Nakita.id.- Istilah medisnya, polihidramnion, yaitu kondisi volume air ketuban yang berlebih. Pada kondisi ini, perut ibu hamil tampak sangat besar dibandingkan ibu hamil lain dengan usia kehamilan yang sama. Akibatnya, ibu hamil kerap mengeluh sesak napas serta cepat merasa capek kala melakukan aktivitas lantaran bobot yang semakin berat. Kaki pun sering bengkak-bengkak. Gerakan janin ditrimester 3 yang biasanya mudah terlihat dan teraba, juga tak ditemukan.
Menurut dr. Caroline Tirtajasa, SpOG(K), Spesialis Kebidanan & Kandungan Konsultan Subspesialis Fertility & Hormon Reproduksi di Rumah Sakit Omni Pulomas, diagnosis polihidramnion ditegakkan hanya dengan satu cara, yaitu melalui pemeriksaan USG (ultrasonografi). Jadi, bukan dengan cara mengukur besarnya perut, apalagi membanding-bandingkan dengan kehamilan ibu lain. Deteksi polihidramnion biasanya dilakukan dokter saat ibu hamil mulai masuk kehamilan trimester 3.
Baca juga: Hamil Kembar Air Ini Penyebab Dan Cara Mengatasinya
Saat melakukan pemeriksaan rutin, dokter akan langsung melakukan pengukuran pada empat kuadran perut dengan posisi tegak lurus. Dari cara pemeriksaan tersebut, jika indeks air ketuban atau indeks cairan amnion (ICA) rata-rata 10, berarti normal. Kurang dari itu berarti air ketuban kurang, sementara diagnosis polihidramnion jika ICA di atas 25.
Baca juga: Cairan Ketuban Harus Pas Tidak Kurang Atau Berlebih!
Mengapa pemeriksaan tersebut baru bisa dilakukan pada trimester 3? Tak lain karena pengukuran empat kuadran itu sendiri memang baru bisa dilakukan di trimester 3. Di samping itu, jumlah air ketuban pada trimester 1 dan 2 masih terlalu sedikit untuk diukur.
TANDA KELAINAN BAYI
Ada pun penyebab terjadinya polihidramnion, hingga sekarang masih dalam penelitian. Akan tetapi, dari beberapa pendapat disebutkan, polihidramnion terjadi dikarenakan kelainan yang dialami janin.
Janin yang mengalami anensefalus (tidak memiliki tempurung kepala) akan menyebabkan cairan otaknya keluar. Hal ini tentu membuat volume air ketuban bertambah. Begitu pula bila janin mengalami atresia esofagus (tidak dapat menelan air ketuban). Karena tak bisa menelan air ketuban—yang seharusnya dapat dilakukan oleh janin selama berada di dalam rahim—sementara air ketuban terus diproduksi tentu membuat volumenya terus bertambah di dalam rahim.
Jadi, polihidramnion itu sebenarnya sebuah pertanda adanya masalah pada bayi yang di kandung, seperti: adanya kelainan pada susunan saraf pusat (anensefalus) atau kelainan saluran pencernaan (atresia esofagus) tadi. Selain itu, ibu hamil yang mengalami diabetes militus pada kehamilan juga bisa menyebabkan terjadinya polihidramnion.
AIR KETUBAN DIKELUARKAN
Karena penyebabnya masih dalam penelitian, maka belum ada cara yang spesifik dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai langkah pencegahannya. Yang jelas, pola hidup sehat adalah jalan terampuh untuk mencapai kehamilan sehat dan normal. Malah, jauh lebih baik jika pola hidup sehat dilakukan sejak pranikah atau paling tidak dalam masa persiapan kehamilan.
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR