2. Bunuh diri
Menurut Zachary Kaminsky dari Johns Hopkins University's School of Medicine, dari tes darah dokter bisa mengamati gerak-gerik dari gen yang disebut dengan SKA2.
Gen ini bertugas membantu otak dalam mengatur tingkat stres yang dirasakan seseorang, termasuk mengontrol pikiran negatif dan perilaku impulsif.
Baca Juga : Manfaat Buah Delima Sebanyak Bijinya, Anti Penuaan Hingga Lawan Kanker
"Bila gennya ini abnormal, maka orang yang bersangkutan lebih kesulitan dalam merespons stres, sehingga ada kemungkinan terpikir atau mencoba bunuh diri.
Dengan adanya tes ini, kami merasa mampu mencegahnya dari bunuh diri, atau setidaknya melakukan intervensi dini," katanya. Konon tingkat akurasi tes ini mencapai 80%.
3. Alzheimer
Penurunan kognitif sejatinya pasti terjadi, namun setidaknya orang-orang yang kemungkinan terkena Alzheimer sudah bisa dicek hanya dengan menggunakan tes darah. Tak tanggung-tanggung, tingkat akurasinya diklaim mencapai 87%
Tim peneliti dari University of Oxford mengaku tes ini dapat mendeteksi pengendapan protein tertentu dalam darah yang selama ini dipercaya dapat menjadi penanda adanya gangguan kognitif ringan pada orang-orang paruh baya atau lansia.
Baca Juga : Melacak Asal Usul Pecel, Makanan Lokal Komplet Dipenuhi Sayuran Bergizi
Padahal penderita gangguan kognitif ringan dini berisiko terkena Alzheimer setahun setelah gangguan tersebut menyerangnya.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | prevention.com,Majalah Prevention Indonesia,Detik.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR