Nakita.id - Moms mungkin pernah mendengar istilah anyang anyangan.
Anyang anyangan sebenarnya keadaan ingin buang air kecil terus menerus, namun saat buang air kecil hanya sedikit yang bisa dikeluarkan.
Anyang anyangan ini sebenarnya suatu gejala yang bisa disebabkan oleh banyak penyakit.
Baca Juga : Informasi Kehamilan Sehat Bulan 5 : Waspadai Infeksi Saluran Kemih yang Memicu Persalinan Prematur
Salah satu penyakit atau gangguan yang menyababkan anyang anyangan adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi di bagian sistem kemih, yaitu saluran ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Sebagian besar infeksi saluran kemih melibatkan saluran kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih dan uretra.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Ini Tanda Organ Liver Bermasalah, Cek Sekarang!
Perempuan lebih berisiko terkena ISK daripada laki-laki. Hal ini karena saluran kemih perempuan lebih pendek dari laki laki.
Infeksi ISK ini sangat berbahaya jika telah menyebar ke ginjal.
Baca Juga : Berita Kesehatan: 6 Cara Mudah Yang Ampuh Menyehatkan Paru-Paru
Gejala
Infeksi saluran kemih tidak selalu menyebabkan tanda dan gejala, tetapi beberapa penderita ISK mengluh hal dibawah ini:
Baca Juga : Ingin Rumah Tangga Berjalan Harmonis? Lakukan 6 Cara Romantis Ini
- Dorongan yang kuat dan terus-menerus untuk buang air kecil
- Sensasi terbakar saat buang air kecil
- Sering buang air kecil dalam jumlah kecil
- Air seni yang tampak keruh
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ciri Wanita Yang Berisiko Miliki Anak Down Syndrome
- Urine yang tampak merah, merah muda cerah atau berwarna seperti cola, tanda darah dalam urine
- Nyeri panggul pada perempuan, terutama di pusat panggul dan di sekitar area tulang pubis.
Penyebab
Infeksi saluran kemih biasanya terjadi ketika bakteri memasuki saluran kemih melalui uretra dan mulai berkembang biak di kandung kemih.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Studi, Orang Sehat Tidak Mendapat Manfaat Dari Suplemen!
Penyebabnya juga berbeda sesuai dengan lokasi infeksi.
- Infeksi kandung kemih (cystitis)
Infeksi kandung kemih biasanya disebabkan oleh Escherichia coli (E. coli), sejenis bakteri yang biasa ditemukan di saluran gastrointestinal (saluran pencernaan).
Baca Juga : Sang Ibu Menginggal Dunia, Begini Curhatan Roger Danuarta Hingga Beberkan Sifat Sang Ibu
- Infeksi uretra (uretritis).
Infeksi uretra dapat terjadi ketika bakteri dari sistem pencernaan menyebar dari anus ke uretra.
Juga, karena uretra perempuan dekat dengan vagina, infeksi menular seksual, seperti herpes, gonorrhea, chlamydia dan mycoplasma, dapat menyebabkan uretritis.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Atasi Flu Dengan Cepat Tanpa Konsumsi Obat
Pengobatan
Antibiotik biasanya adalah pengobatan lini pertama untuk infeksi saluran kemih.
Obat yang diresepkan tergantung pada kondisi kesehatan dan jenis bakteri yang ditemukan dalam urin.
Infeksi ISK ringan
Obat-obatan yang umumnya direkomendasikan dokter untuk ISK ringan termasuk:
- Trimethoprim/sulfamethoxazole (Bactrim, Septra, lainnya)
- Fosfomisin (Monurol)
- Nitrofurantoin (Macrodantin, Macrobid)
- Cephalexin (Keflex)
- Ceftriaxone.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Anemia Bisa Kurangi Kecerdasan Anak, Atasi Dengan 20 Makanan Kaya Zat Besi Ini!
Infeksi yang sering terjadi
Jika seseorang sering mengalami ISK, dokter mungkin akan merekomendasi perawatan tertentu, seperti:
- Antibiotik dosis rendah
- Satu dosis antibiotik setelah hubungan seksual jika infeksi terkait dengan aktivitas seksual
- Terapi estrogen vagina pascamenopause.
Gaya hidup dan obat rumahan untuk mengurangi gejala ISK
- Minum banyak air. Air membantu mengencerkan urin dan mengeluarkan bakteri.
- Hindari minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih. Hindari kopi, alkohol, dan minuman ringan yang mengandung kafein sampai infeksi telah hilang.
Baca Juga : Anak Mytha Lestari Rewel Akibat Akan Tumbuh Gigi, Begini Cara Mengatasinya
- Kompres hangat. Gunakan kompres hangat, ke perut untuk meminimalkan tekanan atau ketidaknyamanan di kandung kemih.
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
Source | : | Mayo Clinic |
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR