Nakita.id - Hadirnya anak dalam keluarga pasangan suami-istri menjadi anugerah berharga dari Tuhan. Hal ini menjadi momen penting yang dianggap mampu melengkapi kebahagiaan. Namun, beberapa pasangan harus lebih sabar menunggu untuk menantikan kehadiran si buah hati.
Hal serupa juga pernah dirasakan pesinetron Herfiza, yang pada awal-awal masa pernikahan harus sabar menunggu kehadiran anak. Dalam akun Instagramnya, ibu dua anak ini menceritakan pengalamannya ketika masih menantikan seorang anak, “Dari awal menikah, saya dan suami sepakat untuk tidak menunda punya anak. Tapi, ternyata Allah berkehendak lain, kami berdua disuruh "pacaran" dulu setelah menikah.”
Baca juga : Menikah 2,5 Tahun Tapi Belum Punya Anak
Istri dari aktor Ricky Harun ini juga mengungkapkan bahwa setelah usia pernikahan 7 bulan, rasa ingin memiliki anak semakin kuat, sehingga yang bisa dilakukannya ialah berdoa dan tetap berusaha. Selain itu, perempuan yang tahun ini genap berusia 30 tahun itu memberi pesan kepada para calon ibu yang masih menunggu momongan, “Buat yang belum memiliki momongan jangan patah semangat dan jangan takut untuk ke dokter.”
“Suami juga harus ikut menemani, ya. Terus berdoa, ubah perilaku kita yang kurang baik, tunjukkan sama Allah kalau kita memang sudah pantas dan siap untuk jadi orang tua. Bismillah,” tutupnya.
Dilansir dari Elitedaily.com, ada dua alasan diantaranya, mengapa seorang perempuan belum bisa dinyatakan hamil secara medis. Yang pertama karena beberapa perempuan secara fisik tidak bisa.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 6 persen perempuan yang menikah usia 15 sampai 44 tahun memiliki kondisi tidak subur, yaitu mereka tidak dapat hamil setelah melakukan hubungan seks tanpa pengaman selama satu tahun.
Baca juga : 4 Tahun Pasangan Belum Punya Anak
Infertilitas dapat disebabkan oleh usia, penurunan berat badan, penggunaan alkohol berlebihan, merokok atau stres berlebihan yang menyebabkan periode hamil belum tiba.
Alasan kedua karena meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi darurat dan pengendalian kelahiran. CDC melaporkan, 11% perempuan yang aktif secara seksual antara tahun 2006 dan 2010 mengonsumsi pil KB di pagi hari, dibandingkan dengan 4,2% pada tahun 2002 dan sebesar 1 persen pada tahun 1995.
Selain itu, persentase perempuan yang menggunakan metode kontrasepsi meningkat, mulai dari pil, IUD atau alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi darurat dan metode kontrasepsi memberikan hak bagi para perempuan untuk bisa memutuskan kapan mereka merasa siap untuk memiliki anak.
Menurut Medscape.com, pasangan yang belum dikaruniai anak perlu melakukan tes agnostik karena mengalami infertilitas primer. Namun, tes ini tidak perlu dilakukan jika pasangan tersebut tidak berusaha untuk hamil minimal 1 tahun, kecuali bagi perempuan yang telah berusia 35 tahun atau lebih, atau jika mereka memiliki riwayat ketidaksuburan faktor laki-laki, endometriosis, faktor tuba, diethylstilbestrol (DES) exposure, penyakit radang panggul, atau operasi pelvis. Evaluasi infertilitas lengkap dilakukan sesuai siklus menstruasi perempuan dan mungkin memerlukan waktu hingga 2 siklus menstruasi sebelum etiologi ditentukan.
Baca juga : Alasan Mengapa Pasangan Modern Tak Mau Punya Anak
Untuk pengobatan infertilitas didasarkan pada diagnosis, lamanya infertilitas, dan usia perempuan. Pengelolaan faktor perempuan dan / atau laki-laki yang mempengaruhi kesuburan dapat mencakup perawatan medis (misalnya, farmakoterapi), intervensi bedah, atau keduanya.
Teknologi reproduksi yang digunakan untuk mengobati ketidaksuburan meliputi:
Jika kehamilan belum terbentuk dalam waktu yang wajar, pertimbangkan evaluasi lebih lanjut atau rencana pengobatan alternatif, seperti penggunaan donor oocyte, sperma, embrio, atau menggunakan ibu pengganti. Tetap semangat ya, Bu! (*)
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR