Nakita.id - Penyakit Kawasaki (KD) adalah penyakit langka di masa kecil yang terkadang dapat menyebabkan masalah serius pada organ jantung. Sebagai contoh kasus, baru-baru ini seorang dokter anak menjadi sorotan karena diberi skors selama tiga bulan lantaran gagal mendiagnosis dan merawat anak laki-laki berusia satu tahun yang menderita KD.
Pada 2013, anak tersebut dirawat di Rumah Sakit Gleneagles dengan gejala demam tinggi dan mata merah. Dr Chia Foong Lin, yang mengeceknya beberapa kali, dan mendiagnosisnya menderita demam virus.
Sementara, Singapore Medical Council memutuskan pada bulan lalu, bahwa kegagalan dalam diagnosis dapat mencegah perawatan dan mengakibatkan anak tersebut mengalami masalah jantung yang serius.
(Baca juga : Resep Aman dan Alami Atasi Flu Pada Bayi)
Dr William Yip, seorang dokter anak yang belajar dari Dr Tomisaku Kawasaki, orang pertama yang mengamati penyakit ini, mengatakan dalam sebuah surat kepada laman The Straits Times Forum bahwa ada kesulitan untuk mendiagnosa penyakit Kawasaki pada minggu pertama.
"Bahkan ekokardiografi untuk memeriksa keterkaitan arteri koroner bukanlah tes pasti karena 80 persen pasien tidak memiliki masalah arteri koroner," tulis Dr William, yang telah merawat pasien KD selama 40 tahun terakhir.
Profesor Quek Swee Chye, yang memimpin divisi kardiologi anak-anak di Universitas Nasional mengatakan kepada The Straits Times bahwa spektrum penyajiannya bisa sangat bervariasi.
Tanda dan gejala penyakit ini mungkin tidak semuanya tampak secara langsung. Namun, tanda dan gejala yang muncul bisa saja terdiri dari kombinasi yang berbeda pada pasien yang berbeda, menurut Prof Quek.
(Baca juga : Seperti Apa Campak pada Bayi)
Demam berkepanjangan adalah ciri khas dari KD, tetapi karena demam yang disertai ruam sangat umum terjadi pada anak-anak, terkadang diagnosis KD menjadi tidak terjawab.
Penyakit Kawasaki adalah self-limiting, jadi kondisinya akan kian membaik seiring berjalannya waktu, bahkan tanpa perawatan. Tidak diketahui apa penyebab dari penyakit ini. "Yang menjadi perhatian adalah komplikasi, terutama jantung," kata Prof Quek.
Pengobatan yang tepat menggunakan imunoglobulin intravena dan aspirin dosis tinggi membantu mengurangi risiko komplikasi.
Penulis | : | Ida Rosdalina |
Editor | : | Ida Rosdalina |
KOMENTAR