Nakita.id - Tsunami yang melanda Selat Sunda membuat Lampung Selatan juga terkena dampaknya.
Sunenti (39), seorang warga dari Desa Way Muli Timur, merupakan salah satu korban dari tsunami yang terjadi pada Sabtu (23/12) malam kemarin.
Ia bersama anak bungsunya yang masih berusia 1 bulan ditemukan selamat.
Baca Juga : Bukan Ifan Seventeen, Terungkap Sosok Ini yang Pertama Kali Menemukan Jenazah Dylan Sahara!
Ibu dan anak bayinya ini tertimbun reruntuhan rumah mereka di Way Muli lebih dari 11 jam.
Melansir Tribun Lampung, Sunenti akhirnya berhasil mengungsi di kaki gunung Rajabasa.
Sunenti bercerita bahwa ketika terjangan gelombang tsunami pertama, ia dan suami sudah berusaha menyelamatkan diri.
Namun ketika dirinya belum sempat berlari menjauh sambil menggendong sang anak bungsu, hantaman gelombang kedua datang.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Nikmati 7 Makanan Ini Kalau Mood Lagi Turun
Tsunami lantas memporak-porandakan rumah mereka yang terletak di pinggir pantai.
Ia dan putri bungsunya kembali terseret gelombang dan tertimpa reruntuhan rumah mereka yang terbuat dari tanah liat.
Sunenti dan putri bungsunya pun terperangkap dibawah reruntuhan rumahnya.
Ia baru berhasil dievakuasi oleh warga pada Minggu (23/12) pagi sekitar pukul 08.00 WIB.
Baca Juga : Unggahan Foto-foto Istri Aa Jimmy di Story WhatsApp 1,5 Jam Sebelum Diterjang Tsunami Bikin Haru!
"Saya sempat terendam air. Tapi saya terus berusaha memegang anak saya yang bayi jangan sampai terlepas. Meski saya tertimpa rumah yang roboh," terangnya.
Selama terperangkap di reruntuhan rumahnya, Nenti tidak henti-hentinya memanjatkan doa meminta pertolongan kepada Tuhan agar ia dan buah hatinya selamat.
"Saya selalu membaca sholawat. Saya memohon kepada Allah SWT, agar diberi keselamatan," kata dia.
Pihak keluarga sebelumnya sudah pasrah akan nasib Nenti dan anak bungsunya setelah tidak ditemukan pasca terjangan tsunami.
Namun keajaiban datang, bahkan ia hanya menderita luka ringan.
Sedangkan putri bungsunya selamat tanpa luka sedikitpun.
Masih melansir laman yang sama, Warga pesisir Kecamatan Rajabasa, khususnya Desa Way Muli Timur, Way Muli Induk dan Kunjir masih memilih untuk tetap tinggal di tenda pengungsian di kaki Gunung Rajabasa.
Sebab mereka masih khawatir akan kemungkinan adanya terjangan tsunami susulan.
Para warga hanya akan turun ketika siang hari untuk mengambil bahan makanan saja.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Ditemukan Perangkat Anti Obesitas Tanam di Perut Agar Cepat Kenyang
"Kalau siang, kita turun mengambil bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Tapi kalau malam kita kembali ke tenda pengungsian," tutur Marsiti, warga yang mengungsi.
Melansir Kompas.com, berdasarkan data hingga Rabu (26/12/2018) pukul 13.00 WIB, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah korban meninggal menjadi 430 orang.
"Update H+4, pada hari ini, Rabu 26 Desember 2018, tercatat total 430 korban meninggal," ujar Sutopo saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (26/12/2018).
Baca Juga : Kisah Cinta Ifan Seventeen dan Dylan Sahara, Dipersatukan dan Dipisahkan di Tepi Pantai
Korban meninggal paling banyak tercatat di Kabupaten Pandeglang yaitu 290 korban.
Kemudian, di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, tercatat 113 korban jiwa.
Sementara, di Kabupaten Serang, Banten, tercatat ada 25 korban meninggal dunia.(*)
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com,tribun lampung |
Penulis | : | Rosiana Chozanah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR