Nakita.id - Mi instan berbahaya bagi kesehatan bukanlah sebuah mitos, Moms.
Baru-baru ini, seorang pemuda Taiwan yang baru berusia 18 tahun meninggal akibat kebiasaan buruknya.
Pemuda ini sering belajar hingga larut malam demi bisa masuk ke universitas impiannya.
Baca Juga : Tak Terjangkau, Warga Desa Lero Donggala Mengambil Makanan yang Jatuh ke Jalan, Punguti Bumbu Mie Instan
Karena bekerja keras hingga larut, di saat lapar tengah malam melanda, ia kerap membuat mi instan.
Meski ia berhasil masuk ke universitas impiannya, sayangnya umurnya tidaklah panjang.
Dia mulai menunjukkan gejala awal seperti perut kembung, mual, dan sakit perut.
Keluarganya menjadi khawatir karena keadaannya semakin buruk.
Mereka cukup bijaksana dengan membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan medis.
Namun yang mengejutkan, pemuda tersebut langsung divonis kanker lambung stadium akhir.
Harapannya untuk hidup hanya sedikit karena sel kanker telah menyebar ke organ lain.
Setahun setelah bergelut dengan kanker, pemuda itu harus menyerah pada penyakitnya hingga akhirnya berpulang.
Ahli onkologi rumah sakit terkait, Dr Gan telah memperingatkan masyarakat untuk mengurangi konsumsi sosis, daging asap, serta mi instan karena makanan ini kerap dikaitkan penyebab kanker.
Baca Juga : Meski Banyak Manfaat, Ketumbar Bisa Berbahaya untuk Orang dengan 7 Kondisi Ini
Kanker lambung sulit dideteksi karena gejalanya seringkali mirip sakit maag atau sakit perut biasa.
Hal ini menyebabkan 80 persen penderita sudah masuk ke stadium akhir ketika penyakit mematikan ini terdeteksi.
Tak hanya menyerang orangtua saja, kanker lambung kini juga jadi momok untuk anak muda.
Menurut laporan yang diterbitkan World Instan Noodles Association, masyarakat dunia menghabikan sebanyak 102,7 miliar mie instan dalam jangka waktu satu tahun.
Hal ini jadi bukti bahwa mi instan tak hanya digemari di Indonesia saja, melainkan di berbagai belahan dunia.
Mengapa mengonsumsi mi instan berlebih buruk bagi kesehatan?
Mi instan mengandung bahan pengawet yang membuatnya tahan lebih lama.
Bahan pengawet tersebut tentunya membuat mi instan rendah kandungan nutrisi, tinggi lemak, kalori dan sodium.
Mi instan juga mengandung bahan pewarna buatan, zat aditif dan juga perasa yang mengandung berbagai zat kimia.
Baca Juga : Pangeran Harry Rela Tinggalkan Kebiasaan Ini Demi Meghan Markle dan Calon Bayinya
Belum lagi, mi instan mengandung monosodium glutamat (MSG) dimana ada batasan dalam mengonsumsinya.
Karena bila dikonsumsi dalam jumlah berlebih, MSG juga menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
Bahkan, The Washington Post telah melaporkan bila penelitian di Korea Selatan menemukan efek mi instan pada kesehatan manusia.
"Meskipun mi instan makanan yang lezat, dimungkinkan terjadi peningkatan risiko sindrom metabolik karena tingginya natrium, lemak jenuh yang tidak sehat dan beban glikemik," ungkap Hyun Shin, doktor di Harvard School of Public Health.
Studi ini menyebutkan bahwa selain diabetes, perempuan yang mengonsumsi mi instan seminggu dua kali lebih berisiko mengidap obesitas, tekanan darah tinggi dan masalah jantung, dibandingkan yang makan lebih sedikit.
Zat pengawet dalam mi instan membuatnya lebih sulit dan lama dicerna tubuh.
Dari situ disimpulkan jika tak hanya mi instan, semua makanan olahan dan berpengawet juga melalui proses yang sulit dicerna.
"Salah satu masalah terbesar saat ini adalah kenyataan bahwa orang telah mulai mengganti makanan segar dengan makana cepat saji," ungkap Dr. Sharma.
Baca Juga : Dengar Suami Tewas, Istri Bunuh Diri Bersama Dua Anaknya, Tak Tahu Jika Sang Suami Hanya Pura-pura Mati
Lalu benarkah mi instan bisa menyebabkan kanker?
Peneliti di Universitas Sorbonne, Perancis telah mensurvei sebanyak 105.000 responden soal konsumsi makanan.
Mereka menemukan bahwa jika seseorang meningkatkan konsumsi makanan olahan sebesar 10 persen, risiko terkena kanker meningkat sebesar 12 persen.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan di British Medical Journal.
Makanan olahan ultra proses yang dimaksud termasuk roti kemasan yang diproduksi secara massal, camilan maupun keripik kemasan, cokelat, soda, makanan beku, sup, mi instan, serta makanan kaleng.
Para peneliti menyimpulkan, "Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan olahan yang diproses ultra dengan cepat mendorong peningkatan beban kanker dalam beberapa dekade mendatang."
Tetapi mereka mengatakan bahwa temuan-temuan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan penelitian berskala besar untuk membuktikan keterkaitan tersebut.
Baca Juga : Diserang Sekelompok Orang, Kepala Sekolah Dibunuh di Hadapan Muridnya
Sementara itu, Di Korea Selatan, Korea Food and Drug Administration (KFDA) menemukan zat penyebab kanker yang dikenal dengan Benzopyrene dalam enam merek mi yang dibuat oleh Nong Shim pada tahun 2012 lalu.
Penemuan tersebut menyebabkan penarikan kembali produk-produk baik lokal maupun luar negeri. (Kunthi Kristyani)
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | MonthiraYodtiwong |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR