Nakita.id - Bagi sebagian ibu, momen memberi makan anak boleh jadi cukup mengesalkan. Salah satu perilaku yang membuat kesal adalah anak senang mengacak-acak makanan.
Bukannya melahap makanan atau minuman, anak malah memainkan makanan dan minuman itu, termasuk mengacak-acak makanan.
Makanan di dalam wadah, dia ambil, diacak-acak, dibuang, dan sebagainya. Menyikapi hal itu, orangtua harusnya bersikap normal. Mengapa, sebuah penelitian mengungkapkan, mengacak-anak makanan merupakan salah proses membuat anak pintar. Dengan kata lain, makan yang berantakan bisa membuat anak cerdas.
Sebuah penelitian menunjukkan, makan belepotan menandakan anak pintar. Sebab, pada saat makan berantakan, di situlah anak sedang mengeksplorasi setiap benda yang ada di sekitarnya.
Anak belajar mengenal benda padat dan nonpadat (makanan, air minum) melalui makanan, juga melalui peralatan makan (cangkir, piring, sendok) yang ada di hadapannya dengan cara menyentuh, merasakan, dan “memainkannya”.
Hasil studi terbaru yang diterbitkan jurnal Developmental Science mengatakan, hal itu bisa menjadi cara yang ideal bagi anak untuk mengenal tekstur obyek (basah, lengket, cair, padat), warna, bau, dan sifat benda saat dilemparkan atau tumpah di hadapan mereka.
?Selain itu, motorik halus anak juga terlatih saat mengacak-acak makanan. Motorik halus adalah kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil tubuh seperti otot-otot tangan dan jari.
Dengan mengacak-acak makanan, anak belajar memegang, menjumput, melepaskan makanan.
Semua itu berdampak positif karena melatih kemampuan motorik halus anak yang nantinya berguna saat anak belajar menulis, menggambar, dan aktivitas lain yang melibatkan kemampuan motorik halus.
Selain itu, mengacak-acak makanan juga mengasah kemampuan sensomotorik anak. Kemampuan sensomotorik melibatkan kelima indra anak, yaitu indra peraba, perasa, pendengaran, penciuman, dan penglihatan.
Indra perabanya akan terasah saat anak menyentuh makanan dengan beragam tekstur, mulai kasar, kenyal, cair, halus, dan lain-lain.
Saat anak mencicipi makanan yang diacak akan merangsang indra perasanya.
Demikian juga saat si kecil mencium aroma masakan, mendengar bagaimana saat makanan itu diaduk atau air dituangkan, juga aneka bentuk, warna, dan jenis makanan, indra pendengaran dan penglihatannya juga ikut terlatih.
Jadi, sesekali, biarkan anak mengacak-acak makanan juga salurkan hobinya menuangkan air dari wadah. Tentu sesuai dengan rambu-rambu yang diterapkan bu Mayke di atas.
Senada dengan penelitian tersebut, Dra Mayke Tedjasaputra, Psi, Msi. dalam tabloid nakita edisi 406, Januari 2017 lalu mengatakan, anak yang mengacak makanan boleh jadi muncul karena rasa ingin tahu. Perilaku itu banyak manfaatnya untuk kepintaran anak.
Kalaupun tidak ingin makanan jadi mubazir, saran Mayke, akali dengan cara memberikan bubur susu untuk diaduk dengan air secukupnya kemudian dimakan.
Berikan saja dalam takaran kecil. Atau bisa diberikan sisa sayur yang sudah dipotong-potong dan suruh dia mengaduk-aduk, sekadar memuaskan keinginan tahunya.
Apabila dia memaksakan untuk mengaduk-aduk makanan yang seharusnya dia makan, siasati agar tidak memberikan makanan sekaligus dalam jumlah banyak.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Saeful Imam |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR