Nakita.id - Bagi sebagian ibu hamil, berolahraga mungkin terdengar seperti kegiatan yang berat. Namun, tak demikian halnya dengan olahraga renang. Saat masuk ke dalam kolam renang, berat badan akan terasa lebih ringan karena adanya water bouyancy (gaya angkat air).
Bagaimana dengan ibu hamil yang tidak bisa berenang? Tenang... Selama kondisi kesehatan baik-baik saja, ibu hamil mana pun tetap bisa berolahraga di dalam kolam. Tidak wajib berenang, kok! Berjalan di air dengan kedalaman setinggi perut atau kalau bisa setinggi dada sudah sangat baik.
Turunlah pelan-pelan ke dalam kolam, perhatikan langkah agar tidak tergelincir, lalu berjalanlah di bagian sisi sambil berpegangan pada dinding tepi kolam. Memang berjalan melawan air tidak semudah jalan kaki biasa. Namun, keamanannya lebih baik karena berat dari badan ibu hamil akan berkurang dengan adanya gaya dorong air. Ini akan membuat ibu hamil lebih mudah berolahraga. Bila usia kehamilan sudah memasuki trimester 3, sebaiknya ada yang memegangi dan mendampingi Ibu.
Jika jalan kaki dirasa kurang nyaman dan ibu hamil ingin berenang, boleh saja. Pilihlah gaya renang yang paling ringan, yaitu gaya katak. Sementara gerakan renang yang tak dianjurkan untuk ibu hamil adalah loncat paku (loncatan dengan sikap badan lurus dan jatuh ke dalam air dengan kaki terlebih dahulu). Loncat paku membuat air menghantam batas kelamin ibu hamil dan dapat merobek selaput ketuban sehingga ketuban bocor dan terinfeksi. Kalaupun tidak sampai merobek, air yang masuk melalui vagina dapat mengundang terjadinya infeksi yang tentunya bisa membahayakan janin.
Bila tertelan air kolam
Tak perlu khawatir karena jumlah air yang tentelan biasanya hanya sedikit sehingga tidak berbahaya. Namun, jika air tertelan dalam jumlah banyak kemungkinan bisa timbul gangguan karena air kolam renang tak terjamin kebersihannya. Sama seperti menghirup udara saja, ibu hamil bisa terinfeksi.
Belum lagi, untuk menjaga kualitas airnya, kolam renang menggunakan disinfektan berbasis klorin yang berfungsi untuk menonaktifkan berbagai bakteri patogen (parasit yang mampu menimbulkan penyakit) di dalam air.
Menurut studi yang dipublikasikan dalam Environmental Science & Technology tahun 2011 (jurnal ilmiah yang diterbitkan American Chemical Society), kandungan klorin dapat masuk ke tubuh perenang dengan durasi berenang 30 menit. Buktinya, HAAs (haloacetic acids) yang dihasilkan ketika disinfektan seperti klorin bereaksi dengan kotoran di dalam air, muncul dalam urine perenang setelah 20-30 menit berenang. Senyawa ini dapat dikeluarkan dari tubuh dalam waktu 3 jam.
Untuk mencegah masuknya klorin ke tubuh ibu hamil, sebaiknya berenang dilakukan tidak lebih dari 30 menit. Usahakan untuk selalu menutup mulut selama berenang agar air tidak tertelan.
Nah, apakah kini Ibu sudah siap untuk berenang? Tak masalah kok kalau ibu hamil tak bisa berenang. Tapi jangan lupa, perhatikan juga rambu-rambunya ya, Bu.
Narasumber:
Dr. Michael Triangto, SpKO RS Mitra Kemayoran Jakarta Pusat& Slim Health Sports Therapy. Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR