Nakita.id - Batita cenderung mengembangkan "favoritisme makanan" saat mereka bertambah umur. Jika anak mulai diperkenalkan dengan makanan baru yang ternyata tidak disukainya, ia akan berteriak menolak dan menyingkirkannya segera. Ini normal saja, Bu! Bagaimanapun, preferensi anak akan berubah seiring bertambahnya usia.
Bila ditambah dengan peningkatan tingkat aktivitas dan rentang perhatian yang pendek, waktu makan bisa menjadi tantangan tersendiri. Akibatnya, anak mungkin lebih memilih makanan yang mudah dimakan dan dicerna.
Makanan seperti sayuran menjadi tidak populer di kalangan anak-anak karena selera masing-masing. Daging juga tidak disukai karena sulit dikunyah dan dicerna. Dalam keadaan normal, anak akan mengonsumsi makanan dalam jumlah cukup untuk mempertahankan pertumbuhan. Namun, ketidakseimbangan gizi dapat terjadi dalam beberapa kasus, terutama jika ia mengonsumsi jumlah makanan tertentu dalam jumlah terbatas.
(Baca juga : 5 Kesalahan Mama yang Membuat Anak Susah Makan)
Misalnya, asupan yang tidak mencukupi:
• Karbohidrat dan protein - dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan sehingga menurunkan berat badan
• Serat - dapat menyebabkan sembelit
• Vitamin dan mineral - dapat menyebabkan masalah seperti anemia.
Anak-anak yang makannya pilih-pilih cenderung tumbuh lebih selektif dengan makanannya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan gizi dan kebiasaan makan yang tidak sehat seperti orang dewasa. Sementara, suplemen gizi bisa menjadi salah satu andalan untuk memberikan anak makanan seimbang.
Napsu makan yang buruk dan penolakan makanan sering kali diperhatikan selama masa transisi untuk makan dengan menggunakan sendok dan makan sendiri.
(Baca juga : Kalau Dibiarkan, Anak Susah Makan Lama-lama Bisa Depresi)
Penting untuk memastikan bahwa penolakan anak dalam pemberian makan bukanlah pertanda penyakit. Oleh karena itu, penting agar anak diperiksakan oleh dokter anak untuk menyingkirkan penyebab medis dari penolakan makanannya, seperti refluks, alergi protein susu sapi atau tersedak.
‘Picky eater’ pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat kategori yang berbeda berdasarkan sifat mereka.
• Takut pada saat pemberian makan - Anak menyamakan waktu pemberian makan dengan "penyiksaan" dan mungkin menangis saat ditawari makanan, atau kadang-kadang, anak mulai lari ketika melihat peralatan makan. Situasi ini biasanya disebabkan oleh peristiwa traumatis sebelumnya, seperti tersedak.
• Asupan makanan yang sangat selektif - Anak-anak ini hanya akan makan beberapa jenis makanan dan menolak jenis makanan lainnya.
• Anak yang energik dan jarang tampak lapar - Anak-anak seperti ini tampak penuh energi meski nampaknya tidak banyak makan.
• Kesalahpahaman orangtua - Anak-anak seperti ini sering dianggap makan terlalu sedikit oleh pengasuh mereka.
(Baca juga : Jangan Lagi Memaksa Anak untuk Makan)
Tip dan triknya
• Membuat jadwal - Waktu makan harus rutin dilakukan sekitar jam yang sama, misalnya pada jam makan siang untuk tiap harinya.
Jaga agar waktu ngemil atau waktu makannya konstan hingga ia terbiasa dan tahu kapan makanan berikutnya. Ini memudahkan Ibu untuk melacak apa / kapan ia akan makan. Pastikan anak cukup lapar pada waktu makan.
• Jaga agar makanan tetap sehat - Tawarkan makanan sehat, seperti buah, sayuran, yoghurt, sereal atau sandwich.
• Hindari ngemil sepanjang hari - Jangan memberinya makan sepanjang hari. Ini termasuk minuman seperti susu atau jus. Air mineral adalah yang terbaik untuk dikonsumsi anak lebih sering.
• Tetap tenang - Jangan menyerah dan teruslah berusaha, bahkan jika ia menolak makanan baru pada awalnya, terutama sayuran. Mungkin dibutuhkan banyak usaha, namun tetap memberikan anak berbagai makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, dan bahkan makanan "dewasa".
• Bawa anak ikut terlibat - Kebanyakan anak akan lebih terbuka untuk makan sayuran jika Ibu bisa melibatkan mereka. Ibu bisa membiarkan anak memilih sayuran sendiri saat berbelanja bahan makanan atau membawanya ke dapur saat Ibu menyiapkan makanannya.
(Baca juga : Mengapa Batita Suka Pilih-pilih Makanan)
• Buatlah waktu makan adalah menyenangkan! Ubah waktu makan menjadi pengalaman yang menyenangkan baginya dengan menggunakan pemotong kue untuk mengubah makanan menjadi bentuk yang menarik, membuat permainan "memakan semua warna" pada waktu makan, atau piknik untuk mencari suasana baru.
• Hindari penyuapan anak untuk makanan – Jangan pernah mengatakan kepadanya bahwa jika ia memakan semua sayurannya, Ibu akan membalasnya dengan beberapa es krim.
Strategi ini adalah solusi jangka panjang yang buruk karena mengirimkan pesan yang salah kepadanya, yaitu ia akan belajar menghargai imbalan yang Ibu tawarkan, bukan makanan sehat yang seharusnya ia makan.
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR