Nakita.id - Pada Rabu (5/12) ini, sidang perceraian Gading Marten dan Gisella Anastasia digelar untuk yang pertama kali di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Agenda sidang perdana ini adalah mediasi antar penggugat, Gisel, dan yang tergugat, Gading.
Namun sayangnya kedua belah pihak, baik Gisel dan Gading, justru tidak menghadiri sidang ini.
Baca Juga : Pernah Jadi Korban Perceraian Roy Marten dan Farida, Gading Marten Dulu Sempat Kabur dari Rumah!
Keduanya diwakilkan oleh kuasa hukum masing-masing, yaitu Andreas Sapta dan Chris Salam.
Dalam persidangan ini paman dari Gading sekaligus kuasa hukum Gisel, Chris Salam, mengungkapkan bahwa Gisel sudah berkali-kali meminta cerai kepada Gading.
"Pastinya lebih dari sekali, sih," ujar Chris.
Tetapi ketika ditanya bagaimana perasaan Gading saat itu, Chris mengaku bingung untuk menjawabnya.
Sebab ketika Gading dan Gisel datang kepadanya, mereka sudah langsung mengutarakan maksud untuk bercerai.
"Jadi kalau aku melihatnya cuma gini nih, ketika Gading sama Gisel datang ke aku, mereka mau cerai, udah sepakat mau cerai. Tapi apakah Gading mau cerai atau tidak? ya susah," papar Chris Salam.
Tetapi Chris paham jika keponakannya saat itu tengah dilema dan memertimbangkan banyak hal sebelum menyutujui keinginan Gisel.
Chris menganggap bahwa keinginan tersebut adalah hasil kesepatakan bersama, meski adik Roy Marten ini sempat meminta orangtua Gempita Nora Marten ini untuk memikirkannya lagi.
"Ketika mereka datang ke aku itu paketannya (berkas cerai) udah jadi. Aku udah bilang 'Gue daftarin, udah ngga bisa balik lagi loh. Better you think twice, aku bilang pikirkan dulu tapi mereka tetap bilang engga om, kita udah selesai," ujar Chris.
Baca Juga : Mbah Mijan Sangkutkan Perceraian Gading dan Gisel dengan Mitos Uluwatu, Ini Tanggapan Roy Marten
Terlepas dari perceraian Gading dan Gisel, biasanya lelaki akan berpikir matang-matang sebelum memutuskan untuk bercerai dengan istri yang sudah lama membangun rumah tangga dengannya.
Sebab, biasanya, kata perceraian akan keluar pertama kali dari mulut sang istri.
Melansir laman Daily Mail, lelaki akan mencoba untuk mempertahankan rumah tangga mereka bagaimanapun caranya.
Biasanya ini terjadi pada mereka yang sudah menikah sejak lama.
Beberapa lelaki tidak akan menanggung adanya perubahan, terutama bagi mereka yang bertambah tua.
Terkadang mereka juga akan tersiksa dengan perasaan bersalah juga.
Mereka tahu bahwa di usia paruh baya, istri mereka tidak mungkin menikah lagi dan mereka tahu mereka telah menghancurkan semangat sang istri terhadap hubungan percintaan.
Beberapa pria merasa terlalu kejam untuk meminta sebuah perceraian terlebih dahulu.
Mereka juga mungkin merasa berutang kepada sang istri, di mana mereka berperan sebagai ibu dari anak-anak mereka.
Para lelaki berpikiran bahwa perpisahan adalah hal yang buruk, karena perceraian selalu emosional, dan seringnya terasa pahit.
Pria, yang cenderung menemukan pandangan yang tak tertahankan, mungkin merasa lebih baik untuk menjaga diri mereka dalam kondisi menyakitkan daripada menyerah pada cobaan yang menyayat hati seperti itu.
Ketika sudah bercerai, beberapa lelaki tidak lagi menginginkan istri mereka ataupun menjalin hubungan serius dengan perempuan lain.
Perceraian dapat dikatakan sebagai hubungan yang gagal, sehingga tidak bercerai akan memberi ilusi sebuah 'kesuksesan', yang kebanyakan pria hargai.
Seolah-olah mereka berkata pada diri sendiri, 'Bercerai? Tentu saja tidak', bahkan setelah mereka tinggal dengan perempuan baru selama 20 tahun.
'Saya masih menikah dengan istri saya. Kami hanya hidup dengan cara yang berbeda', itulah yang dipikirkan mereka.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Daily Mail,Nakita.ID |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR