Nakita.id - Apa Ibu pernah memarahi sambil beriak pada anak? Namun tahukah Ibu berteriak pada anak justru dapat berdampak buruk pada perkembangan otak dan tentunya bisa merusak telinga mereka.
Berteriak pada anak-anak, menurut sebuah studi oleh psikiater di sebuah rumah sakit yang berafiliasi dengan Harvard Medical School, akan terjadi kerusakan struktur otak pada anak.
Pada otak anak yang sering dibentak, saluran yang menghubungkan otak kanan dengan otak kiri menjadi lebih kecil dapat mengubah struktur otak mereka secara signifikan dan permanen.
Baca juga: Efek Membentak Anak yang Bakal Mama Sesali
Dikutip dari lifestylekompas.com ( 08/11/2015) Dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia, Amir Zuhdi, menjelaskan, ketika orangtua membentak, anak akan merasa ketakutan. Ketika muncul rasa takut, produksi hormon kortisol di otak meningkat.
Nah, pada anak-anak, tingginya hormon kortisol itu akan memutuskan sambungan neuron atau sel-sel di otak. Selain itu, akan terjadi percepatan kematian neuron atau apoptosis. Lalu, apa akibatnya jika neuron terganggu?
Menurut Amir, banyak hal yang bisa terjadi, seperti proses berpikir anak menjadi terganggu, sulit mengambil keputusan, anak tidak bisa menerima informasi dengan baik, tidak bisa membuat perencanaan, hingga akhirnya tidak memiliki kepercayaan diri.
Baca juga: Ini yang Terjadi Pada Otak Anak Bila Orangtua Membentaknya
Berteriak pada anak menandakan bahwa emosi Ibu di luar kendali.Tapi hal yang mengagetkan adalah hampir semua orang melakukannya. Kebanyakan orang tua melakukannya agar anaknya patuh padanya.
Mereka menganggap cara itu adalah yang paling efektif tanpa memikirkan jangka panjang terhadap dampak apa yang akan terjadi pada anak. Pemicunya ada banyak dan beragam salah satunya adalah kelelahan yang dialami si Ibu.
Baca juga: 3 Kesalahan Orangtua Saat Mengasuh Anak.
Mari kita sebagai orang tua untuk lebih pandai mengelola emosi agar tidak memberi dampak buruk pada anak. bukankah hal yang wajar jika anak berbuat salah jadi mari kita menegurnya dengan baik tanpa menyakitinya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR