya dalam acara "Stop Kekerasan Seksual Pada Anak" yang diadakan pada Sabtu (24/3/2018).
Karenanya, menurut psikolog Retno Utari K, M.Psi, penting meningkatkan kesadaran orangtua agar memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya.
BACA JUGA: Turunkan Berat Badan Hingga 15 Kg dalam Sebulan, Pakai Resep Ini!
"Penting berkomunikasi dengan anak, dan penting menjalin kedekatan intimasi yang berarti, bukan duduk di satu ruangan dan sibuk bermain handphone semua," jelasnya saat diwawancarai oleh Nakita.id di acara tersebut.
Ironisnya Nakita.id mendapat informasi bahwa kebanyakan pelaku pelecehan seksual adalah korban dari pelecehan seksual di masa lalu, saat masih kecil yang tidak ditangani dengan baik, dan menjadi pelaku ketika menginjak dewasa.
BACA JUGA: Jika Ada Tanda ini di Telinga, Hati-hati Gejala Penyakit Jantung!
Untuk itu, penting memutuskan rantai dari trauma masa lalu para korban agar tidak menjadi pelaku selanjutnya.
"Cara memutusnya adalah dengan mengatasi korban. Mengatasi traumanya, mengatasi emosinya, bagaimana yang ia rasakan. Jangan sampai dia menyimpan dendam, kemudian menyalurkan dendam itu pada orang lain," jelas Retno.
"Langkah-langkah pencegahan itu berperan dengan sangat luar biasa. Jadi kalau ada korban, harus kita rangkul secepat mungkin. Jangan sampai ia menyimpan traumanya itu terlalu lama. Kalau ia menyimpan terlalu lama dia bisa berpotensi menjadi pelaku dikemudian hari," tambahnya.
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR