Nakita.id - Tsunami Selat Sunda yang terjadi akhir pekan lalu, Sabtu (22/12/2018) masih menyisakan duka.
Arifin Asydhad, Pemimpin Redaksi Kumparan menjadi salah satu korban selamat sekaligus saksi mata tragedi tsunami Selat Sunda.
Saat itu Arifin memang sedang menginap di Salsa Beach Hotel bersama kedua anaknya karena ada kepentingan di Anyer.
Baca Juga : Mulai Keto Hingga Puasa, 6 Jenis Diet Ini Jadi Tren Sepanjang 2018, Moms Pernah Coba?
Arifin bersama kedua anaknya tiba di penginapan menjelang sore hari, pukul 14.30 WIB.
Kala itu, Arifin dan kedua anaknya sudah mendengar suara dentuman Gunung Anak Krakatau cukup keras.
"Jadi saya datang bersama kedua anak saya ke cottage Salsa Beach Hotel itu sekitar pukul 14.30 WIB. Jadi begitu kami datang itu sebetulnya kami sudah dengar suara dentuman Gunung Anak Krakatau," kata Arifin saat wawancara bersama TV One, Rabu (26/12/2018).
Hari itu pula, Arifin sempat membahas tentang erupsi Gunung Anak Krakatau bersama kerabatnya.
Ia sudah mengetahui bahwa Gunung Anak Krakatau sejak Mei 2018 mulai erupsi.
"Saat itu saya masih sempat ketemu teman saya membahas Gunung Anak Krakatau. Ternyata dari Mei 2018 dan saat itu suara dentumannya memang terdengar sangat keras," katanya.
Baca Juga : Bau Badan Menunjukkan Masalah Kesehatan Tertentu, Jangan Diabaikan!
Arifin pun sempat mengamati dan menghitung suara dentuman Gunung Anak Krakatau terdengar.
Menurutnya, hari itu dentuman Gunung Anak Krakatau terbilang sangat sering terdengar.
Bahkan ia sempat terpikirkan jika terjadi sesuatu di Anyer keberadaannya dan anak-anak sudah cukup aman atau belum.
"Nah di sore hari itu sampai kira-kira magrib itu saya mengamati betul dentumannya sangat sering. Saya sempat berpikir kalau terjadi sesuatu gimana di hotel saya," ujarnya.
Pasalnya, Arifin tidak hanya mendengar suara dentuman Gunung Anak Krakatau saja.
Arifin juga melihat ombak laut sore itu juga sudah sangat kencang.
Di sisi lain, ia sudah berpikir bisa terjadi gelombang pasang karena hari itu bertepatan malam bulan purnama.
Namun, Arifin menilai keberadaannya dan anak-anak sudah cukup aman jika terjadi gelombang pasang.
Baca Juga : Kehilangan Kedua Orangtua Saat Tsunami Banten, Anak Bungsu Aa Jimmy yang Masih 2 Bulan Terus Menangis!
"Saya melihat ombak sudah sangat kencang, karena yang saya tahu bertepatan waktu bulan purnama biasanya gelombang tinggi, gelombang pasang. Tapi saya lihat karena hotel saya ini ada tanggulnya, kira-kira ada 1,5 meter.
Jadi kira-kira ada gelombang pasang, airnya pun ngga bisa masuk. Makanya saya lihat pas masuk ke cottage saya itu ada tangga yang tinggi 60 cm. Jadi saya pikir kalau ada gelombang pasang aman lah," jelasnya.
Ketika makan malam, Arifin justru semakin sering mendengar suara dentuman Gunung Anak Krakatau.
Bahkan suara dentuman Gunung Anak Krakatau itu semakin jelas terdengar dari restoran tempatnya makan bersama anak-anak.
Arifin juga melihat Gunung Anak Krakatau sudah diselimuti api seperti malam hari biasanya.
"Saya sempat makan di restoran sama dua anak saya yang kebetulan dekat dengan laut. Saat itu saya mendengar suara dentumannya semakin jelas dan saya lihat Gunung Anak Krakatau kalau malam memang tertutup api," tandasnya.
Baca Juga : Nia Ramadhani Sempat Takut, Begini Aksi Seru Mikhayla Bakrie Lakukan Paragliding!
Tetapi, Arifin tidak terpikirkan akan terjadi Tsunami dan ia kembali ke penginapan untuk istirahat bersama anak-anaknya.
Belum lama Arifin tertidur, mendadak anaknya teriak ketakutan hingga membangunkannya.
"Setelah makan kami kembali hotel pukul 20.15 dan kami langsung tidur. Saya kira pukul 21.15 itu tiba-tiba anak saya teriak 'Papah takut, papah takut, saya takut, saya takut'," jelasnya.
Saat itu Arifin terbangun dan melihat air sudah masuk ke kamarnya setinggi mata kaki.
Ia lantas mengajak anaknya keluar kamar yang ternyata perabotan di luar sudah porak poranda karena air.
Ketika Arifin dan anak-anaknya berhasil keluar penginapan, air di luar sudah setinggi lutut dan mereka langsung berusaha melarikan diri.
Arifin sempat kembali ke penginapan untuk mengambil mobil di parkiran guna mengevakuasi keluarganya ke dataran tinggi.
Beruntungnya, Arifin dan anak-anak masih sempat melarikan diri menggunakan mobil menuju dataran tinggi.
Padahal kondisi mobil bagian depannya sudah rusak dan gelombang bisa saja datang tiba-tiba saat berusaha menyelamatkan diri.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Shevinna Putti Anggraeni |
Editor | : | Amelia Puteri |
KOMENTAR