Mitos persalinan # 2: Ibu harus makan plasenta sendiri
Ada yang beranggapan bahwa mengonsumsi plasenta sendiri setelah melahirkan dapat memiliki manfaat besar pada diri ibu. Benarkah? "Bisa saya katakan dengan jujur, saya belum pernah melihat plasenta yang enak rasanya," ungkap Dr. Dena.
Ia menjelaskan, "Saya pikir itu hanya berisiko untuk mengambil manfaat kesehatan. Salah satu risikonya adalah plasenta rentan terhadap infeksi bakteri. Risiko kedua adalah kenyataan bahwa orang-orang yang menyiapkan plasenta tidak harus memenuhi pengobatan tertentu. Standar, juga tidak harus diawasi atau dipantau. Tapi, jika seorang perempuan masih merasa kuat bahwa hal itu bisa membantunya dan ia masih ingin melakukannya, maka tidak masalah!"
Dr. Dena mengatakan bahwa ada cara lain tanpa harus memakannya secara fisik. "Beberapa orang menjaga plasenta mereka dan menanamnya di bawah pohon, sehingga mereka bisa melihat pohon tumbuh saat anak mereka tumbuh, saya pikir itu bisa sangat indah."
Apa pun keputusan ibu untuk memperlakukan plasentanya sendiri tidak menjadi masalah besar selama ada keamanan yang menjamin.
Baca juga : 7 Keuntungan Melahirkan Secara Normal yang Jadi Impian Ibu Hamil
Mitos persalinan # 3: Semuanya harus sempurna
Seperti perempuan pada umumnya, siapa yang tak ingin bila semua kelahiran menjadi momen yang serba sempurna?
Menurut Dr. Dena, memang begitu. "Saya pikir perempuan sangat keras terhadap diri mereka sendiri. Ada begitu banyak tekanan untuk menjadi 'alami' dan secara eksklusif menyusui dan kemudian pergi ke gym. "
Perempuan selalu ingin segala hal menjadi sempurna, di mana mereka ingin tubuh lebih kurus, bayi yang lebih kuat, tenaga yang lebih mudah dan sebagainya seakan mereka belum melakukan yang terbaik.
"Saya merasa sedih tentang semuanya," ungkap Dr. Dena sedih.
"Kebanyakan perempuan merasa sangat buruk saat mereka tidak benar-benar menyelesaikan semua hal itu. Tentu saja sangat menyenangkan jika mereka melakukannya, tapi saya menghabiskan banyak waktu untuk meyakinkan orang bahwa tidak apa-apa jika saja Ibu tidak bisa menghasilkan cukup susu, dan tidak masalah jika Ibu frustasi dan butuh pertolongan, semua itu wajar,” tambahnya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR