Sementaran penanganan polihidramnion, jika ibu hamil tersiksa lantaran napas menjadi tersengal-sengal, biasanya dokter akan melakukan tindakan pengeluaran cairan ketuban atau dikenal dengan istilah amniosentesis. Tentunya, tindakan tersebut diambil setelah dokter melakukan pemeriksaan pendukung dan memenuhi syarat yang ditentukan.
Baca juga: Mengenal Rahim Rumah Bagi Janin
Lalu, bagaimana dengan si bayi dalam kandungan yang mengalami kelainan genetika dan kromosom seperti contoh di atas? Sayang sekali, tak banyak yang dapat dilakukan selain membuat kondisi ibu hamil stabil dan sehat, baik mental maupun fisik. Maka ibu hamil terdeteksi mengalami polihidramnion, konsultasilah hingga tuntas pada dokter, termasuk persiapan untuk persalinan. Tanyakan kepada dokter mengenai prognosis bayi, risikonya, dan apa yang harus dilakukan dengan air ketuban berlebih. Hal itu penting ditanyakan, karena hanya dokter yang menangani sang ibu hamil-lah yang mengetahui itu semua sesuai dengan kondisi ibu dan janinnya saat itu.
PROSES PERSALINAN BERGANTUNG PADA INDIKASI MEDIS
Persalinan bisa dilakukan dengan cara sesar, tapi tidak menutup kemungkinan dilakukan dengan per vaginam (normal). Hal ini—lagi-lagi—bergantung pada indikasi medis. Jika kondisi polihidramnionnya parah, dokter akan menyarankan melakukan persalinan dengan cara sesar. Karena jika per vaginam, dikhawatirkan ketuban pecah sebelum kepala bayi masuk ke rongga panggul. Jika ini yang terjadi, bisa saja tali pusat/ari-ari yang akan lahir lebih dahulu dan terjadi jepitan tali pusat yang bisa mengakibatkan bayi meninggal di dalam rahim.
Ibu tak perlu cemas, selama kehamilan terpantau baik dengan rajin memeriksakannya sesuai jadwal, dokter pasti akan melakukan yang terbaik untuk meminimalisasi segala risiko. Tentu dibarengi dengan doa agar diberikan yang terbaik oleh-Nya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR