Nakita.id.- Tanpa kita sadari, hampir semua aktivitas manusia dengan berbagai kehidupannya bisa difoto untuk dijadikan sebagai dokumentasi. Kelahiran, pernikahan, kematian, dan masih banyak momen dan kejadian lainnya. Photography is your timeless memories. Dokumentasi ini akan menjadi bukti yang mengundang senyuman, tawa, keharuan, air mata dan berbagai jenis perasaan ketika kita melihat kembali foto-foto kita dulu.
Sayangnya, bagi sebagian orangtua, mendokumentasikan berbagai momen dan kejadian, serta ekspresi lucu dan menggemaskan si kecil, tak menjadi hal yang penting. Bahkan, aktivitas ini kerap dianggap menghabiskan waktu atau “enggak ada kerjaan”. Padahal medokumentasi foto dan video ketika momen dan ekspresi itu terjadi bisa menjadi kenang-kenangan indah tak terlupakan.
Dokumentasi itu seperti cermin. Momen-momen yang terjadi merupakan bahan introspeksi buatnya selaku orangtua tentang kondisi awal anak dan harapan kita terhadap mereka. Dokumentasi juga menjadi bahan referensi baginya untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada si kecil karena biasanya mereka akan melupakan momen-momen yang terjadi ketika mereka masih berusia di bawah 5 tahun.
SPONTAN ATAU DIRENCANAKAN ?
Beberapa orangtua yang sadar akan pentingnya sebuah dokumentasi pasti akan membuat sebuah perencanaan dokumentasi yang baik. Namun ada juga orangtua yang memang spontan saja. Bagaimana menurut pendapat Wahyu Sugianto, Komikus, Fotografer & Pemilik Plankton Studio seperti termuat di Tabloid Nakita 846? “Sebaiknya sih memang diniatkan dan direncanakan tapi juga jangan jadi beban. Misalnya untuk mengabadikan momen kelahiran buah hati, kita sampai memaksakan menyewa jasa fotografer meski tak punya dananya. Toh, semua alat dokumentasi sekarang sudah umum dimiliki setiap orang dan biasanya sih selalu dibawa setiap saat, ya enggak?” katanya.
Untuk membuat sebuah dokumentasi yang terencana, memang bagus jika orangtua menggunakan storyboard. Serius dan niat banget, kan? Sedikit merepotkan, tapi memang hasilnya bagus. Tip dari Wahyu buat storyboard yang simpel saja, tapi unik dan berkesan. “Sebelum memotret saya sudah berpikir di mana lokasi kelak anak-anak saya itu berada dan momen seperti apa yang jika difoto. Sesimpel itu storyboard-nya. Misal, ketika kontrol ke dokter. Kita mesti sudah memikirkan posisi dan lokasi mana yang kira-kira cocok buat mengambil foto momen penting itu di lokasi tadi. Penguasaan medanlah,” tandasnya.
Berdasarkan pengalamannya sebagai fotografer, ketika tiba di lokasi yang baru pertama dikunjunginya, Wahyu justru tidak memotret anak dulu. Ia malah mencari titik-titik (spot) yang bagus untuk mengambil gambar dari momen penting itu. Berhasil mengambil gambar si kecil di momen yang bagus adalah keberuntungan. Ya, sebab hal ini tak mudah bagi para fotografer amatiran maupun profesional. Meski begitu, bukannya tidak bisa, ya. Justru di sinilah seninya dan asyiknya. Yang penting, jangan salahkan gaya apa pun yang si kecil lakukan, semua gerakannya adalah yes! Di sini diperlukan kondisi kamera shooter dalam posisi “machine gun” – sekali klik dengan banyak gambar. Hasilnya bisa kita pilih yang terbaik.
Jangan berpikir bahwa proses foto ini memerlukan alat-alat canggih, kamera standar dari ponsel kitapun bisa menghasilkan dokumentasi yang baik. Kita hanya butuh kesabaran menunggu momen cantik untuk merekam energi spontan mereka yang tulus, lucu dan menggemaskan.
Sebuah dokumentasi, baik berupa foto dan video bersifat pribadi sehingga aturannya pun harus kita buat sendiri senyaman mungkin. Tak adalah aturan tertulis atau tak tertulis yang membatasi kita untuk membuat sebuah dokumentasi pribadi. Jadi jangan disebar kepada orang yang tidak kita percayai. Apalagi ke dunia maya, ganti setting sosmed kita menjadi “private” atau “off”. Siapkan perjanjian yang jelas akan hak dan kewajiban fotografer yang kita sewa. Ini menyangkut perlindungan bagi anak kita dikemudian hari.
Baca juga: Mengerikan Batita Ini Tak Sadar Foto Berdekatan Dengan Ular Paling Mematikan
Terakhir, efek dari dokumentasi itulah yang membuatnya dapat dengan cepat berhasil menjalin kehangatan di keluarganya karena sering kali anak-anak tak menyangka bahwa beginilah kondisi mereka dulu ketika masih kecil. Nah, bukti foto yang terdokumentasikan itulah yang dijadikan oleh Wahyu sebagai medianya. “Tidakkah kita ingin menyimpan bukti dokumentasi anak-anak kita ini sebagai hadiah terindah kasih sayang saat mereka berulangtahun ke-17 kelak? Kalau saya sih, niatnya begitu!” tegasnya. Happy Shooting! (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR