"Ayah dan ibu tidak menunjukkan perbedaan tingkah laku, malah ayah sempat menghadiri acara kenduri tetangga malam kemarin.
Ayah juga keliatan ceria saat bermain dengan cucunya seusai pulang dari acara kenduri kemarin," pungkas Mohammad.
Mohamad Farid berkata, ayahnya sudah lebih 20 tahun menjadi Imam Masjid Jamek Simpang Renggam selepas pensiun sebagai guru agama di Sekolah Kebangsaan (SK) Simpang Renggam.
“Ayah dan ibu kami adalah pasangan bahagia yang penyabar dalam mendidik sembilan anaknya. Ayah juga sering berpesan supaya kami sembilan beradik sentiasa menjaga tingkah laku, malah pernah menyatakan andaikan umurnya tidak panjang, kami adik beradik perlu terus saling menyayangi dan menjaga perhubungan kami,” katanya.
Jenazah suami isteri itu dikebumikan dalam satu liang di Tanah Perkuburan Sungai Berumbung, dekat sini, kira-kira jam 10.30 pagi semalam.
Mengakhiri hidup karena penyakit yang akut
Kisah mengenai sepasang suami istri yang meninggal dunia bersamaan juga terjadi di Amerika.
Pasangan yang bernama Francie (88) dan Charlie (87) memutuskan bunuh diri bersama karena penyakit akut yang dialaminya.
Di negara tersebut, pemerintah melindungi keputusan seseorang untuk mengakhiri hidup karena suatu penyakit tertentu.
Dalam dua dekade sejak Oregon menjadi negara bagian pertama yang melegalkan bantuan medis-mati, lebih dari 1.300 orang telah meninggal karena tak tahan atas penyakit yang menimpanya.
Keluarga Emerick berada di antara 143 orang untuk melakukannya pada tahun 2017, dan mereka tampaknya menjadi satu-satunya pasangan yang pernah menggunakan obat bersama, pada saat yang sama, kata para pejabat.
Source | : | Washington Post,time.com,mynewshub,NST |
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR