Nakita.id - Indonesia tampaknya kini sedang dilanda beberapa bencana sekaligus ya.
Sebelumnya telah terjadi tsunami di pesisir Banten dan Lampung Selatan.
Kini Gunung Anak Krakatau sedang aktif kembali dan beberapa kali erupsi namun masih dalam status siaga level III.
Baca Juga : Kekayaannya Mencapai Rp 29 Miliar, Cara Makan Sule Bersama Keluarga Ini Jadi Sorotan dan Banjir Pujian
Terbaru, Gunung Agung di Bali meletus pada Minggu (30/12/2018).
Berdasarkan laporan resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pengamatan Gunung Api Agung, erupsi berdurasi 3 menit 8 detik dengan amplitudo maksimum 22 mm.
Menurut kabid Mitigasi PVMBG Wilayah Timur Devy Kamil Syahbana mengatakan Erupsi terjadi akibat adanya “overpressure” karena akumulasi gas-gas vulkanik.
Baca Juga : Tergulung dan Terhempas ke Laut, Begini Keadaan Ifan Seventeen Ketika Ditemukan
Akibat dari letusan Gunung Agung itu, hingga Minggu pagi tercatat ada tiga kali gempa pada rentang waktu enam jam.
Selain itu, hujan abu tipis dilaporkan terjadi di wilayah Kabupaten Karangasem di sektor tenggara Gunung Agung, seperti di Kota Amlapura dan beberapa desa seperti di Desa Seraya Barat, Desa Seraya Tengah, dan Desa Tenggalinggah.
Bagi para pendaki atau wisatawan sebaiknya jauhi daerah dalam radius 4 km dari kawah Puncak Gunung Agung.
Sebelumnya, Gunung Agung telah bererupsi pada tanggal 27 Juli 2018.
Berdasarkan analisis data secara menyeluruh, potensi untuk terjadinya erupsi yang lebih besar masih relatif kecil.
Baca Juga : Usus Pria Tua Ini Membusuk Hanya Karena Makan Semangka, Kok Bisa?
Ternyata menurut penelitian yang dipublikasikan pada awal tahun 2018, para ilmuan NASA menyebutkan bahwa jika Gunung Agung meletus merupakan kabar bahagia.
Hal itu membuat ilmuan meneliti lebih lanjut terkait efek yang terjadi setelah Gunung Agung itu meletus.
Para peneliti itu berharap, dengan meneliti letusan Gunung Agung, mereka bisa tahu lebih banyak tentang bagaimana bahan kimia yang dilepaskan ke atmosfer bisa digunakan untuk melawan perubahan iklim.
Baca Juga : Aksi Kopassus Minum Darah Ular dan Berjalan di Bara Api Membuat Tentara AS Ternganga!
Sebelumnya, letusan Gunung Tambora di Bima NTB pada tahun 1815 ini membuat dampak besar bagi iklim dunia.
Letusan ini menyebabkan “Tahun Tanpa Musim Panas”, menyebabkan turunnya salju di Albany, New York, pada Juni setahun berikutnya.
Baca Juga : 50% Alat Kelamin Laki-Laki Rusak Karena Posisi Bercinta Seperti Ini
Selain itu, Gunung Pinatubo di Filipina juga pernah meletus dengan dampak yang besar pula yaitu semburan gas belerang dioksidanya sebabkan munculnya tetesan yang sangat dingin.
Tetesan itu memantulan cahaya matahari sehingga buat beberapa wilayah mengalami suhu yang rendah.
Baca Juga : Bayi Lahir 6,8Kg Pecahkan Rekor Rumah Sakit di Texas, Begini Tampilannya yang Besar!
Oleh karena itu, meletusnya Gunung Agung membuat para ilmuwan berharap mereka dapat memanfaatkan letusan ini untuk mempelajari peristiwa besar berikutnya—dan berpotensi menyelamatkan planet ini dari serangkaian dahsyat yang mengerikan.
Kulit Kencang dan Glowing dengan Ultherapy Prime, Teknologi Terbaru dari Nathalie Beauty Clinic
Source | : | Kompas.com,Suar.grid.id |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR