Nakita.id - Beberapa orangtua baru akan bingung ketika bayinya menangis, dan tak jarang dari mereka mengindikasikan tangisan sebagai rasa lapar dan kantuk sang bayi.
Sehingga ketika bayi menangis, orangtua dengan sigap memberikan susu pada bayi dan menimang-nimang mereka agar lekas tidur atau berhenti menangis.
Namun, pada dasarnya, hal yang harus Moms ketahui yaitu menangis merupakan cara berkomunikasi bayi kepada orangtua atau orang yang ada di sekitarnya.
“Di psikologis, fungsi nangis pada bayi itu untuk komunikasi. Selama bayi belum bisa ngomong, cara berkomunikasinya dengan tangisan,” ujar Roslina Verauli, M.Psi, Psi.
Baca Juga : #WelcomeMyLovelyBaby: Penerapan Gaya Tidur Bayi Baru Lahir, Sesuaikan dengan Kenyamanan dan Keamanan
Karena tangisan pada bayi merupakan cara berkomunikasi, maka setidaknya ada 11 jenis tangisan pada bayi, seperti yang dikutip dari laman WebMD.
Yaitu tangisan kelaparan, kelelahan, ketidaknyamanan, nyeri, overstimulasi, bayi sakit, frustrasi, kesepian, khawatir dan takut, bosan, serta kolik.
1. Kelaparan
Jika tiga atau empat jam telah berlalu sejak terakhir kali menyusui, bila dia baru bangun tidur, atau baru saja memiliki popok yang sangat penuh dan dia mulai menangis, dia mungkin lapar.
Memberinya makan, dalam hal ini ASI kemungkinan besar akan meredakan tangisan bayi karena ia sudah merasa kenyang.
Baca Juga : Resep dan Bahan MPASI 7 Bulan Enak: Pure Daging Ayam dan Buah Aprikot Wajib Dicoba
2. Kelelahan
Carilah tanda-tanda ini Moms, seperti: aktivitas menurun, kehilangan minat pada orang dan mainan, menggosok mata, mata tampak berkaca-kaca, dan yang paling jelas, menguap.
Jika Moms memperhatikan hal-hal itu di dalam tangisan bayi, ia mungkin hanya perlu tidur.
3. Ketidaknyamanan
Jika bayi tidak nyaman, dia biasanya akan menggeliat atau melengkungkan punggungnya ketika menangis, seolah mencoba melepaskan diri dari sumber ketidaknyamanannya.
Cobalah untuk mencari tahu apa yang menyebabkan bayi merasa tidak nyaman dan cari solusi dari masalah tersebut.
4. Nyeri
Tangisan rasa sakit tiba-tiba dan melengking, seperti ketika orang dewasa atau anak yang lebih tua menangis saat mereka terluka.
Ini mungkin termasuk tangisan panjang diikuti dengan jeda saat bayi menangis dan seakan berhenti bernapas.
Dia kemudian menangkap napasnya dan mengeluarkan teriakan panjang lagi.
Baca Juga : Resep dan Bahan MPASI 7 Bulan Sehat Ala Zaskia Adya Mecca, Bhre Kata Lahap Makannya!
5. Overstimulasi
Jika ruangan berisik, orang-orang mencoba untuk mendapatkan perhatian bayi, dengan kerincingan bergerak, hingga kotak musik yang sedang diputar.
Namun, bila bayi tiba-tiba menutup matanya dan menangis (atau memalingkan kepalanya), ia mungkin kewalahan dengan semua yang terjadi di sekelilingnya sehingga ingin merasakan tenang.
6. Penyakit
Tangisan yang lemah dan merintih dapat mengindikasikan bayi sakit.
Ini adalah caranya mengatakan, "Aku merasa tidak enak."
Jika bayi tampak sakit, cari tanda-tanda sakit dan segera hubungi dokter.
Baca Juga : Resep dan Bahan MPASI 7 Bulan Enak: Kenalkan Ragam Rasa pada Si Kecil
7. Frustrasi
Bayi baru belajar mengendalikan tangan, lengan, dan kakinya, dia mungkin mencoba memasukkan jari-jarinya ke mulutnya atau untuk meraih mainan yang sangat menarik, tetapi tubuhnya tidak bekerja sama.
Dia menangis karena frustrasi, karena dia tidak dapat mencapai apa yang ingin dia lakukan, yang dibutuhkannya hanyalah sedikit bantuan.
8. Kesepian
Jika bayi tertidur dan Moms menempatkannya di tempat tidurnya, tetapi ia segera bangun setelah menangis, ia mungkin mengatakan bahwa ia merindukan kehangatan pelukan Moms dan tidak suka sendirian.
9. Khawatir atau takut
Jika bayi tiba-tiba menemukan dirinya dalam pelukan orang asing, maka kegembiraannya bisa berubah menjadi tangisan.
Baca Juga : Resep dan Bahan MPASI 7 Bulan Sehat: Menu Pure Apel, Ubi Jalar, dan Wortel yang Sarat Manfaat
Ia mencoba mengatakan kepada Moms bahwa ia takut, dia tidak mengenal orang baru ini, dan dia menginginkan Moms atau Dads.
10. Kebosanan
Tangisan ini bisa dipicu karena bayi telah lama melakukan aktivitas yang sama, seperti dia terus-terusan duduk dalam waktu panjang.
Dia tidak lelah, lapar atau tidak nyaman, tetapi dia mulai menangis cengeng dan rewel.
Dia mungkin mengatakan bahwa dia bosan dan membutuhkan sesuatu yang baru untuk dilihat atau disentuh.
11. Kolik
Jika bayi menangis tanpa henti untuk waktu yang lama setiap hari, ia mungkin mengalami kolik.
Bayi dengan kolik akan menangis selama beberapa jam sehari, biasanya di malam hari.
Dari beragam jenis tangisan tersebut memiliki irama dan tinggi nada yang berbeda-beda, misalnya ketika bayi merasa nyeri, mereka cenderung mengeluarkan tangisan yang menjerit.
Baca Juga : Waspada Sindrom Kepala Datar pada Bayi, Ketahui Penyebab dan Gejalanya
Menurut Vera, psikolog anak, remaja, dan keluarga, umumnya orangtua dapat mengetahui dengan sendirinya perbedaan tangisan bayi.
“Tangisan bayi ada bermacam-macam, tapi ibu sudah banyak yang mengetahui perbedaannya,” tutur Vera beberapa waktu lalu.
Seiring bertambahnya usia bayi, mereka akan mengalami perkembangan, dan dari perkembangan itu membuat cara berkomunikasi bayi semakin baik.
Dengan demikian, tangisan tak lagi menjadi satu-satunya komunikasi pada bayi, khususnya ketika usia bayi 1,5 hingga 3 bulan.
“Di usia segitu, bayi sudah mulai mengembangkan bunyi-bunyian. Umur segitu sudah bisa cooing,” imbuh Vera menjelaskan.
Baca Juga : Moms Harus Tahu, Berikut Pencegahan Sindrom Kepala Datar pada Bayi
Untuk meredakan tangisan bayi, ada beberapa cara yang dapat Moms lakukan, misalnya yaitu menyandarkan tubuh bayi di tubuh ibu.
“Ada juga yang dikasih pacifier, bayi bisa regulate emosinya sendiri. Kalau masih belum tenang juga, bisa diajak ngobrol, pakai ujaran lembut yang berirama, sehingga bayi juga dilatih untuk mengikuti pola irama tersebut,” jelas Vera beberapa waktu lalu.
Meskipun tangisan merupakan cara berkomunikasi pada bayi, tapi Moms harus waspada apabila bayi terlalu sering menangis.
Baca Juga : Jangan Biarkan Bayi Alami Sindrom Kepala Datar, Sembuhkan dengan Cara Ini
Sebab, hal itu bisa jadi suatu penanda gangguan kesehatan yang serius dan bisa memengaruhi perkembangannya.
“Kalau bayi dikit-dikit nangis, berarti ada sesuatu yang harus dicari tahu. Seperti, normal ga tangisannya. Padahal kan bayi nangis karena ada situasi-situasi tertentu, makanya kalau dikit-dikit nangis harus curiga ada ada dong,” ungkap Vera beberapa waktu lalu.
“Apalagi ketika bayi selalu nangis, kolik, dan tidurnya tidak reguler, berarti itu menandakan adanya suatu masalah,” lanjutnya menjelaskan.
Bayi yang nangis terus-menerus memang bisa diakibatkan salah satunya dari pola tidur yang tidak regular, yang mana dari hal ini bisa mengarah pada gangguan perkembangan seperti mengarah pada sindrom autisme.
Baca Juga : Mengapa Bayi Menangis Saat Dilahirkan? Ini Salah Satu Penyebabnya
Selain itu, ketika bayi sudah mampu mengucap beberapa kalimat, seperti di usia 18 hingga 22 bulan atau bayi sudah mulai bisa berbicara, tapi dia masih sering menangis, artinya tangisan tersebut berlebihan alias cengeng.
Maka dari itu, apabila Moms merasa ada sesuatu yang mengganjal pada perkembangan Si Kecil, lebih baik Moms langsung konsultasikan pada psikolog, agar apabila terdapat suatu gangguan dapat diketahui dengan segera. #WelcomeMyLovelyBaby.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | WebMD |
Penulis | : | Finna Prima Handayani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR