Nakita.id - Moms tidak bisa dimungkiri bahwa berbagi adalah hal yang mulia.
Kalau setelah memberi sesuatu, orangtua lalu ngedumel, anak akan melihat bahwa memberi adalah sesuatu yang berat, mengesalkan, dan seterusnya.
Akibatnya, anak pun tidak terlatih berbagi dengan tulus tema ikhlas.
Sebaliknya, kalau setelah memberi orangtua kalau mengucap syukur karena telah berbagi, maka anak akan melihat bahwa berbagi itu membahagiakan.
Saat diajar berbagi dengan tulus, tubuh mengeluarkan emosi positif yang membuat pemberi maupun penerima sama-sama bahagia.
BACA JUGA: Berbagi Keceriaan dengan Anak-anak Disabilitas
Berikan, lupakan, berikan, lupakan adalah konsep yang bisa dilatih melalui pembiasaan.
Selain itu, orangtua juga harus memberikan pengertian pada anak bahwa berbagi tak harus orang berwujud pemberian materi/benda.
Memberi semangat menghibur temannya yang sedang sedih termasuk berbagi.
Intinya, berbagi adalah sesuatu yang membahagiakan.
Justru mereka yang tidak mau berbagi akan rugi.
BACA JUGA: Wah, Baking Soda Dapat Menyehatkan Rambut! Tapi, Simak Dulu Fakta Ini
Karena terkenal pelit, ia akan dijauhi teman-temannya, tidak ada yang mau berbagi dengannya saat ia membutuhkan sesuatu, dan yang pasti orang yang tidak pernah berbagi tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Memberi dan berbagi membuat anak lebih mudah mengembangkan kemampuan sosialnya seperti menunggu giliran, bermurah hati toleransi terhadap teman-teman, dan sebagainya.
Sebaliknya kalau hal ini tak diajarkan sejak dini, anak akan mengalami kesulitan di lingkungan sosialnya.
Besar kemungkinan interaksi sosial dengan orang-orang sekitarnya pun akan terganggu, ia akan dijauhi teman temannya.
1. Usia Batita
Di usia ini anak sedang berada pada fase egosentris.
Baginya semua hal adalah miliknya dan hanya untuknya.
Sebagai langkah awal, orangtua harus mengajarkan konsep kepemilikan ini sepatu papa, ini kacamata mama, ini buku kakak.
Dengan demikian ia belajar bahwa tidak semua benda adalah miliknya Lakukan simulasi, misalnya, "Adik mau biskuit Mama? Oke, kita berbagi ya?"
BACA JUGA: Siapa Bilang Anak Down Syndrome Tak Bisa Mandiri? Ini Cara Melatihnya!
Lain waktu ganti katakan, "Ah, Mama mau minta biskuit Adik. Bagi ya?"
Jelaskan, berbagi tidak membuatnya kehilangan seluruh miliknya.
Ia boleh mengambil dulu biskuit yang diinginkannya, baru sisanya dibagi kepada yang lain.
Begitu juga dengan bergantian memakai mainan.
Pastikan ia akan mendapatkan gilirannya kembali setelah berbagi dengan teman- temannya. Rasa aman dan kepastian ini membuat anak lebih mudah berbagi.
2. Usia Balita
Jelaskan pada anak, berbagi adalah sesuatu yang menyenangkan.
Jika ia mau meminjamkan mainan robot-robotannya, maka ia bisa meminjam mobil-mobilan temannya dan mereka bisa memainkannya bergantian.
BACA JUGA: Berbahagialah Bila Napas Bayi Berbunyi Grok Grok Grok! Ini Alasannya
Jangan paksa anak berbagi kalau memang belum mau.
Pemaksaan akan membuatnya makin sulit berbagi di kemudian hari.
Anak merasa terampas haknya, sehingga besok lagi kalau ada yang meminta/meminjam barang miliknya, ia akan mati-matian mempertahankannya.
Latihan juga cerita satu dongeng yang menceritakan bagaimana beruntungnya orang yang mau berbagi, karena disukai orang dan banyak kemudahan yang didapat.
Masih Banyak yang Keliru, Begini Cara Tepat Melakukan Toilet Training pada Anak
Source | : | Buku Nakita |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Bayu Probo |
KOMENTAR