Nakita.id - Mengutang atau meminjam uang dari orang lain tentu saja bukan kebiasaan yang baik untuk dilakukan.
Karena banyak sisi buruk dari mengutang, seorang perempuan asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan berhasil menggegerkan salah satu diler motor setempat.
Dilansir dari Kompas.com, Muspina (48) membawa sekarung uang pecahan Rp2.000 untuk membeli sebuah motor.
Baca Juga : Artis Senior Dian Nitami Kena Hujat Warganet Karena Hidungnya, Begini Balasan Telaknya!
Perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT) ini pun membuat karyawan diler harus menghitung jumlah uang pecahan yang ia bawa selama seharian penuh.
Muspina mendatangi diler penjualan motor di Kecamatan Kahu pada Kamis (27/12/2018) dengan membawa sekarung uang pecahan Rp2.000 hasil tabungannya bertahun-tahun.
Ia memiliki maksud untuk membeli sepeda motor yang sudah lama ia impikan.
"Ini hasil tabungan yang selama ini saya kumpulkan karena sudah lama saya ingin punya sepeda motor," kata Muspina yang dikonfirmasi Kompas.com, Sabtu (29/12/2018).
Karyawan diler motor tersebut pun dibuat kerepotan lantaran ini pertama kalinya ada pembeli yang membayar tunai motor dengan uang pecahan Rp2.000-an.
"Kemarin kita hampir seharian menghitung uangnya, dan ini kejadian yang pertama kali terjadi di sini. Sebab biasanya pembeli yang datang ingin mencicil (angsur), ini dibayar tunai," tutur Mardiana Mardin, salah seorang karyawan diler penjualan motor.
Baca Juga : Anak Pertama Tarra Budiman dan Gya Sadiqah Lahir, Ini Jenis Kelamin dan Nama Anaknya!
Sebenarnya, tanpa menunggu waktu selama 10 tahun seperti yang ia lakukan, Muspina bisa mendapatkan motor impiannya dengan cara mengangsur.
Namun karena perempuan ini tidak ingin berutang, ia lebih memilih untuk menabung.
"Kalau saya mau mencicil sudah lama saya punya motor, tetapi saya orangnya tidak mau terbebani dengan utang. Jadi saya menabung, lagian yang saya tabung hanya sisa membeli ikan kalau pulang dari pasar selama kurang lebih 10 tahun," kata Muspina.
Baca Juga : Kisah Selfi Soppeng, Anak Buruh Cuci yang Jadi Juara Dangdut Academy Asia 4
Terlepas dari kisah inspiratif Muspina yang memilih menabung lebih dulu ketimbang berutang, ternyata utang punya akibat buruk untuk kondisi emosional seseorang.
Dilansir dari The Simple Dollar, ada sejumlah dampak negatif dari berutang terhadap kondisi mental seseorang.
1. Depresi dan Gelisah
Dokter John Gathergood dari Universitas Nottingham menemukan bahwa usaha untuk membayar utang menyebabkan kesehatan mental menurun.
Baca Juga : Jangan Takut Chubby! Lakukan 4 Teknik Mudah Senam Wajah Sebelum Tidur Agar Pipi Tirus
Hal tersebut akan berakibat pada masalah emosional seperti depresi dan kegelisahan.
Rasa depresi dan gelisah tersebut dipicu oleh kekhawatiran pada ketersediaan uang untuk membayar utang yang terus menerus berlangsung pada waktu lama.
2. Stres
Stres dan utang adalah pasangan yang tidak terpisahkan, singkatnya pikiran memiliki utang pada orang lain akan berujung pada stres.
Baca Juga : Mulut Kering Bisa Menandakan Masalah pada Gigi, Atasi dengan 7 Cara Ini
Memiliki utang dalam jumlah besar apalagi, tanggung jawab untuk melunasinya bisa meningkatkan level stres saat bekerja.
Stres yang diakibatkan oleh finansial tak hanya memengaruhi pekerjaan tapi juga kehidupan sehari-hari.
3. Rasa Malu
Diakui atau tidak, uang dan segala bentuk material menjadi tolok ukur sukses dalam masyarakat kita.
Baca Juga : Anak Pertama Tarra Budiman dan Gya Sadiqah Lahir, Ini Jenis Kelamin dan Nama Anaknya!
Kalau Moms atau Dads memiliki utang, wajar saja apabila kalian merasa malu ketika hal tersebut diketahui publik.
4. Rasa Penyesalan
Rasa penyesalan bisa timbul ketika melihat jumlah utang yang diambil demi membeli sesuatu.
Moms dan Dads akan merasa menyesal mengapa harus membeli barang tersebut, dan tidak memilih untuk menabung saja.
Baca Juga : Pelakor dan Pebinor Harus Waspada! Bisa Terjerat Hukum dan Dipidana
5. Takut
Ketakutan muncul ketika Moms dan Dads harus membayar utang dengan jumlah yang sudah ditentukan pada tenggat waktu tertentu.
Apalagi, bila Moms dan Dads kesulitan untuk membayar utang tersebut.
Hal itu memicu rasa takut akan kehilangan aset seperti rumah dan penyitaan barang.
Source | : | Kompas.com,thesimpledollar.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Kunthi Kristyani |
KOMENTAR