Nakita.id - Orangtua mana yang tak merasa sedih saat anak yang dicintainya menghilang.
Hal itulah yang dirasakan oleh pasangan orangtua asal Tiongkok ini yang kehilangan anak laki-lakinya.
Anak laki-lakinya diculik sebuah sindikat perdagangan manusia dan tak dapat ditemukan keberadaannya.
BACA JUGA: Tak Kalah Dari Sule Begini Rumah Mewah Andre Taulany, Megah Bak Hotel Bintang 5!
Saat itu, usia anak tersebut masih 2 tahun.
Pasangan itu berusaha mencari anak laki-laki mereka selama bertahun-tahun, tapi hasilnya nihil.
Meski tak berputus asa mencari, akan tetapi pasangan ini pasrah jika tak bisa melihat anak mereka lagi.
Namun, orangtua ini pun tak melupakan tanda lahir yang dimiliki oleh putra mereka di tangan berbentuk bulan sabit.
Suatu hari, pasangan ini mendengar suara tangisan bayi yang berasal dari jalanan.
Setelah dicari-cari ke sumber suara, mereka menemukan seorang bayi perempuan terlantar di dalam kardus.
BACA JUGA:Rejeki Nomplok, Sudah Populer 4 Artis ini Menikah dengan Dokter!
Pasangan ini pun akhirnya mengadopsi bayi perempuan tersebut dan memberinya nama Yeon Jing.
Mereka membesarkan Yeon Jing layaknya anak sendiri.
BACA JUGA: Anak Keempat Mantan Suami Tamara Bleszynski Telah Lahir, Wajahnya Gemas!
Seiring berlalunya waktu, Yeon Jing pun bersiap-siap untuk menikah.
Dia ingin orangtuanya bertemu dengan pacarnya dan memperkenalkan diri.
Saat orangtua Yeon Jing menjabat tangan sang calon menantu, mereka terkejut dengan tanda lahirnya.
Pasangan orangtua tersebut lantas yakin bahwa itu adalah putra mereka yang hilang beberapa tahun lalu.
BACA JUGA: Suami Nikah Dengan Krisdayanti, Penampilan Mantan Istri Raul Lemos Sekarang Berubah Drastis!
Orangtua tersebut pun mengucapkan terima kasih kepada putra mereka yang masih bertahan hidup.
Mereka senang akhirnya bisa dipersatukan lagi dalam sebuah ikatan keluarga.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | koreaboo.com |
Penulis | : | Fairiza Insani Zatika |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR